Ari mengantar Rania sampai gerbang sekolah menggunakan motornya. Ia langsung pergi ke parkiran dan pergi menuju gedung kelasnya. Sekolah masih sangat sepi seperti sebelumnya. Rania berjalan memasuki kelas. Ada Haidar dengan posisi tidur yang sama seperti kemarin. Rania hanya melirik ke arahnya sedikit saat melewatinya dan langsung menuju ke arah satu set meja dan kursi yang biasa ia duduki. Rania hendak pergi ke toilet sebelum akhirnya Haidar menahannya.
“Assalamualaikum, calon istriku!" Sapa Haidar. Ya Allah Ya Rabb, kenaap pertanyaan dua makhluk itu sama banget sih?~ batin Rania.
“Waalaikumsalam.” tanya Rania sarkastik.
“Jutek amat, neng.” Jawabnya sambil mengangkat salah satu sudut bibirnya.
“Oh, lo punya adek Ran?!” tanya Eva yang sudah duduk di samping Rania.
“Iya, tau dari mana lo?" Tanya Rania.
"Denger waktu Haidar lagi ngomong sama Leon." Jawab Eva.
“Ah elah, parasit!” maki Haidar.
“Bacot lo!” timpal Icha.
“Cewek apa cowok?” lanjut Eva mengacuhkan percakapan antara Haidar dengan Icha.
“Cowok.”
“Beda berapa tahun?”
“Satu.”
“Wah, cakep ngga?”
“Ah elah, lo jangan modusin adeknya si Dara juga napa?” ucap Icha sinis.
“SSG, suka-suka gue! Weeeekk!” ledek Eva sambil menjulurkan lidahnya. Rania hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan Eva saat ini.
“Udah lah Va, cabut aja! Males gue ama Haidar. Banyakan bacot!” ajak Icha pada Eva.
“Pa paan lo! Gue ngga sudi ninggalin Rania berduaan sama Haidar!” jawab Eva.
“Ah, ayo!” Icha menyeret paksa Eva pergi meninggalkan Rania berdua dengan Haidar.
Rania langsung mempercepat langkah kakinya. Namun, Haidar terus mengikutinya dari belakang hingga hampir sampai di toilet. Rania berbalik, tapi dia sudah merubah haluan ke kelas lain.
Kok, itu cewek bisa ngobrol sama Haidar ya?
Iya, siapa namanya, Rania?
Apa jangan-jangan mereka pacaran lagi?
Padahal Haidar kan belum pernah pacaran.
Gile, tu cewek melet pake apaan sampe Haidar bisa kepincut.
Hahahahahaha.
Kira-kira, seperti itu yang orang-orang bicarakan sambil menatap ke arah Rania. Gadis itu mencoba bersikap cuek. Ia sudah pernah mengatakan sebelumnya kalau dirinya adalah orang yang malas berdebat. “Lagi pula apa yang mereka katakan tidak sesuai dengan kenyataan.” Itu kata Rania.
Rania pergi ke luar untuk ke toilet. Melewati setiap lorong. Di setiap lorong itupun ia mendengar gosip orang-orang tentang dirinya dan Haidar. Astaghfirullahaladzim, heboh amat dah mereka.~ batin Rania.
Selesai dari toilet hendak ke kelas, Rania berpaasan dengan Haidar. Orang-orang semakin memperhatikannya dan Haidar yang sedang berdiri berhadapan.
“Eh Nia, dicariin Pak Adi tuh! Suruh dateng ke ruang guru!” katanya. Orang-orang semakin melotot.
“Iya.” Jawab Rania. Orang-orang semakin melotot.
Bagaimana bisa Haidar berbicara sesantai itu kepada Rania. Karena, di sekolah saja, Haidar dikenal sebagai laki-laki paling tampan dan tidak memiliki pacar. Belum lagi, ia juga dingin jika harus berinteraksi dengan para gadis.
Perlakuan Haidar kepada gadis lain dengan perlakuannya kepada Rania jauh berbeda. Saat bersama dengan gadis lain, Haidar akan menjadi pribadi yang tertutup, jarang tersenyum ataupun tertwa, dan akan minim berbicara.
Tapi berbeda saat ia bersama dengan Rania. Ia akan menjadi dirinya sendiri. Seperti sedang berinteraksi dengan teman-teaman lelakinya. Ia bisa terbuka, tersenyum ataupun tertawa, dan akan maksimal dalam berbicara. Karena pada dasarnya, Haidar memang laki-laki cerewet seperti anak kecil jika sedang mood.
Rania langsung pergi meninggalkan Haidar. Tapi Haidar terus saja mengikutinya. Rania sudah mencoba berjalan secepat mungkin, tapi langkah kaki Haidar lebih panjang darinya. Rania merasa sangat terganggu, ditambah dengan orang-orang yang terus memperhatikan setiap mereka melewati koridor. Akhirnya, Rania menghentikan langkahnya.
“Lo ngapain di belakang gue?” tanya Rania.
“Mau ke toilet, kan searah.”
Rania memutar bola mataku dan langsung melanjutkan perjalanannya menuju ruang guru. Ternyata Pak Adi hanya menyuruhnya untuk membantu membawakan barang bawaannya ke kelas. Rania menatapnya heran.
“Bapak kenapa ngga sekalian minta tolong Haidar aja? Kan ngga perlu buang-buang waktu buat nungguin.” Tanya Rania dengan wajah datar. Sungguh, Rania bukan tipe anak yang banyak tanya, tapi kejadian ini membuatnya sangat penasaran.
“Hah…., kamu kayak ngga tau Haidar aja.” Rania masih menatapnya bingung.
“Saya juga pernah minta tolong dia bawain kertas ulangan. Tapi ujung-ujungnya, waktu dia ketumpahan kopi anak lain, kertasnya malah dipake buat ngelap kopinya. Jangan sampe kejadian kayak gitu keulang lagi.” Lanjutnya.
Saat Rania melewati lorong sambil membawakan barang Pak Adi, ia berpapasan dengan Haidar. Laki-laki itu sedang mengelap tumpahan coklat panas yang ada di bajunya menggunakan sebuah buku.
“ANJ… SUMPAH LO BEGO! BUKU PR GUE TUH DAR! HARI INI KUDU DIKUMPULIN! MANA MAPELNYA GURU KILLER LAGI! GEBLEK LO!” ucap cowok yang ada di samping Haidar.
“Kepepet. Ntar gue kerjain.” Ucap Haidar sambil mengeluarkan cengiran tengilnya itu.
“TAU AH, SIALAN LO!”
Rania menggelengkan kepala melihat kelakuan Haidar itu. Memang benar kata Pak Adi, jangan sampe kejadian kayak gitu keulang lagi. Rania melanjutkan perjalanannya, tapi Haidar malah mengikutinya di samping.
“Nia, baju gue kotor gara-gara Angga.” Adu Haidar. Rania tetap berjalan menatap lurus ke depan.
“Ih Ya, kok diem sih?!” tanyanya kesal.
“Trus lo mau gue ngapain?” tanya Rania.
“Lapin kek, bawain ganti kek, gantiin baju gue kek.” Jelasnya.
“OGAH!” ucap Rania sambil pergi meninggalkannya di lorong.
Lagi, untuk yang kesekian kalinya, Haidar menatap kepergian Rania sambil tersenyum manis. Di mata Haidar, sifat Rania yang tertutup itu membuat dirinya semakin penasaran.
“Gemes banget sih, Ya Rabb…”
“Siapa yang gemes?” tanya seseorang sambil berbisik di telinga Haidar.
“Rania!”
Ari yang mendengar jawaban dari pertanyaan yang ia lontarkan pada sahabatnya itu hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Haidar.
“Orang mabok cinta begitu ya? Apa karena orangnya modelan Haidar makanya jadi keliatan kayak orang stres?”
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Gimana, kalian suka sama cowok tengil tipe Haidar itu ngga? Penasaran ga nieh?
Kalo penasaran, aku bakalan lanjut, kalo ga penasaran, ya tetep lanjut.😆
Btw, kalian suka tipe cerita jni ga?
Kalian boleh banget kasih komentar, kritik, atau saran kalian supaya cerita aku kedepannya bisa lebih bagus lagi.
Jangan lupa masukin ke reading list,
share, dan vote terus ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
MUST END (REPUBLISH)
Roman d'amour13+ Rania Adiningrum, seorang gadis remaja berusia 17 tahun yang memiliki kehidupan tidak seperti remaja pada umumnya. Ia tidak pernah pergi ke mall bersama teman, ke tempat disco, ataupun bermain dan bersendagurau dengan sahabat. Semua itu terjadi...