Setelah pergi ke perpustakaan, Rania melangkahkan kakinya untuk pergi ke kantin. Seperti hari-hari sebelumnya, Haidar mengikuti di sampingnya.
Rania mencari Icha dan Eva. Saat ia menemukan mereka, mereka langsung melambaikan tangan pada Rania dan memberi isyarat untuk bergabung.
“Dar, lo ngga makan bareng gue lagi? Dasar lo bucin! Cinta diterima aja kagak!” ledek Leon.
“Belum.” Ucap Haidar.
“Iya, belum. Serah lo dah!” ucap Angga kesal.
Leon menatap ke arah Rania. Sepertinya, ia beru menyadari keberadaan gadis itu di antara mereka.
“Eh, Ran, sorry gue baru sadar ada lo di sini.” Ucapnya. Rania hanya mengangguk sebagai respon dari ucapannya.
“Maafin temen gue yang tengilnya kelewatan ini ya, Ra. Gue paham banget, lo pasti ngerasa risih waktu lo Haidar coba PDKT ke lo kan? Gue paham banget apa yang lo rasain. Pasti dalam hati lo bilang, 'minggat sono bego!’ gitu kan? Sama, gue juga kalo udah risih sama tu anak kayak gitu. Malah bisa-bisa gue ngusir dia saking ngganggunya. Makanya, kalo lo ngerasa keganvgu banget sama ni anak mending lo sama gue aja. Dijamin hidup lo bakalan lebih damai, aman, sentosa. Belum lagi dapet kasih sayang yang melimpah dari abang Leon.” Oceh Leon panjang lebar dan diakhiri dengan mengedipkan sebelah matanya ke arah Rania.
“Kayaknya kita bisa ngegibahin si Haidar nih!” ucap Rania datar namun menggoda. Ia mengabaikan ajakan Leon ntuk menjadi pacarnya.
“Gampang, buat kakak cantik apa yang engga sih? Ntar gue atur jadwalnya.” Jawab Leon.
“Gile lo, ngata-ngatain gue di depan Rania, mana nggodain lagi! Awas lo, gue seleding di shadow house! Lo juga Dara, kok lo malah ikutan si Leon buaya bangke sih?! Lo kan sweetheart-nya gue!” Ucap Haidar.
“I just follow what my heart says.” ucap Rania sambil berlalu meninggalkan mereka.
Rania berjalan menuju meja Icha dan Eva. Setelah sampai tujuan, ia baru sadar kalau ada 2 makhluk yang mengikutinya sedari tadi. Icha dan Eva yang melihat pemandangan itu hanya bisa bertukar pandangan.
“Lo pada ngapain ke sini?” tanya Rania pada Haidar dan Leon.
“Ngikutin lo.” Jawab Haidar.
“Kalo gue sih ngikut Haidar.” Jawab Leon.
“Lagian ngga ada kursi sisa selain tempat kalian. Nebeng boleh kali.” Ucap Haidar.
Ia menarik kursi di hadapan Rania yang langsung diikuti oleh Angga.
“Gue mah fine fine aja.” Ucap Eva.
“OGAH GUE! LO KEBANYAKAN BACOT! APALAGI KALO ADA RANIA!” ucap Icha ngegas.
“Nyantai atuh, Cha.” Ucap Haidar.
“Gimana gue bisa nyantai kalo lawan bicaranya lo ogeb?!” ucap Icha sambil menahan emosi.
“Iya, emang ngomong sama makhluk satu ini bawaannya emosi. Iya ngga Cha?” ucap Leon. Dasar emang dia, kompor terooosss…
Icha memberikan tos pada yang langsung dibalas oleh Leon. Sepertinya, mereka akan sefrekuensi dalam menghadapi kelakuan Haidar.
“Jodoh nih kita. Sama-sama sebel sama Haidar.” Ucap Leon kepada Icha sambil menaikturunkan alisnya.
“Mau gue tabok?” tanya Icha.
“Asal kan kau bahagia, aku rela kamu ngapa-ngapain aku.” Ucap leon gombal.
“Lo bakalan nyesel , Yon.” Ucap Eva prihatin.
PLAK!
“AAAAKKK!!!”
Dan benar saja, Icha menabok Leon hingga membuat laki-laki itu mengeluakrkan teriakan yang menggelegar. Sampai-sampai, seluruh pasang mata yang ada di kantin menatap ke arah mereka saat ini.
“Mampus lo!” ucap Haidar sambil tertawa terbahak-bahak.
Leon mendengus kesal.
“Bar-bar banget lo jadi cewek!”
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Kalo penasaran sama kelanjutan cerita ini, aku bakalan lanjut, kalo ga penasaran, ya tetep lanjut.😆
Btw, kalian suka tipe cerita ini ga?
Kalian boleh banget kasih komentar, kritik, atau saran kalian supaya cerita aku kedepannya bisa lebih bagus lagi.
Jangan lupa masukin ke reading list,
share, dan vote terus ya!

KAMU SEDANG MEMBACA
MUST END (REPUBLISH)
Romantizm13+ Rania Adiningrum, seorang gadis remaja berusia 17 tahun yang memiliki kehidupan tidak seperti remaja pada umumnya. Ia tidak pernah pergi ke mall bersama teman, ke tempat disco, ataupun bermain dan bersendagurau dengan sahabat. Semua itu terjadi...