29. Pensi

122 3 0
                                    

Jadi, hari ini sekolah SMA Perjuangan mengadakan acara semacam festival sebagai perayaan ulang tahun sekolah yang ke-56. Di sini ada berbagai macam pertunjukan seni dari setiap anak yang ingin menampilkan bakat mereka di atas panggung. Selain itu, ada banyak stand di sekeliling lapangan yang menjual makanan, minuman, dan berbauai macam karya atau produk buatan para siswa.

Dalam acara ini, Rania bertugas menjaga stand dagangan kelasnya yang berada di samping kiri panggung. Aku melayani para pembeli yang datang dan duduk menikmati pertunjukan yang ada. Saat ini, acara baru akan dimulai. Pertunjukan sebelumnya baru sebagai pembuka acara. Setelah acara pembukaan dan sambutan dari kepala sekolah, MC membacaran round down acara.

"Di pengujung acara nanti, setiap kelas harus mengirimkan salah satu siswa yang akan tampil menyanyi di atas panggung. Nantinya, mereka akan dipasangkan dengan siswa kelas lain untuk duet. Mayan kan, kalo kalian kebagian duet sama crush." Ucap MC.

"YOHOO!!!" teriak para penonton exited.

"Sambil menunggu kalian mencari perwakilan, sekarang yang akan kita saksikan adalah pertunjukan drama dari kelas X-IPS. Beri tepuk tangan yang meriah!"

"WOOOO!!!" sorak para penonton histeris sambil bertepuk tangan ketika melihat mereka akan menampilkan drama Cinderella.

"Ran, nanti yang maju lo aja ya!" ucap Neira.

"Kok gue?!" tanya Rania kesal. Asal kalian tau, ia paling tidak suka menjadi pusat perhatian.

"Ih, kan mapel sama bu Anne waktu praktek nyanyi nilai lo paling tinggi." jawab Eva mewakili anak-anak sekelas yang dibalas anggukan kompak oleh mereka.

"Ya itu karena lagunya emang gue banget. Kalo ntar lagunya beda gimana?" tanya Rania.

"Ngga pa pa, yang pinteng ada perwakilan. Ya? Please ya, Ran ya?!" ucap Fera memohon pada Rania.

"Serah." Sudah, Rania benar-benar pasrah kali ini.

Terbitlah senyuman di wajah para anak-anak menyebalkan itu.

Perhatian Rania teralih kembali kepada seseorang yang mengeluarkan suara di hadapannya.

"Hei, gue mau chocolate mouse-nya satu. Kurangi gulanya!" Ucap seorang laki-laki yang tidak lain dan tidak bukan adalah Haidar.

"Hm." Jawab Rania.

"Ancrit, didatengin pak ketu." Celetuk Ayla.

"Pak ketu bukan sembarang ketu." Timpal Eva.

"Karena beliau adalah ketua BRUISER yang amat sangat brutal ketika dikuasai amarahnya." Lanjut Shila dan Fera kompak.

"Apalagi kalo marahnya karena ada yang nyentuh Rania!" beo Eva.

"Anjay..." ucap teman-teman sekelas Rania kompak. Memang, mereka ini tidak tau malu dan akhlak.

Ya, itu lah teman-teman sekelas Rania. Mereka paling senang ketika beralih profesi menjadi mak comblang daripada siswa. Mereka sangat terkenal di kalangan siswa.

Selain terkenal sebagai mak comblang, anak-anak di kelas itu juga terkenal sebagai tukang gosip. Pokoknya, dalang dari seluruh gosip yang tersebar luas di seluruh penjuru sekolah pasti salah satu dari teman kelas Rania. Semua orang juga tahu akan hal itu. Bahkan bapak ibu guru.

Rania langsung mengambil gelas plastik dan meracik minuman yang dipesan Haidar. Di saat ia melakukan tugasnya, anak-anak yang duduk-duduk di belakang langsung berkicau seberisik burung satu kebun binatang.

"Kenapa?" tanya Shila kepo.

"Ngga jadi, gulanya takaran biasa aja." Celetuk Haidar.

"Njir, mau lo apa anjing!" ucap Icha emosi.

MUST END (REPUBLISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang