61. The End

357 6 0
                                        

Di tengah tangisan seluruh orang yang ada di ruangan itu, tiba-tiba, ada layar monitor menampilkan sebuah video syur Belva dengan seorang laki-laki. Video yang benar-benar vulgar.

Di saat video itu diputar, terdengar juga sebuah rekaman audio yang berbunyi;

"Kerja lo bagus. Muka kita cocok banget. Bahkan orang-orang bego itu ngga ada yang tahu bedanya kita sama dua orang itu." Ucap seorang cewek.


"Hah... gue penasaran, apakah seorang Belva Dirgantari akan menang dengan rencana murahannya itu?" Tanya seorang cowok.


"Lihat aja, gue bakalan menang dapetin posisi model utama di perusahaan bokap gue. Dan kalo gue sampe berhasil, gue bakal rekomendasiin lo ke bokap gue buat dapetin jabatan tinggi di perusahaan dia."


"Fine."

Semua orang yang melihat video dan mendengar audio itu langsung terkejut. Mata mereka membola. Lalu, tatapan semua orang tertuju pada seorang gadis bernama Belva Dirgantari.

Raut wajahnya datar, ia malah menatap aneh ke arah orang-orang yang menatap jijik ke arahnya.

"Itu bukan gue, lah! Ada aja yang ngedit!" Ucap Belva santai.

Eva berdiri dari posisi duduknya. Dengan dagunya yang diangkat, ia berjalan percaya diri ke arah Belva sambil tersenyum penuh kemenangan. Seluruh pasang mata yang ada di ruangan saat itu menatapnya.

Begitu tiba di hadapan Belva, Eva menekuk lututnya agar wajahnya sejajar dengan wajah Belva. Ia tersenyum sinis pada Belva sambil membuka masker dan hijab yang dikenakan Belva.

Ya, hijab. Entah kenapa hari ini, Belva mengenakan jilbab serta masker. Selain itu, dress yang ia kenakan juga sangat menutup tubuh. Biasanya, ia lebih memilih pakaian yang bisa mengekspos seluruh bentuk tubuhnya.

"Gue penasaran, kenapa lo pake hijab hari ini?" Ucap Eva begitu sudah membuka hijab dan masker Belva.

Seluruh pasang mata yang ada di aula saat itu langsung membola. Mereka menatap jijik ke arah Belva. Wajahnya dipenuhi ruam dan benjolan penuh nanah. Benar-benar mengerikan.

Reaksi Belva saat itu sangat emosi. Wajahnya sudah berwarna merah padam, matanya meniyiratkan tatapan penuh amarah, dan tangannya yang sudah menggenggam menahan amarah.

"Wajah lo kenapa, Va?" Tanya Rina pada Belva.

"Itu ruam sama folikulitis eosinofilik." Jawab Eva.

"Folu apa?" tanya Rina lagi tidak mengerti.

"Folikulitis eosinofilik, itu radang di sekitar fiolikel rambut. Tapi, ngga mungkin ada sangkut pautnya sama penyakit yang itu kan?" jelas Rania yang diakhiri pertanyaan.

Eva tersenyum pada sahabatnya itu.

"Ya, ini ada sangkut pautnya sama HIV. Karena, cewek jalang ini suka ganti-ganti cowok." Jelas Belva santai.

"Jaga mulut lo anjing! Lo punya bukti?" tantang Belva.

Belva memberikan senyum sinisnya, lalu membalikkan tubuh menghadap ke arah layar yang ada di panggung wisuda. Di layar itu, terlihat rekaman CCTV dari beberapa klub malam yang ada di sekitar sini bahwa Belva memang sering masuk ke private room dengan laki-laki yang berbeda di setiap videonya.

Ih... murahan banget tu cewek


Udah songong, kayak gitu lagi


Deril image ancur seancur-ancurnya sih ini ma

"Itu bukan gue, itu pasti editan!" ucap Belva mulai emosi.

"Manusia bodoh mana yang percaya sama omongan lo, Va?!" Timpal Angga dari arah belakang Belva.

Wajah Belva merah padam, ia langsung melangkah pergi ke luar aula wisuda dengan raut wajahnya itu sambil menggenggam erat kedua tangannya. Ia membalikan tubuhnya, lalu menatap Rania.

"Gue pastiin, gue bakalan menang dari lo!" ucapnya, lalu kembali berlalu pergi ke luar aula.

Hening.

"Oke, guys! Cukup tegang-tegangannya. Sekarang, kita lanjut party kelulusan!" Teriak Eva memecah keheningan.

Tepat setelah ia mengatakan itu, Angga langsung memutar sebuah musik yang asik dan mematikan ruangan aula itu, ia menggantinya dengan lampu warna-warni seperti yang biasa kita lihat di klub malam.

Wow, seluruh orang uang ada di aula itu juga baru tahu, bahwa ada seorang DJ yang diundang ke acara kelulusan. Mereka langsung berdiri dari posisi dukduk, mulai bersorak-sorai, dan menari bersama.

Bagi mereka yang tidak suka menari, mereka langsung menepi ke pinggir ruangan dan mulai memakan makanan ataupun meminum minuman yang tersedia di sekeliling ruangan saat itu.

MUST END (REPUBLISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang