Pagi Minggu ini, rumah Haidar sudah heboh. Mereka tengah bersiap-siap untuk pergi ke rumah Rania dan melamar sang gadis pemilik rumah untuk Haidar.
Keluarga Haidar baru tahu jika Haidar hendak melamar Rania 2 hari yang lalu. Jadi, mereka mempersiapkan segalanya dengan terburu-buru. Mulai dari mental, biaya pernikahan, dan biaya hidup Haidar dan Rania sementara sebelum Haidar menemukan pekerjaan.
"Kamu ni, ngelamar anak orang dadakan!" Omel ummi Haidar.
"Ya maaf mi, Haidar lupa kalo minggu lalu ngajak nikah anak orang."
"Gile lo, lupa kalo habis ngelamar anak orang!" Ucap Haura, adik Haidar kesal.
"Tau nih, kebiasaan abang kamu! Untung abi lagi ngga nugas!" Timpal abi.
Setelah selesai mandi, sarapan, dan berganti baju, keluarga Haidar pergi berangkat ke rumah Rania menggunakan mobil. Perjalanan yang akan mereka tempuh hanya sekitar 30 menit.
♠︎♠︎♠︎
Di sisi lain, Wulan dan Radit datang ke rumah Rania. Saat Rania terbangun, mereka sudah dengan santai duduk di sofa.
"Loh, om sama tante kapan dateng? Tumben." Tanya Rania pada mereka.
"Tadi, baru aja. Kan hari ini mau lamaran, gimana sih." Jawab Wulan.
"Oh... Ya udah kalo gitu, aku mandi dulu."
Saat Rania tengah mengambil handuk dan baju untuk mandi, ia baru memproses perkataan tantenya tadi Lamaran, lamara, lamaran.... Siapa yang mau lamaran?
Selesai mandi, Rania pergi ke ruang tamu. Wulan sudah mulai memasak, sedangkan Ari sudah mandi dan berpakaian rapi. Tumben tu anak rapi.~ batin Rania.
"Lho kak, lo kok ngga siap-siap?" Tanya Ari.
"Mau ngapain sih emangnya?" tanya Rania balik.
"KAN LO MAU LAMARANNN!!! Emosi gue."
"Sama siapa WOY!"
"Bang Haidar lah, siapa lagi yang mau sama lo?" jawabnya.
Saat itu juga mata Rania membelalak, terkejut. Ia baru teringat dengan kejadian seminggu lalu saat Haidar mengikutinya pulang ke rumah dan langsung melamarnya.
Tiba-tiba, ada seorang anak kecil berhijab yang datang memeluk Rania.
"Tak Lania!!! Kok nda siap-siap? Kan kita mau makan-makan." Kata anak itu.
Dia adik sepupu Rania, namanya adalah Nara. Ia anak dari Wulan dan Radit. Ia berusia 4 tahun. Rania langsung menggedong gadis kecil itu.
"Iya, ini kakak baru mau siap-siap." Kata Rania sambil hendak menurunkan Nara dari gendongannya.
"Cium dulu." Kata Nara sambil menunjuk pipi kanannya.
Tanpa ba-bi-bu, Rania langsung mencim pipinya. Ia terlihat sangat senang, terus tersenyum. Rania meninggalkannya pegi ke kamar untuk bersiap.
Saat Rania selesai ganti baju dan masih berada didalam kamar, Wulan mengetuk pintu.
"Ran, udah siap belum? Itu si Haidar udah dateng."
"Iya." Jawab Rania sambil membuka pintu.
Rania keluar di antar untuk pergi ke ruang tamu. Di sana sudah ada Haidar beserta orang tua dan adiknya.
Acara lamaran berlangsung normal, keluarga Haidar meminta izin untuk melamar Rania dengan kata-kata mereka. Pokoknya, Rania hanya mendengarkan dan menjawab semuanya.
"Saya Muhammad Haidar Al-Fatih, ingin melamar kamu, Rania Adiningrum, sebagai istri saya di dunia dan di akhirat." Ucap Haidar dengan lancar dan tegas.
"Btw, hasil istikharah dan doa sepertiga malam gue udah keluar dan itu lo, Rania."
"Gimana Rania, lamarannya diterima?" Tanya ibunya Haidar.
Rania melirik ke arah tantenya, omnya Ari, lalu Haidar. Ia berpikir. Hasil istikharah Haidar gue. Tapi, gimana kalo nanti Haidar punya nasib kayak keluarga gue? Gue juga ngga tau gue suka sama dia atau ngga? Tapi, dengan gue menikah sama dia, paling ngga Ari sama tante jadi ngga mikirin gue terus kan?~ batin Rania.
"Tapi nanti...." Belum sempat Rania melanjutkan perkataannya, Ari langsung menggenggam tangannya sambil tersenyum.
"Don't afraid." Ujarnya.
"But, we don't know what will happen in the future, right?" Jawab Rania.
"We don't know if we don't try, Ya." Kata Haidar pada Rania. Rania menunduk sejenak sembari merenung, apa yang harus ia jawab.
"Bismillaahirrahmaanirrahiim. Saya, Rania Adiningrum menerima lamaranmu, Muhammad Haidar Al-Fatih sebagai suami saya." Jawab Rania. Senyuman langsung terukir di wajah keluarga Haidar.
"Karena Rania yang paling muda, kamu maunya kapan?" Tanya Ayahnya Haidar.
"Maaf om, saya yang paling muda? Memangnya umur Haidar berapa?" tanya Rania sopan.
Semua anggota keluarga Haidar tertawa. Apalagi adiknya, ia tertawa sangat lepas.
"Si abang mah udah tua." Ledek Haura.
"Dia mah udah mau kepala 2." Lanjutnya lagi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Kesel ga nih,sama kelakuannya Haidar?
Kalo penasaran, aku bakalan lanjut, kalo ga penasaran, ya tetep lanjut.😆
Btw, kalian suka tipe cerita jni ga?
Kalian boleh banget kasih komentar, kritik, atau saran kalian supaya cerita aku kedepannya bisa lebih bagus lagi.
Jangan lupa masukin ke reading list,
share, dan vote terus ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
MUST END (REPUBLISH)
Romance13+ Rania Adiningrum, seorang gadis remaja berusia 17 tahun yang memiliki kehidupan tidak seperti remaja pada umumnya. Ia tidak pernah pergi ke mall bersama teman, ke tempat disco, ataupun bermain dan bersendagurau dengan sahabat. Semua itu terjadi...