"Gue nggak suka cara lo main curang," kata Wildan pada seseorang yang kini tergeletak lemas setelah babak belur karena ia pukuli.Sesekali orang itu terbatuk karena beberapa kali dihantam di area bagian perut dan dada.
"Oscar nggak bakalan diam aja kalo tau ini," bisik Raga pada Wildan.
Cowok itu berdecih sinis. Pecundang yang ada di hadapannya sekarang adalah anggota gang mereka, namun berkhianat dan sengaja menetap untuk menjadi mata-mata.
"Gue butuh informasi lebih penting tentang markas Oscar yang katanya jauh di dalam hutan," kata Wildan yang langsung disanggupi 3 orang anggota gang yang segera pergi mencari informasi.
"Kita apain pecundang ini?" Tanya seseorang dengan suara datar namun menyeramkan.
Wildan menoleh, menatap pemuda yang sejak tadi hanya menonton sambil bersandar di tembok.
Pemuda itu terus menyakukan tangan di celana jeansnya dan sesekali menghela napas dalam saat penghianat itu dipukuli.
"Lo yang bawa dia tapi lo nggak mau tangan lo kotor karena darah si pecundang ini?" Kesal Wildan.
Jaglion mendekat dan berjongkok, mengecek keadaan orang itu karena khawatir dia mati. "Bagaimana pun, dia masih sahabat gue," katanya.
Wildan meludah kasar. "Lo tau apa artinya itu? Artinya lo lemah!"
Raga berdecak dan menepuk pundak Jaglion. "Kita harus pergi. Masih banyak kerjaan yang belum selesai. Percuma lo simpati sama Candra. Dia tetap bukan bagian dari kita lagi."
Jaglion berdiri dan menatap Wildan dengan tatapan datarnya. "Jangan bikin dia mati, bang. Gue belum mukul dia."
Wildan tersenyum smrik sebagai jawaban.
Raga membawa Jaglion pergi dari tempat eksekusi. Dia harus menenangkan Jaglion agar cowok itu tidak menyentuh Candra sedikitpun.
Atau Candra akan benar-benar mati ditangan sahabatnya sendiri.
🏮🏮🏮
Jaglion terkenal sadis dan dingin. Pemuda itu seperti tidak punya perasaan dan tak pernah terlihat emosi. Namun, ketika sekali bertindak, semuanya akan selesai dengan rapi.
Meskipun sesekali pemuda itu tertawa, tapi itu sangat jarang. Hampir semua orang takut padanya karena kejadian yang sudah-sudah.
Seperti saat duduk di kelas 9, Jaglion hampir membunuh seorang anak SMK yang memukul saudaranya saat terlibat tawuran.
Kalau saat itu tidak dihentikan, mungkin saat ini Jaglion mendekam di penjara Remaja atas kasusnya yang tidak sedikit.
Taman belakang sekolah adalah tempat paling berbahaya di area SMA Negeri 3. Meskipun berulang-ulang digerebek BK dan Waka Kesiswaan, mereka tetap berada di sana untuk sekedar merokok dan melakukan perundangan terhadap murid yang lemah.
Tapi area itu benar-benar khusus cowok.
"Lo tau murid baru yang masuk 5 hari lalu?" Tanya Raga yang baru saja menyalakan pematik dan mengarahkan ke batang rokok yang sudah berada disela bibir.
Jaglion masih dengan posisi yang sama-duduk bersandar di sebuah pohon dengan mata terpejam-. Pemuda itu membuka mata karena bau rokok yang Raga sebat berbeda.
"Lo ambil rasa apa lagi?" Tanya Jaglion, muak. Dia sangat tidak suka rokok yang berbau buah-buahan seperti yang disukai Raga.
"Ini apel mint," jawab Raga santai. Pemuda itu berdecak kesal dan mengambil ponsel dari saku celananya. "Nggak asing, kan?" Tanyanya saat menyadarkan foto murid baru yang Ia maksud.
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITES
Teen Fiction(Tersedia Versi eBook) Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangannya saja. Jaglion, si cowok paling sadis 'katanya'. Bukan hanya wajahnya yang...