Reuni

211 4 0
                                        

13 tahun kemudian...

"YAAA!!!"

"Astaghfirullah, kenapa?" tanya Rania menahan emosi.

"Baju aku mana?"

"Baju kamu banyak mas."

"Hoodie putih oversize yang aku gantung."

Rani memutar bola matanya jengah. Lagian ya, si Haidar nanyain bajunya kemana, padahal jelas-jelas baru dia pake kemarin~ batin Rania.

"Aku masukin mesin cuci."

"Loh?"

"Bau, ih!"

Haidar langsung memonyongkan bibirnya. Mau sok cute dia, padahal emang iya.

Rania langsung mengambil baju yang ada di lemari dan segera berganti baju. Haidar juga melakukan hal yang sama. Mereka akan pergi ke SMA Perjuangan untuk reuni angkatan '23. Memang, masa-masa SMA adalah masa yang paling seru dan ngangenin.

Begitu tiba di sekolah, Rania dan Haidar langsung berpisah karena mereka memang beda kelas. Haidar berjalan ke arah teman-teman kelasnya, dan Rania ke arah teman-teman kelasnya.

"Assalamualaikum!" sapa Rania sambil tersenyum.

"Waalaikumsalam!" jawab mereka serempak.

"Lo makin cantik aja kalo senyum." Goda Juna.

"Hehehe, makasih."

"Heh, awas lo disleding si Haidar!" ucap Eva.

"Hah? Haidar si kerua BRUISER itu, Va?" tanya Shila.

Memang teman-teman sekelas Rania tidak ada yang tahu jika Rania dan Haidar sudah menikah. Karena mereka tidak dekat, dan saat acara pernikahan yang datang hanya keluarga dan teman-teman terdekat Haidar. Saat itu, Rania belum memiliki teman.

"Iya."

"Lo jadian sama Haidar?" tanya Ardan.

"Ye.... Bukan pacaran biasa." Ucap Eva.

Semua menatap bingung ke arahku dan Eva. Mereka menunggu jawaban Eva selanjutnya.

"Pacaran halal." Lanjutnya.

"HAH! NIKAH?!" teriak mereka serempak.

Rania dan Eva menutup telinga seketika sembari mengangguk. Secara, itu suara teriakan 28 anak.

"Gile lo Ran, ketua BRUISER tuh!" ucap Neira.

"Mantan."

"Iya iya, mantan."

"Udah punya anak lagi mereka!" Celetuk Eva.

"WHAT THE F*CK?!" teriak seluruh orang, kecuali Rania, Juna, dan Eva tentunya.

"Sumpah, mi apa?!" Tanya Shila.

"Iya, 2 anaknya, yang pertama cowok, yang kedua cewek." Jelas Juna.

"Kapan nikahnya, kapan punya anaknya?!" Tanya Ardan kepo.

Rania bingung harus menjawab seperti apa, begitu pula Eva. Di saat mereka tengah berpikir untuk menjawab pertanyaan itu dengan tepat, Juna membuka suaranya. Ia memberikan penjelasan kepada yang lain mewakili Rania.

"Tepatnya kapan mereka nikah, gue lupa. Pokoknya, setahun setelah kita lulus, Rania udah langsung lahiran anak pertama." Jelas Juna singkat, padat, jelas, dan tepat.

"Anjay, langsung di gassss pollll!" Celetuk Roy.

"Ancit, lemes bener tu mulut lo! Dah ngelebihin cewek!" Ucap Fera sewot.

"Bacot, lo!"

"Eh, btw Va, suami lo ke sini juga ngga?" tanya Ayla.

"Iya, nungguin di angkringan depan dia."

"Btw, itu kapal Shila sama Ardan udah berlayar belum?" goda Eva.

"Beuh, tinggal sebar undangan aja gue." Ucap Ardan.

"Cielah... ntar WO-nya gue aja ya." Ucap Fera.

"Gampang." Jawab Ardan sambil mengacungkan jempol.

"Ntar nikahan lo bakalan beda dari yang lain. Gue bakalan kasih pertunjukan pargoy topeng monyetnya si Roy."

"Ah, sial lo!"

Ya, seperti 6 tahun yang lalu, mereka kejar-kejaran di dalam kelas melompati meja dan kursi. Tidak ada yang berubah, semua tetap sama. Mereka masih kekanak-kanakan. Yang suka dandan diem-diem di kelas juga sekarang lagi tancap. Yang suka ngerumpi ya ngerumpi. Yang suka baca buku sekarang lagi baca artikel dari HP. Bener-bener suasana yang ngangenin dan ngga bakalan aku lupain~ batin Rania.

TOK! TOK!

"Ra?" panggil seseorang dari depan pintu kelas.

Seluruh orang yang berada di dalam kelas membeku seketika. Roy dan Ardan yang kejar-kejaran langsung berhenti. Yang suka ngerumpi, tancap dan baca artikel dari HP juga. Mereka menatap ke arah sumber suara. Yaitu, Haidar yang sedang berdiri di depan pintu kelas. Rania berdiri dan mendatanginya.

"Kenapa?"

"HP sama kunci mobil ada di kamu, kan?" tanya Haidar.

Rania membuka tasnya untuk mengecek.

"Iya, ada di aku semua."

"Oh ya udah, aku kira aku ninggalin di mana gitu." Rania mengangguk.

"Ya udah, dilanjut mainnya. Sorry, ganggu." Ucapnya kepada seluruh warga kelas yang dibalas dengan anggukan oleh mereka.

Setelah itu, Haidar benar-benar pergi. Seluruh pasang mata yang ada di kelas langsung menatap ke arah Rania.

"Cie... yang didatengin pak ketu..." goda Eva.

"Berasa ketua kelas aja! Padahal ketua geng motor!" ucap Rania.

"Hahahahahahahaha...." Tawa Eva.

"Aduh, inget kita para kaum jombloan dong kak!" ucap Roy.

"Ye... makanya, si Fera cepetan dilamar! Keburu diambil orang loh!" goda Rania.

"Iyuh, najis gue sama lo!" ucap Fera.

"Ye... emang gue ngga! Ogah banget punya cewek yang nyuruh gue kayang dinikahan temen sendiri! Benci bet, sumpah!"

"Dih, ngomong benci. Tau ngga artinya apa?" tanya Rania.

Semua pasang mata yang ada di kelas langsung menatap ke rahku menunggu perkataan selanjutnya.

"Benar-Benar Cinta."

"Iyuh, ogah!" ucap Fera dan Roy serempak.

Seluruh warga yang ada di dalam kelas langsung tertawa terbahak-bahak. Mereka berdua ini memang tidak pernah akur. Tapi, entah kenapa aku merasa kalau sebenarnya Roy itu mau sama Fera. Cuma gengsi doang. Kalo Feranya ma, emang ngga peka anaknya. Ribet lah mereka.

Selanjutnya, mereka mengobrol santai biasa. Mengenag masa-masa kebobrokan kita saat itu. Yang paling membuat kita heboh adalah saat membahas penilaian tertulis PJOK. Karena kita nyontek masal hari itu. Pak Adi yang tahu, marahnya langsung meledak-ledak. Hingga akhirnya, mereka di suruh lari keliling lapangan 10 kali satu kelas saat jam istirahat. Mana ditonton murid lainnya lagi. Udah kepanasan, malu, tapi seru sih. Hehehe.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kalo penasaran sama kelanjutan cerita ini, aku bakalan lanjut, kalo ga penasaran, ya tetep lanjut.😆

Btw, kalian suka tipe cerita ini ga?

Kalian boleh banget kasih komentar, kritik, atau saran kalian supaya cerita aku kedepannya bisa lebih bagus lagi.

Jangan lupa masukin ke reading list,
share, dan vote terus ya!

MUST END (REPUBLISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang