Rania dan Haidar pulang ke rumah dengan selamat. Setiap hari aku selalu menunggu kapan hari berakhir dan berganti. Namun, berbeda dengan hari ini. Tak terasa, hari ini waktu berjalan lebih cepat dari biasanya.
“Makasih, udah ngajakin aku keluar.” Ucap Rania.
“Sama-sama. Apa sih yang ngga buat istriku ini? Kecuali kamu minta cerai dan menikahi laki-laki lain, aku ngga akan biarin itu terjadi!” Ucap Haidar sambil tersenyum hangat pada Rania lalu membelai kepala sang istri.
Tiba-tiba, terdengar suara pintu rumah yang terbuka. Ternyata, Ari susah lebih dulu sampai di rumah. Kelihatannya, ada beberapa temannya yang main ke rumah. Karena banyak motor yang terparkir di depan rumah. Ia memasukkan tangannya ke saku celana sambil memandang ke arah Rania dan Haidar.
“Gimana bang? Puas nge-date nya?” tanya Ari pada Haidar.
“Ye… puas dari Hongkong? Orang ceweknya aja asik sendiri.”
"Yuk, masuk! Ini lagi pada mau main ke rumah katanya!” Ajaknya.
Haidar dengan sigap langsung memarkirkan motornya. Lalu, masuk rumah Rania dengan cengiran khasnya yang menjengkelkan.
Rania yang melihat interaksi dua cowok itu hanya bisa menggelengkan kepala. Dari pertemuan mereka yang hanya beberapa kali dan sebentar, mereka sudah bisa sedekat itu.
Saat masuk rumah, semua teman Ari ternyata anak-anak BRUISER. Seperti biasa, ada anggota inti yang terdiri dari Leon, dan Angga. Anggota BRUISER dominan dengan laki-laki, tapi ada beberapa perempuannya juga sih. Ada beberapa yang merokok. Mereka semua langsung menyapa dengan sopan begitu aku masuk rumah.
Tapi, ada dua wajah yang tidak asing bagi Rania dan Haidar. Mereka adalah Eva dan Icha.
"Lo...?" Tanya Rania dan Haidar serempak. Mereka tidak menyangka jika Eva dan Icha juga bergabung dalam perkumpulan itu.
"Hai!" Sapa Eva.
"Yo!" Sapa Icha sambil merokok.
“Kak, kita temennya Ari izin main bentar ya.” Kata salah satu dari mereka. Kalau tidak salah namanya Gilang. Rania tahu karena mendengar yang lainnya memanggil dia dengan sebutan itu.
“Iya, santai aja. Tapi, harus selesai sebelum jam 9. Nanti kalau mau cemilan ambil sendiri di kulkas.” Kata Rania dengan wajah datar.
“Siap!” ujar mereka serempak. Rania hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan mereka yang childish itu.
“Meuni geulis pisan euy, si teteh.” Ujar Leon menggoda Rania.
“Woy, udah ada pawangnya.” Kata Haidar. Mereka semua langsung menatap ke sumber suara. Haidar mengeluarkan cengirannya khas seperti biasa.
“Waduh, kalo pawangnya bang Haidar mah, hands up gue.” Ujar seorang dari anggota BRUISER yang tidak Rania ketahui namanya sambil mengangkat kedua tangannya.
“Makanya, jangan berani ganggu kakak gue.” Ujar Ari.
“Aduh, Ri. Salting banget gue, lo se-sweet itu sama kakak lo.” Ujar salah satu cewek.
“Wah, Ri, si Ayu jeolues tuh!” kata Haidar. Yang lain hanya tertawa sambil menggoda Ari.
“Kalo gue sih, hujan, badai, Haidar ribut, tetep trobos.” Ucap Leon.
“Sial lo! Punya gue juga!” Omel Haidar.
“Tunggu-tunggu, nih pawang maksudnya apaan?” tanya Rania tidak mengerti.
“Ih kak, lo polos banget sih. Pacar kak, pacar.” Jawab Ari.
“Sejak kapan dia jadi pacar gue?” tanya Rania dengan menekankan kata 'dia'.
“Memang bukan pacar sih, tapi...” ocehnya dengan wajah dan tatapan menyebalkan menggoda Rania.
Saat itu, Haidar dan Ari langsung metap Rania dalam-dalam. Rania melirik ke arah mereka bergantian, memasang pertanyaan di wajahnya. Mereka hanya tersenyum tipis ke arah Rania. Gaje banget, apa coba maksudnya kayak gitu?~ batin Rania.
Yang perlu Rania ketahui sampai saat ini ialah, apa hubungan Ari dan Haidar? Kenapa mereka terlihat akrab? Haidar juga terlihat akrab dengan teman-teman Ari.
“Gue masuk duluan ya.” Ujar Rania pamit kepada mereka. Mereka hanya menjawab 'iya' serempak.
"Wait, gue ikut!" Ucpa Icha sambil mengacungkan tangan.
"Gue juga! Ada yang mau kita tanyain." Timpal Eva.
Sesampainya di kamar, Icha dan Eva langsung mendudukkan tubuh mereka di atas ranjang Rania sambil menata sinis ke arah gadis cantik itu.
"Ran, lo jujur ke kita! Lo ada hubungan apa sama Haidar?!" Tanya Icha.
"Iya, kita sahabat lo kan, Ran?" Timpal Eva.
Rania terdiam. Dia sedang berpikir saat ini. Bagaimana kedua makhluk itu bisa mengetahui bahwa dirinya dan Haidar memiliki hubungan yang lebih dari teman.
Rania pergi keluar kamarnya dan menghampiri Haidar. Ia membisikkan sesuatu kepada sang suami yang membuat suaminya itu langsung dengan mudahnya mengikuti ajakan Rania.
Sekarang, di kamar Rania sudah ada Haidar, Rania, Icha, dan Eva. Situasinya sangat tegang. Seakan-akan Rania dan Haidar sedang di sidang oleh orang tua mereka karena ketahuan berpacaran.
"Jadi, lo berdua jadian?" Tanya Icha.
"Atau bahkan udah nikah?" Timpal Eva yang langsung dibalas sikutan oleh Eva.
"Atas dasar apa asumsi lo pada?" Tanya Rania.
"Banyak." Jawab Eva.
"Pertama, lo kalo dipanggil Haidar sayang ngga jijik. Kedua, gue sama Eva pernah ngeliat lo dianter sekolah sama Haidar. Ketiga, gue pernah liat lo cium tangan Haidar habis dianter dia sampe belakang sekolah. Keempat, rumor soal lo sama Haidar juga bukan sekedar rumor berduaan, tapi juga rumor soal Haidar yang bilang lo itu istrinya tanpa sangkalan dari lo. Yang terakhir, setelah kejadian lo disiram air mendidih sama cewek jalang itu, bukan cuma lo yang ngga berangkat sekolah, tapi Haidar juga." Jelas Icha panjang lebar.
Eva yang mendengar penjelasan Icha itu hanya bisa menganga sambil mengerjap terkejut, tidak percaya. Sahabatnya yang selama ini sangat irit berbicara itu bisa berbicara sepanjang itu dengan sekali tarikan napas.
Haidar menatap ke arah Rania.
"Kita kasih tau?" Tanya Haidar kepada Rania untuk meminta persetujuan.
"Aku ngikut."
Haidar menarik napas panjang.
"Tapi kalian janji ngga akan kasih tau siapapun, bahkan anak anggota inti!" Ucap Haidar yang dibalas anggukan oleh Icha dan Eva.
"Jadi sebenernya, gue sama Rania itu udah nikah." Ucap Haidar.
"NIK-"
Mulut Eva langsung dibekap oleh Icha begitu iya membuka mulutnya.
"Demi apa, lo berdua nikah?" Tanya Icha dan Eva berbisik.
"Iya." Jawab Haidar dan Rania serempak.
"Kok bisa?"
"Untuk saat ini, gue belum bisa ceritain ke kalian detailnya." Jawab Rania.
"Oh, my God! I can't belive it!" Ucap Icha dan Eva yang masih terkejut.
"Eh, gue mandi dulu ya! Udah mau maghrib." Ucap Rania yang dibalas anggukan oleh suami dan duo sahabatnya.
"Ya udah, kalo gitu aku keluar dulu ya!" Ucpap Haidar pada Rania yang dibalas anggukan oleh sang istri.
Setelah Haidar pergi keluar kamar dan Rania masuk ke dalam toilet untuk mandi, Icha dan Eva saling menatap geli satu sama lain sambil memeluk diri mereka sendiri, lalu menggosokkan tangan pada lengan mereka.
"Merinding gue!" Ucap Icha.
"Aku-kamu?" Ucap Eva.
"Ih..." Ucap Eva dan Icha serempak merasa geli.
Rania segera mandi, ganti pakaian, dan bersiap sholat maghrib. Sudah mau adzan. Ia ingat, bahwa para akhwan di luar harus segera pergi ke masjid. Ia keluar kamar dan pergi ke ruang tamu diikuti oleh suami dan duo sahabatnya.
“Gosipnya nanti lagi. Sholat dulu sana!” titahku.
Mereka para lelaki langsung beranjak dari sofa dan karpet untuk segera pergi ke masjid. Mereka menunggu Haidar di depan rumah. Yang Perempuan tidak ikut, lagi halangan katanya. Bukannya langsung ikut yang lain ke masjid, Haidar malah mendekat ke arah Rania. Ia menuju ke arah toilet.
“Mau ngapain lo?” tanya Rania.
“Wudhu.”
“Di masjid aja.” Dia menggeleng.
“Tapi kan, aku mau ngimamin lo.” Ujarnya. Rania hanya memutar bola matanya mendengar perkataan suaminya itu. Icha dan Eva pun melakukan hal yang sama. Mereka lelah dengan kelakuan sepasang pasutri itu.
“Ampun, tobat bang, tobat!” ujar para cewek.
Para lelaki yang masih di luar juga ikut menimpali. “Pepet teroooosss!”
“Gercep juga lo, Dar!” ucap Leon.
“Ya, lo kalah jauh.” Ledek Angga.
“Dih, tau dari mana lo?!” ucap Leon emosi.
“Gue berani taruhan kalo Haidar ngga bakalan macarin Rania tapi langsung nikahin. Beda sama lo yang macarin cewek kayak make baju. Bosen, ganti. Rusak, buang.” Ucap Angga panjang lebar.
“MAMPUS LO BUAYA DARAT!” Ucap para perempuan heboh.
“Kicep ngga tuh?” ledek Angga. Leon hanya bisa mendengus kesal mendengar ucapan teman-temannya.
“Udah, buruan ke masjid sana! Udah adzan nih.” Titah Rania lagi.
Haidar menyodorkan punggung tangannya ke arah Rania. Tangan lainnya dimasukkan ke saku celana. Rania mengangkat salah satu alisnya, bingung.
“Cium tangan!” Ujarnya. Bola mata Rania membola terkejut.
"Buaya!" Beo Eva.
“Woy! Di sini masih ada orang lho bang.” Ujar Ayu.
"Anjing lo! Mentang-mentang yang ada di sini semua pada jomblo." Teriak Icha emosi.
Haidar menyengir kuda ke arah Rania tanpa menurunkan punggung tangannya yang disodorkan ke arah sang istri. Rania menatpanya dan langsung memukulnya menggunakan sajadah. Ia terlihat menikmati pukulan Rania sambil berlari ke arah pintu dan tertawa. Para perempuan yang duduk di sofa dan laki-laki yang di depan rumah juga ikut tertawa melihat kelakuan Haidar..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Kira-kira, gimana sikap Icha dan Eva kedepannya menghadapi sahabat mereka yang ternyata udah nikah sama ketua geng motor paling-paling di sekolah mereka?
Udah gitu, mereka ngga suka sama Haidar lagi!
Kalo penasaran sama kelanjutan cerita ini, aku bakalan lanjut, kalo ga penasaran, ya tetep lanjut.😆Btw, kalian suka tipe cerita ini ga?
Kalian boleh banget kasih komentar, kritik, atau saran kalian supaya cerita aku kedepannya bisa lebih bagus lagi.
Jangan lupa masukin ke reading list,
share, dan vote terus ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
MUST END (REPUBLISH)
Roman d'amour13+ Rania Adiningrum, seorang gadis remaja berusia 17 tahun yang memiliki kehidupan tidak seperti remaja pada umumnya. Ia tidak pernah pergi ke mall bersama teman, ke tempat disco, ataupun bermain dan bersendagurau dengan sahabat. Semua itu terjadi...