Hari ini, Rania berangkat sekolah seperti biasa. Entah kenapa hari ini rasanya mager banget. Apalagi saat melihat pemandangan pertama yang ia lihat di sekolah. Ia langsung menatap objek itu dengan malas.
"Nia!" Teriaknya. Ya, itu suara Haidar. Rania tidak menjawab. Gadis itu tetap berjalan dan menatap lurus ke depan.
"Lo tau ngga sih, kemarin Minggu tu bukannya liburan gue malah sters gara-gara lo coba!" Omel Haidar Rania menoleh menatapnya sekilas sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Iya, gue tu pagi ngga bisa sarapan karena kepikiran lo terus. Siang ngga bisa makan karena kangen lo. Malem ngga bisa tidur karena kelaperan dan overdosis sama lo yang terus kebayang di pikiran gue." Lanjut Haidarpanjang lebar.
"Derita lo!" jawab Rania.
"Lo cuma jawab gitu doang? Ngga salting baper gimana gitu?" Tanya Haidar.
"Ngga."
Rania langsung pergi meninggalkannya sendirian di koridor. Ia melangkah pergi ke kelasnya dan entah kenapa Haidar terus mengikuti.
Begitu masuk kelas, semua orang langsung menatap ke arah Rania. Mereka memasang mimik wajah yang bertanya-tanya. Jelas mereka bingung. Secara laki-laki yang dirumorkan tidak pernah deket dengan cewek di sekolah, tidak pernah pacaran, dan serius itu tiba-tiba datang ke sekolah bersama dengannya. Belum lagi, dia malah masuk ke kelas Rania.
Rania langsung duduk di kursinya. Eva dan Icha yang duduk di depannya langsung memutar posisi duduk mereka ke arah Rania dan menatap ke arah laki-laki yang duduk di kursi sampingnya. Dari mulut Eva dan Icha, ia bisa membaca gerak bibirnya. Ia berkata, 'What?'
"Rabbi, lo ngapain di sini?!" tanya Rania datar pada Haidar.
"Udah aku bilangin kan. Dari kemarin aku kangen sama kamu. Rugi ih kalo sekarang harus pisah kelas!" Jawab Haidar.
Mendengar jawaban itu, mata Icha dan Eva langsung membulat. Semua anak-anak yang ada di kelas itu pun langsung menoleh ke arah Rania. Apalagi, Haidar berbicara dengannya menggunakan kata 'aku' dan 'kamu'. Biasanya remaja zaman sekarang kalau tidak punya hubungan apapun berbicara menggunakan kata 'lo' dan 'gue'.
"Pergi!" titah Rania. Haidar menggeleng.
"Lo cari mati?!" ancam Rania. Ia hanya menggedikkan bahu sambil tersenyum ke arahnya. Cobaan apalagi ini Ya Allah~ batin Rania kesal.
TET! TET! TET!
Bel masuk sekolah sudah berbunyi dan Haidar masih tetap duduk di samping Rania. Gadis yang terus diekori Haidar tadi menoleh ke arah laki-laki itu.
"Ma lo apa sih?!" tanya Rania kesal.
"Gue mau lo." Jawab Haidar.
Icha dan Eva yang sedang santai mengobrol berdua langsung menoleh ke belakang, maksudnya ke arah Rania dan Haidar.
"WHAT!" Teriak mereka.
"Astaghfirullahaladzim, kalo bisa gue tabok!" ucap Rania.
"Kalo bisa? Emang lo ngga bisa nabok gue?" Tanya Haidar.
"Bukan makhrom."
"Gimana biar jadi makhrom?"
"Lo bego?"
Haidar terkekeh. "Ya udah, ntar gue halalin biar lo puas nabok gue!" ucapnya.
"Naudzubillah." Ucap Rania menimpali perkataannya.
"Sok naudzubillah, besok Minggu juga...!" celetuk Haidar. Sebelum Haidar menyelesaikan kalimatnya, Rania langsung melempari wajah Haidar dengan buku.
PLAK!
Haidar menutup matanya dan terdiam. Ia mengusap wajahnya kasar. Seluruh orang yang ada di kelas itu langsung membulatkan mata mereka. Tentu mereka terkejut, siapa perempuan gila plus kurang ajar yang berani melempari ketua geng motor paling ditakuti se-Indonesia dengan buku.
"Astaghfirullahaladzim Rania, kamu KDRT ke saya?" Tanya Haidar lembut.
"Kita ngga berumah tangga."
"Nanti."
"Iya, gue bakal ngelakuin KDRT!" Ucap Rania jutek.
"Astaghfirullah, Ya!"
"Keseruan dalam rumah tangga."
Haidar langsung tertawa lepas begitumendengar perkataan dari calon istrinya itu. Sangat lepas. Sampai-sampai orang-orang yang ada di kelas menatap ke arah haidar. Mereka semua terheran, bagaimana bisa Rania membuat 'si anti cewek' ini tertawa lepas di hadapannya langsung.
"Keseruan apa, hah?!" Tanya Haidar menantang.
"Liat aja nanti!" Jawab Rania dengan nada sedikit kesal.
"Ya Allah, lucunya bidadari surga ini!" Ucap Haidar pada Rania sambil terkekeh.
"Haidar bisa begini toh? Are you really Haidar? You look like not Haidar?" Tanya Icha. Eva hanya bisa menganga sambil menggelengkan kepala mendengar perkataan Haidar tadi.
"Yeah, I'm Haidar. And don't be jealous if I like this only to my sweetheart." ucap Haidar.
"HAH?!" teriak Rania.
Ini sudah kelewat tidak masuk akal. Rania menggelengkan kepalanya. Sungguh, ingin rasanya gadis itu memutar kembali waktu ke masa di mana ia belum pernah bertrmu ataupun mengenal Haidar. Ia akan mencegah pertemuannya dengan Haidar.
"No, no, no. Get out or...." Rania belum menyelesaikan kalimatnya, Haidar menyelanya.
"Or what?" tanyanya menantang.
"I really hate you" jawab Rania."You can't do it!" ucapnya. Rania menaikkan sebelah alisnya bertanya-tanya.
Haidar berdiri sambil mengambil ranselnya dari kursi. Ia menaruh tangannya di saku celana lalu menekuk lututnya agar wajahnya sejajar dengan wajah Rania. Ia mengeluarkan senyum.
"Cause you can only fall in love to me."
Setelah mengatakan itu, ia pergi meninggalkan kelas. Untunglah ia segera pergi, karena setelah itu guru langsung masuk kelas. Rania menggelengkan kepalanya sambil beristighfar.Eva dan Icha menoleh ke arah Rania, ia berbisik padanya. "Haidar ngomong apaan tadi sebelum pergi." Tanya Eva sekaligus mewakili pertanyaan Icha.
"Nonsense."
Tentu Eva dan Icha tidak mengerti dengan perkataan Rania. Biarlah hanya ia, Haidar, Allah, dan author yang tahu soal. Karena menurut Rania, itu adalah pernyataan yang paling mengerikan dalam hidupnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Kepo ga nieh, kira-kira hubungan mereka nanti bakalan kayak gimana?
Btw, kalian suka tipe cerita ini ga?
Kalian boleh banget kasih komentar, kritik, atau saran kalian supaya cerita aku kedepannya bisa lebih bagus lagi.
Jangan lupa masukin ke reading list,
share, dan vote terus ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
MUST END (REPUBLISH)
Romantizm13+ Rania Adiningrum, seorang gadis remaja berusia 17 tahun yang memiliki kehidupan tidak seperti remaja pada umumnya. Ia tidak pernah pergi ke mall bersama teman, ke tempat disco, ataupun bermain dan bersendagurau dengan sahabat. Semua itu terjadi...