Minggu pagi ini, Rania dan Haidar pergi menginap di rumah Haidar. Ya, minggu ini mereka memang sedang ingin menginap di rumah keluarga.
Seperti biasa, Haidar bangun jam 3 pagi untuk melaksanakan sholat tahajud berjamaah dengan sang istri. Saat hendak membangunkan Rania dari tidurnya, Haidar merasa sedikit tidak enak. Istrinya itu terlihat sangat nyenyak. Belum lagi, wajah Rania saat tidur itu sangat lah imut di matanya. Haidar mengusap pelan pipi Rania, lalu mencium kening gadis itu.
"Sayang, bangun yuk! Kita tahajud dulu." Ucap Haidar lembut. Tidak ada respon apapun dari Rania.
"Sayang..."
"Hm."
"Tahajud dulu, yuk!"
Rania membuka matanya perlahan. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah seorang laki-laki yang sangat tampan. Kulit putih, alis yang tebal, rambutnya yang hitam, dan bibir tipis yang sedang tersenyum hangat padanya. Haidar adalah seorang lelaki-laki yang sangat mencintainya. Bagaimana pun Rania, sedingin apapun sifat Rania padanya, dan sekuat apapun Rania menolaknya, ia terus berada disisi Rania. Bolehkah, aku menerima cinta sebesar ini? Aku bahkan belum lagi memberikan cintaku pada orang lain sejak 10 tahun.~ batin Rania.
"Sayang, kenapa hm?" Panggil Haidar.
"Ngga pa pa."
Setelah itu, Rania langsung berdiri mengambil air wudhu, diikuti oleh Haidar. Mereka melaksanakan sholat tahajud berjamaah. Setelah melaksanakan sholat, seperti biasa, Rania mencium tangan Haidar yang dibalas ciuman di kening dan ciuman di tangan secara bertubi-tubi dari sang suami. Rania sudah mulai terbiasa dengan hal itu, walau ia masih menganggapnya aneh.
Haidar mundur sedikit ke belakang agar bisa duduk sejajar dengan Rania. Ia menyandarkan kepalanya itu di bahu sang istri.
"Bangunin aku kalau subuh ya!" Pinta Haidar.
"Iya."
Rania menatap ke arah wajah tampan Haidar. Imut, kalo pas tidur doang~ batin Rania sambil terkekeh.
Rania mengusap pipi Haidar.
"Dar, udah mau subuh. Kamu ngga ke masjid?" Tanya Rania.
Haidar membuka matanya perlahan. Ia menatap ke arah sang istri yang amat cantik dengan mata bulatnya yang imut.
"Iya, aku ke masjid." Jawab Haidar.
Haidar bengun dari posisinya bersandar pada Rania. Ia menarik Rania ke dalam pelukannya. Ia peluk istrinya itu dengan erat saking gemasnya.
"Boleh aku cium kamu?" Tanya Haidar.
"Kali kamu harus cium cewek lain." Jawab Rania.
Haidar terkekeh mendengar jawaban itu. Ia menarik Rania dan melabuhkan bibirnya pada bibir sang istri. Mereka berdua sama-sama memejamkan mata.
Setelah 5 detik, Haidar menjauhkan bibirnya dari bibir Rania. Ia ganti mencium pipi kanan, pipi kiri, lalu kening Rania.
"Aku berangkat dulu, ya."Assalamualaikum." Ucap Haidar.
"Iya, waalaikum salam." Jawab Rania sambil mencium tangan sang suami.
Yang dilakukan Rania dan Haidar selepas sholat subuh adalah mandi secara bergantian, lalu rebahan di kamar. Tidak, lebih tepatnya, mereka merebahkan tubuh dan Haidar memluk Rania sambil mengobrol dan bercanda bersama. Sedikit demi sedikit, Rania sudah mulai tersenyum ketika mendengar ocehan, candaan, dan gombalan dari sang suami.
"Gitu dong, senyum! Kan cantik! Eh, tapi jangan senyum kalo di luar kamar!" Larang Haidar.
"Kenapa?"
"Nanti pada kepincut lagi, kamu kan cantik!" Jelas Haidar.
"Kenapa harus takut mereka kepincut?" Tanya Rania. Haidar yang tidak mengerti dengan perkataan istrinya itu mengangkat sebelah alisnya.
"Sebelum mereka kepincut sama aku pun, mereka udah ngga akan bisa milikin aku. Karena aku udah nikah sama kamu." Ucap Rania.
Haidar terkekeh. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain. Terlihat telinga Haidar saat itu memerah karena dibuat salah tingkah oleh sang istri.
"Berarti, kamu punyaku?" Goda Haidar.
"Terserah kamu nganggepnya apa." Jawab Rania.
"Akh, gemes banget sih!" Ucap Haidar sambil mengeratkan pelukannya dan menciumi wajah sang istri.
Ternyata, misinya kemarin berhasil. Ia berhasil membuka kembali hati dan pikiran Rania tentang cinta dan kasih sayang. Akhirnya, misinya untuk membuat Rania lebih terbuka dan ekspresif juga berhasil. Walau masih butuh proses, ia sudah sangat senang. Ia akan selalu menunggu hasilnya.
Rania melihat ponselnya. Ternyata sudah jam 08.00. Waktu terasa berjalan cepat. Padahal rasanya baru saja tadi ia selesai mengerjakan sholat subuh. Sekarang sudah syurukh saja.
"HAIDAR! RANIA! INI TEMEN-TEMEN UDAH PADA DATENG!" Teriak ummi dari lantai bawah.
Haidar langsung turun ke bawah. Sedangkan Rania, ia berganti pakaian yang lebih tertutup, lalu menggunakan khimar terlebih dahulu, baru turun ke bawah.
"Assalamualaikum om." Ucap mereka semua pada abi.
"Waalaikumsalam." jawab abi.
"Ayo masuk!" Ucap Haidar yang berdiri di belakang abi.
"Assalamualaikum ummi. Maaf, kita dateng pagi-pagi." Sapa mereka sambil mencium tangan ummi Haidar secara bergantian satu persatu.
"Waalaikumsalam. Iya, ngga pa pa. Ummi seneng kok. Rumah makin rame."
"Wait, ummi! Ini, kenapa Rania udah dateng duluan? Mana turun dari lantai atas lagi!" Tanya Angga.
Suasana menjadi tegang. Di tengah itu, dengan santainya Haidar menjawab pertanyaan sahabatnya.
"Rania suka sama novel detrktif. Jadi, dia dateng lebih pagi biar bisa baca novel dulu sama adek gue." Jelas Haidar.
Untung yang lain mempercayai jawaban Haidar dan meresponnya dengan anggukan paham.
"Iya dong, kan mantu ummi! Makanya, datengnya lebih awal, tamu VVIP." Ucap ummi.
"Ye, ummi mah giliran sama calon mantu, dispesialin!" Sindir Leon.
Ya, di rumah Haidar seluruh anggota inti BRUISER, Eva, Icha, dan Rania sedang berkumpul. Tadi malam, Haidar mengabari mereka untuk sarapan bersama. Katanya, ummi belanja kebanyakan. Jadi, mereka semua diundang dalam rangka menghabiskan stok makanan yang ada di rumah Haidar.
"Ih, ngga usah jealouse kamu, Yon! Cewek kamu kan banyak!" ujar ummi balas menyindir Leon.
"Hati-hati mi, nanti kalo buayanya ngamuk bisa diterkam!" goda Angga.
"Leon mah ngga akan berani sama pawangnya ummi." Jawab ummi.
"Ngga lah, kena golok nanti!" timpal Leon. Gini-gini dia masih takut sama yang lebih tua.
"BWAHAHAHAHAHAHAHA!!!" Suara tawa itu menggelegar ke seluruh ruang tamu.
"Ya udah, langsung ke dapur yuk!" ajak ummi.
Mereka semua langsung berjalan ke dapur dipimpin oleh tuan rumah. Para laki-laki langsung duduk di kursi yang telah disediakan. Sedangkan para perempuan membantu ummi untuk menyiapkan makanan terlebih dahulu.
Di tengah ketenangan itu, terdengar suara sopran seorang gadis. Para anggota inti BRUISER dan ummi langsung menutup telinga begitu mendengar langkah kaki orang itu.
"ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH CALON PENGHUNI SURGA YANG TAMPAN DAN CANTIKNYA MASYA ALLAH!" teriak seorang cewek yang baru turun dari tangga.
Rania, Eva, dan Icha yang mendengar suara itu langsung terkejut. Mereka terperanjat saking terkejutnya. Sang pelaku langsung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ih, kamu tuh kebiasaan ya!" omel ummi.
"Hehe, maaf mi." Jawab cewek itu.
Hening.
"Loh, ada kakak-kakak cantik?" tanyanya pada Rania, Eva, dan Icha. Eva dan Icha hanya menjawabnya dengan senyuman tipis.
"Salim dulu ama kakak ipar lo!" titah Haidar pada Haura.
"WHAT?! KAKAK IPAR! FINALLY, ADA YANG MAU SAMA LO BANG! LO PELET PAKE APAAN!" ucap cewek itu histeris.Boleh juga akting ni anak!~ batin Haidar.
Ya, karena Haura saat ini memang sedang berakting seolah-olah ia belum terlaku dekat dengan Rania. Seolah-olah tidak tahu apa hubungan Rania dengan haidar selama ini. Ia melakukan itu demi melindungi status mereka agar tidak ketahuan satu dunia.
"BWAHAHAHAHAHA!" Seisi ruangan langsung tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan perempuank
itu, kecuali Haidar.
"Anjir, si Haura aja react-nya ampe kek gitu!" ucap Angga.
"Ya iya lah, secara kek siapa gitu yang mau sama bang Haidar. Kalo bang Leon mah jelas pake jurus gombalan yang liciknya astaghfirullah. Canda bang!" Oceh cewek itu lagi.
"Di-roasting ngga tuh?!" ledek Eva, Angga, Icha, dan Haidar sambil tertawa.
Rania, ummi, dan Ari hanya tertawa sambil geleng-geleng kepala melihat kelakuan mereka.
Setelah sarapan, mereka semua pindah ke ruang tamu untuk mengobrol santai. Semua berjalan normal, sampai akhirnya ada suara seseorang yang mengetuk pintu rumah. Haidar yang sebagai tuan rumah, segera berdiri untuk membuka pintu tersebut. Begitu ia membuka pintu, ia terkejut dan tubuhnya langsung membeku. Ummi dan Angga juga tak kalah terkejut dari Haidar saat melihat siapa yang datang ke rumah mereka.
"Bu-bunda?" ucap Haidar.
Seketika, Rania, Eva, Icha, Haura, Leon, dan Ari bertukar pandang mendengar perkataan Haidar itu. Dingin, itulah susana di ruangan ini.
"Siapa yang dateng...?" tanya abi dengan suaranya yang perlahan menjadi lirih.Terlihat wajah abi juga sama terkejutnya dengan Haidar dan ummi.
"Bunda kangen nak." Ucap wanita yang dipanggil oleh Haidar bunda dengan matanya yang berkaca-kaca.
Tubuh Haidar bergetar. Wanita itu langsung memeluk Haidar dengan erat sambil menangis. Tubuh Haidar mulai melemas. Ia mendorong pelan wanita itu. Ia langsung pergi ke luar dan pergi menaiki motornya. Rania dan yang lain saling menatap kembali. Wanita itu langsung menangis sejadi-jadinya.
"Maaf mi, kalo gitu kita pulang dulu." Ucap Icha dan yang lain sopan.
"Eh, iya. Maaf ya, jadi kayak gini." Ucap ummi saat tersadar dari lamunannya.
Mereka mengangguk sambil tersenyum dan langsung pergi untuk pulang. Mereka pulang menggunakan mobil milik Angga. Di tengah perjalanan, mereka semua langsung bertanya-tanya atas apa yang telah mereka dengar dan lihat saat berada di rumah Haidar.
"Gue seumur-umur ngga tau kalo ada bunda selain umminya Haidar." Ucap Leon.
"Lo tau sesuatu kan, Ngga?" tanya Ari mengintrogasi Angga. Yang lain langsung menatap Angga serius penasaran.
"Iya, tapi gue ngga bisa cerita. Biar Haidar sendiri yang bakalan jelasin ke kalian semua. Gue takut salah.""Btw, ni Rania emang ditinggal?" Tanya Leon.
Seluruh orang yang ada di dalam mobil langsung melirik ke arahnya. Seluruh orang mengetahui status Rania dan Haidar kecuali Leon.
"Kakaknya si Ari ada sangkut pautnya sama kejadian tadi. Jadi, dia kudu nyelesaiin semuanya juga di sana!" Jelas Angga berbohong dengan lancarnya.
"Ternyata si Rania ini ada hubungan erat dengan keluarga Haidar." Gumam Leon samjil mengangguk-angguk paham.
Perkataan Leon itu mengakhiri percakapan mereka di mobil. Hingga mereka sampai di tujuan, sama sekali tidak ada yang bersuara. Tidak seperti biasanya. Kita sedang penarsaran sekaligus khawatir dengan keadaan Haidar sekarang..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Gimana?
Haidar punya bunda?
Terus, ummi itu siapanya dia, dan bunda itu siapanya dia?
Kenapa abi juga kaget ngeliat bunda?
Kalo kalian penasaran, aku bakalan lanjutin cerita ini. Tapi kalo ga ya, bakal tetep aku lanjutin!😁
Btw, kalian suka cerita tipe begini ga?
Kalo suka, jangan lupa commant, share, add to library, and vote ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUST END (REPUBLISH)
Romance13+ Rania Adiningrum, seorang gadis remaja berusia 17 tahun yang memiliki kehidupan tidak seperti remaja pada umumnya. Ia tidak pernah pergi ke mall bersama teman, ke tempat disco, ataupun bermain dan bersendagurau dengan sahabat. Semua itu terjadi...