52. Leaving Her

111 3 0
                                    

Hari ini adalah hari terakhir ujian sekolah SMA Perjuangan. Sampai saat ini pun, video syur Rania dan Haidar yang beredar masih menjadi perbincangan seluruh warga sekolah, walau sebenarnya, mereka bukanlah pelakunya.

Setelah mengikuti ujian mata pelajaran terakhir ini, seluruh siswa akan merasa seperti keluar dari kandang. Mereka akan menikmati liburan dengan hang out bersama keluarga, sahabat, ataupun teman mereka.

Ujian akhir ini berjalan dengan sangat baik, mungkin hanya kelihatannya. Karena sebenarnya, otak para siswa SMA Perjuangan saat ini seperti akan pecah. Mereka semua mengelus kepala mereka yang dirurupi rambut. Stress katanya.

Saat Rania keluar dari sekolah, ia dijemput oleh tante Wulan. Gadis itu langsung berjalan ke arah mobil yang sangat ia ketahui siapa pemiliknya diikuti oleh Ari yang juga berjalan menghampiri mobil tersebut di belakang Rania.

Ya, mereka dijemput tante kali ini. Katanya, tante ingin mengajak mereka pergi ke suatu tempat bertiga saja. Rania sudah izin kepada suaminya. Sedangkan Nara dan om, mereka pergi nge-date berdua. Memang, ayah dan anak yang satu itu seperti magnet.

Rania sudah izin kepada suaminya. Kebetulan, katanya Haidar juga sedang ada urusan pulang sekolah. Jadi, tidak bisa mengantar Rania pulang.

“Assalamualaikum.” Sapa Haidar sambil mencium tangan tante Rania.

“Waalaikumsalam warah matullah. Haidar, udah lama ngga ketemu ya.”

"Iya tan."

“Gimana ujian kalian?” tanya tante.

“Pas ngerjain soalnya, berasa ngelihat tangga menuju surga.” jawab Ari histeris.

“Hus, ngaco kamu!” ucap tante sambil menjiwit perut Ari hingga sang empu merintih kesakitan.

“Ujian kamu gimana, Ran?” tanya tante pada Rania.

“Ya, gitu lah pokoknya.”

Tante memutar bola matanya jengah. Ia terlalu bosan untuk mendengar jawaban dari ponakannya itu.

"Kalo kamu, Dar?" Tanya tante.

"Easy."

"Ih, kamu ya! Di mana-mana sombong sama narsisnya ga ilang-ilang!" Ucap tante.

"Hehehe, tapi emang gampang, tan."

"Awas aja nanti kalo anak kamu sama Rania kayak gitu juga!"

"Emang kenapa tan?" Tanya Haidar.

"Tante cuma kasian sama Rania yang ngurus. Kesabarannya harus setebal bokong kuda nil!" Goda tante.

"BWAHAHAHAHAHAHA!!!" Ari langsung tertawa terbahak-bahak. Ia tidak bisa menahannya lagi.

"Tante ma, bisa aja!" Ucap Haidar malu.

"Kamu kan penyabar, iya ngga yang?" Tanya Haidar pada Rania sambil merangkulnya.

"Disabar-sabarin aja." Jawab Rania pasrah.

Semua tertawa. Haidar mencubit pipi chuby Rania.

"Berarti, mau nih punya anak?" Goda Haidar.

Rania terdiam. Jika ditanya ingin punya anak atau tidak, tentu ia mau.
"Pokoknya gue tunggu ponakan gue lahir! Pokoknya ntar kembar kayak gue sama Ira!" Ucap Ari.

"Iya Ran, biar lucu!" Timpal tante.

"Doain aja Ri, tan!"

"Aamiin."

"Ya udah, kalau gitu Haidar pamit dulu tan! Masih ada urusan di dalem soalnya." Ucap Haidar sambil menyalami tangan Wulan.

"Iya, hati-hati!"

MUST END (REPUBLISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang