Hari ini, seluruh siswa sudah masuk sekolah seperti, walau belum bisa seperti biasa. Kami hanya masuk sekolah untuk membantu merapikan sekolah dan menghiasnya untuk acara HUT SMA Perjuangan yang ke-56 besok.
Tidak ada yang terlalu seru. Semua berjalan normal dan serius. Tidak ada yang bercanda.Saat bel pulang sekolah sudah berbunyi....
"Ran, lo mau pulang bareng ngga?" Tanya Juna pada Rania.
Icha dan Eva yang mendengar itu langsung terbengong. Tidak hanya itu, semua orang yang ada di kelas saat itu langsung menatap ke arah Rania dan Juna yang saat ini sedsng berhadapan. Mereka begitu terkejut saat mendengar sang ketua OSIS yang mengajak pulang bersama anak paling diem satu sekolah. Gadis yang dijauhi banyak siswa karena kejutekan wajahnya.
"Ngga, makasih. Gue..." belum selesai Rania merespon ajakan Juna, Haidar masuk ke kelas Rania bersama Ari.
"Sayang, ayo pulang!" ajak Haidar sambil merangkul Rania yang langsung ditepis.
"Gue duluan yang ngajakin, bagsat!" ucap Juna pada Haidar.
"Oke, kita lihat Rania bakalan pilih siapa."
Orang-orang yang ada di kelas semakin melotot melihat Haidar yang memasuki kelas mereka, lalu merangkul Rania sambil mengajaknya pulang, dan memanggil Rania dengan sebutan 'sayang'. Mereka juga tidak habis pikir, bagaimana seorang anak yang bisa dibilang hampir tak ada seorang pun melihatnya, karena kepribadian yang tertutup itu diperebutkan oleh most wanted sekolah. Juna, si ketos. Dan Haidar, si ketua geng motor.
"Sorry, gue pulang bareng Ari." Jawab Rania.
Ari yang sedang berdiri di depan pintu kelas pun langsung terdiam ketika semua orang menatap ke arahnya. Ia menunjuk dirinya sediri sambil bergumam.
"Gue?"
"Ya udah kalo gitu. Kapan-kapan, kalo lo butuh tumpangan, kasih tau gue aja! Gue bakalan anterin lo pulang."
Setelah mengatakan itu, Juna melirik ke arah Haidar sekilas dan langsung pergi meninggalkan kelas. Haidar yang melihat lirikan maut Juna itu langsung membulatkan matanya. Mamam tu, ditolak istri gue kan lo?! Enak aja tu bocah! Ga akan gue biarin bokong istri gue nempel di sadel motor lo!~ batin Haidar kesal.
"Sumpah ya lo, ngebet banget sih pengen ketemu Rania!" ucap Icha kesal karena Haidar yang masuk kelas mereka tak lama setelah bel pulang.
"Tau nih! Dasar biadab ngga tau diri!" timpal Eva sengit.
Haidar hanya memutar bola mata mendengar ocehan dari 2 sahabat Rania itu. Ia memilih menenggerkan lengannya di bahu Rania.
"Ayo pulang!" rengek Haidar.
"Ngga." Jawab Rania.
"Kamu beneran mau pulang sama Ari? Ntar aku bilangin ke Ari deh kalo kamu mau pulang sama aku. I swear!" ucap Haidar.
"Pawang gue galak, jangan macem-macem lo!" ancam Rania padanya.
Ia terkekeh pelan. "Emang pawang kamu siapa, hah?!" Tanya Hidar menggoda Rania sambil memainkan alisnya.
Rania langsung membuang tatapannya. Ya, bisa dibilang, sekarang pawangnya bukan Ari lagi. Tapi, Haidar yang sudah menjadi suaminya. Haidar membalasnya dengan kekehan, lalu tersenyum yang entah bagaimana terasa semakin hangat semakin Rania menatapnya. Tatapan mereka. saling terpaku selama beberapa saat.
"Woy lah, zina mata!" ucap Icha sambil menepukkan kedua tangannya di antara wajahku dengan wajah Haidar.
Haidar yang mendengar perkataan Icha itu langsung terkekeh. Sedangkan Rania ia mengangkat salah satu sudut bibirnya. Mereka tetap saling menatap.
Ari yang melihat Rania sedikit menyunggingkan senyuman itu langsung menghampiri kakanya. Ia menempelkan telapak tangannya ke pucuk kepala Rania sambil memejamkan mata."Audzubillahiminasysyaythoonirraajiim."
Rania langsung menepis tangan Ari.
"Btw Dar, tu soulmate lo di mana?" Tanya Icha pada Haidar.
"Lha, ni di depan gue!" jawabnya santai.
"Bukan Rania, tapi si Leon!" ucap Icha malas.
"Lha, lo ngomongnya soulmate sih! Kan gue langsung mikirin si Rania! Kalo Leon mah bro gue!" oceh Haidar.
"Iya dah, serah lo! Mana orangnya?!" Tanya Eva malas.
"Udah di parkiran kayaknya." Ucap Haidar.
"Ya udah Ran, kita duluan ya! Mau ngegibahin si Haidar soalnya, bye Ran!" ucap Icha sambil meninggalkan kelas bersama Eva. Tak lupa, mereka melambaikan tangan pada Rania yang hanya menatap kepergian mereka.
"Ya udah Ran, keluar bareng yuk!" ajak Haidar.Rania sudah tidak bisa menolak karena memang bertiga adalah murid terakhir yang ada di kelas ini. Bertiga, kan ada Ari.
Mereka langsung keluar sekolah bersama. Sesampainya di parkiran, Ari langsung menaiki motornya, dan memakai helm yang ia bawa.
"Bang, jan lupa ntar malem ya!" Ucap Ari pada Haidar yang dibalas acungan jempol.
Setelah itu, Ari pergi melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
Rania tidak mengerti dengan maksud perkataan Ari tadi. Ia menatap Haidar bertanya-tanya. Haidar yang menyadari tatapan istrinya itu langsung memberikan penjelasan."Aku nanti malem sama anak-anak mau konvoi, boleh ya?" Tanyanya meminta izin.
"Serah, lo."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Gimana ya, kelanjutan kisah Juna yang hampir mustahil memiliki Rania?
Terus, gimana keseruan konvoi anak-anak BRUISER?
Kalo penasaran sama kelanjutan cerita ini, aku bakalan lanjut, kalo ga penasaran, ya tetep lanjut.😆
Btw, kalian suka tipe cerita ini ga?
Kalian boleh banget kasih komentar, kritik, atau saran kalian supaya cerita aku kedepannya bisa lebih bagus lagi.
Jangan lupa masukin ke reading list,
share, dan vote terus ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
MUST END (REPUBLISH)
Romance13+ Rania Adiningrum, seorang gadis remaja berusia 17 tahun yang memiliki kehidupan tidak seperti remaja pada umumnya. Ia tidak pernah pergi ke mall bersama teman, ke tempat disco, ataupun bermain dan bersendagurau dengan sahabat. Semua itu terjadi...