2 minggu kemudian....
Ini adalah hari pertama Rania melangkahkan kaki ke sekolah ini setelah libur semester baru selama 2 minggu. Karena ia sempat kecelakaan dan butuh perawatan di rumah sakit, ia tidak masuk sekolah selama seminggu.
Rania menyusuri jalanan sekolah. Melewati gerbang, melewati halaman, melewati lapangan, naik tangga, lalu masuk ke kelasnya. Kelas 12 F, kelas bahasa.Rania datang pagi-pagi hari ini. Tapi, sekolah sudah lumayan ramai. Saat sampai di kelas, lihatlah apa yang terjadi! Laki-laki itu, dia ada di dalam kelasnya. Padahal sudah jelas bahwa dia adalah anak IPA. Kalau tersesat, tidak mungkin akan sampai kelas bahasa.
Ia tertidur di meja. Dengan posisi kepala di letakkan di meja. Rania melewatinya dan melihat pipinya yang memerah seperti habis ditampar. Juga ada sedikit goresan di pipinya yang merah itu. Ia juga terlihat sudah memotong rambutnya. Mungkin karena sudah masuk sekolah.Kebetulan, saati itu Rania membawa plester. Ia membuka tasnya dan menaruh plester itu di atas meja laki-laki itu. Sebelum Rania menjauh dari meja laki-laki tadi, ia mendengar suara baritone dari seorang laki-laki. Tentu saja pemilik suara itu adalah Haidar. Laki-laki yang menolongnya beberapa minggu lalu dan ia perhatikan saat pertama klai menginjakkan kaki di kelas.
"Btw, lo perhatian banget sama gue." Katanya.
Rania hanya menatap jijik ke arah Haidar dan langsung pergi ke bangkunya sendiri. Haidar mengikutinya dan duduk di kursi depan gadis itu. Ia membalikkan posisi kursinya ke arah Rania hingga mereka saling berhadapan. Rania hanya duduk sambil menatap jendela.
"Lo sebenernya inget ngga sih sama gue?" Tanya laki-laki itu, Haidar.
"Ngapain lo di sini?" tanya Rania balik.
"Karena ada lo."
Jeda.
"Lo belum jawab pertanyaan gue yang tadi."
"Hm." Jawab Rania sambil mengeluarkan Al-Qur'an untuk ia baca.
"Hm doang! Gue tuh orang yang berharga di hidup lo. Kalo ngga ada gue, lo ngga bakalan bisa hidup."
"Hmm..." Jawab Rania malas.
"Ck, serius. Lo harusnya nangis-nangis berterimakasih ke gue." Rania sedikit melirik ke arahn Haidar.
"Makasih Haidar yang paling ganteng.... Puas lo?" tanya Rania sinis.
"Banget." Jawab Haidar sambil cengar-cengir.
Ya rabb, waktu itu, saya memang berharap bisa ketemu dia lagi supaya bisa bilang terimakasih. Tapi ngga satu sekolah juga...~ batin Rania.
Pokoknya, seharian itu, Rania masih geleng-geleng kepala mengingat kejadian 3 minggu yang lalu plus hari ini. Aneh, tapi nyata. Inilah yang namanya kejutan dalam hidup. Tidak ada yang tahu.
Rania mulai melantunkan ayat suci Al-Qur'an. Sudah lama gadis itu tidak memurojaah hafalannya, jadi ia akan mulai menambah jam murojaahnya kali ini.
Membaca Al-Qur'an adalah hal yang paling membuat Rania nyaman di saat merasa gelisah. Belum lagi, saat mengetahui bahwa setiap kita mengaji akan ada banyak malaikat yang mengerumuni pelantun bacaan Qur'an. Itu terjadi karena tidak ada malaikat yang bisa membaca Al-Qur'an kecuali Jibril karena ialah yang ditugaskan untuk menyampaikan wahyu tersebut kepada Rasulullah. Tidak hanya itu, masih banyak manfaat menmbaca Al-Qur'an yang tidak bisa dijelaskan satu persatu. Itu akan memakan waktu yang cukup lama.
Haidar menundukkan kepalanya sambil tersenyum saat mendengarkan suara lantunan ayat suci dari gadis yang ada di hadapannya.
"Masya Allah, indah banget suara bidadari gue." gumam Haidar.

KAMU SEDANG MEMBACA
MUST END (REPUBLISH)
Romance13+ Rania Adiningrum, seorang gadis remaja berusia 17 tahun yang memiliki kehidupan tidak seperti remaja pada umumnya. Ia tidak pernah pergi ke mall bersama teman, ke tempat disco, ataupun bermain dan bersendagurau dengan sahabat. Semua itu terjadi...