Malam minggu, di mana semua orang sedang bersantai dan bermain bersama keluarga, teman, serta pasangan mereka. Sedangkan Rania, hanya berjalan seorang diri. Ya, Rania Adiningrum. Ia seorang gadis biasa berusia 17 tahun yang memiliki kehidupan tidak biasa. Menatap iri orang-orang yang sedang duduk di atas trotoar, memakan jajanan, dan tertawa bersama dengan orang yang mereka sayangi. Gadis bergamis hitam dengan khimar abu-abu itu berjalan sempoyongan di atas trotoar, ditemani oleh rintikan hujan yang membasahi tubuhnya.
Rania terus berjalan, tanpa sadar ia sudah masuk ke jalan kecil. Di sana, gadis itu melihat rombongan remaja laki-laki yang sedang nongkrong. Ia mengacuhkan mereka dan terus berjalan dengan pandangan lurus.
Tiba-tiba, salah satu dari mereka mencengkram pergelangan tangannya. Ia langsung menepisnya.
"Widih, sok jago ni cewek." Katanya.
"Nongkrong bareng sini!" Ajak mereka.
Rania hanya menatap mereka sebentar dan melanjutkan perjalanannya. Mereka mencengkram pergelangan tangannya lagi. Kali ini, Rania tidak bisa menepisnya.
"Tinggalin semua barang-barang lo, mulai dari HP, duit, dan lainnya!"
Rania berusaha melepaskan tangannya dari mereka. Tapi, mereka sangat kuat. Ia ingin berteriak minta tolong. Namun jalanan ini sangat sepi, sehingga ia mengurungkan niatnya.
"Kalo lo ngga mau, lo bisa kok main dulu sama gue. Ngga lama kok, cuma sampe besok pagi." Ucapnya sambil tersenyum.
"Brengsek!" maki Rania sambil terus berusaha melepaskan diri cengkraman laki-laki itu.
"Banyak tau, cewek yang mau sama gue. Lo tu beruntung karena gue yang nawarin duluan."
"Karena mereka murahan." Ucap Rania dengan suara tenang.
"Dasar lo! Cantik ngga seberapa, sombongnya kelewatan!" ucap salah satu dari mereka yang masih duduk sambil memegang rokok yang ada di tangan kanannya.
"Percuma kali, cantik tapi murahan dan ngga punya harga diri." Ucap Rania menimpali perkataan mereka.
"Bacot!"
Laki-laki yang mencengkram lengan Rania itu hendak menamparnya. Tapi, aksinya itu terhenti saat ada seorang laki-laki yang muncul dari belakang Rania. Ia langsung menghentikan pergerakan laki-laki yang hendak menampar Rania dengan mencengkram tangannya dari arah belakang gadis bergamis itu.
Tidak ada yang menyadari kehadiran lelaki itu. Sejak para berandalan itu mengganggu Rania, ia sudah berada di sana mengamati. Tentu ia merasa terganggu dengan perlakuan segerombol berandalan itu pada si gadis bergamis hitam. Terlebih, gadis itu adalah gadis yang selama ini ia kagumi. Ia tidak maju sejak awal karena menunggu situasi yang tepat.
"Wah, si bocah tengil ikut-ikutan lagi nih!" katanya.
"Dito, gue lagi males." Kata laki-laki itu dari belakang Rania.
"Gue juga. Tapi lo yang mulai ikut campur."
Akhirnya, pertengkaran pun dimulai. Mereka mulai saling memukul. Rania hanya berdiri diam melihat kejadian itu. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia ingin membantu laki-laki itu, tapi bagaimana?
Tak lama, terdengar suara sirine mobil polisi yang sedang berpatroli. Mereka, para gerombolan laki-laki berandalan tadi langsung berlari meninggalkan aku bersama cowok itu. Dasar, pengecut!
"Awas lo Haidar, urusan kita belum selesai." Ucap berandalan tadi.
Yang dikatai hanya diam memandang punggung gerombolan itu yang hampir menjauh.
"Thanks ya, udah nolongin gue." Kata Rania pada Haidar.
"Never mind."
Rania memperhatikan laki-laki yang menyelamatkannya itu. Ia sangat tinggi, mungkin sekitar 180 cm. Beda jauh dengan Rania yang hanya memiliki tinggi 152 cm. Ia berkulit kuning langsat. Rambut hitam yang sedikit gondrong diikat seadanya agar tidak menutupi matanya. Hidungnya yang mancung seperti pensil yang tajam setelah diraut. Ia juga mengenakan jaket hitam. Satu lagi yang tidak ketinggalan, ganteng.
"Kenapa, ngeliatinnya gitu banget?" Tanya laki-laki itu.
"Oh iya, gue paham. Muka gue gantengnya emang susah ditolak." Lanjutnya.
Apa-apaan nih cowok. Dia dingin terus galak ke berandalan tadi. Seketika, image-nya berubah jadi bocah narsis. Bener kata berandalan tadi, dari mukanya emang keliatan tengil tu anak.~ batin Rania panjang lebar.
"Ayo, aku anterin pulang! Dari pada nanti kamu diganggu mereka lagi." Ujar lelaki itu.
"Ngga usah."
"Udah ngga pa pa, ayo ikut aku!"
"Gue mau belanja dulu, jadi ngga usah." Jawab Rania tegas.
"Ya udah."
Rania berjalan meninggalkan laki-laki tadi, kemudian membalikkan tubuh ke arahnya kembali.
"Sekali lagi, thanks ya." Ucap Rania
Laki-laki itu hanya berkacak pinggang sambil tersenyum pada Rania, lalu melambaikan tangannya.
Tanpa sepengetahuan Rania, laki-laki bernama Haidar tadi berjalan mengikutinya hingga sampai di minimarket untuk memastikan bahwa gadis itu aman. Ia khawatir jika sewaktu-waktu akan ada gerombolan laki-laki nakal yang akan menggoda Rania lagi.
Rania langsung pergi ke minimarket terdekat dan membeli keperluannya. Saat dalam perjalanan maupun di supermarket, ia merasa seperti ada yang mengikutinya. Ia segera membayar belanjaannya dan pergi ke luar untuk pulang.
Saat keluar dan sedang menyebrang, tiba-tiba ada suara klakson motor dari arah samping Rania. Ia menoleh, namun terlambat. Motor itu sudah menabrak tubuhnya dan ia langsung terhempas.
TIN! TIN!
BRUK!
Apa ini? Aku mengalami tabrak lari? Aku tidak ingin mati sekarang? Bagaimana dengan Ari? Aku tidak ingin dia hidup sendirian di dunia yang kejam ini.~ batin Rania.
Haidar yang melihat kejadian itu seketika panik. Ia langsung berlari ke tengah jalan untuk menolong Rania. Ia menatap ke arah pengendara motor yang menabrak Rania. Motor itu langsung dibawa kabur oleh sang pemilik. Ya, ini adalah kasus tabrak lari dan Haidar sangat tahu siapa pelakunya.
Rania terbaring lemah di jalanan. Ia merasakan kepalanya yang cenat-cenut dan ada darah yang mengalir. Ia masih tersadar tapi pengelihatannya kabur. Ia masih dapat melihat saat seorang laki-laki tinggi berlari ke arahnya dengan raut wajah yang panik.
"Nia! Bangun, Nia!" teriaknya.
"Ha-Haidar?" Rania sudah tidak kuat lagi. Ia tak sadarkan diri.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Gimana, kalian penasaran ga nieh?Kalo penasaran, aku bakalan lanjut, kalo ga penasaran, ya tetep lanjut.😆
Btw, kalian sukatipe cerita jni ga?
Kalian boleh banget kasih komentar, kritik, atau saran kalian supaya cerita aku kedepannya bisa lebih bagus lagi.
Jangan lupa masukin ke reading list,
share, dan vote terus ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
MUST END (REPUBLISH)
Romans13+ Rania Adiningrum, seorang gadis remaja berusia 17 tahun yang memiliki kehidupan tidak seperti remaja pada umumnya. Ia tidak pernah pergi ke mall bersama teman, ke tempat disco, ataupun bermain dan bersendagurau dengan sahabat. Semua itu terjadi...