Ponsel Raga dan Hery berdering begitu mereka sampai di parkiran sekolah. Padahal mereka belum sempat melepas helm.Panggilan dari anggota Cyber Space yang menjaga Candra di rumah sakit membuat mereka buru-buru kembali pergi tanpa mengangkat teleponnya.
Mereka benar-benar melajukan motor mereka dengan kecepatan tinggi, tak peduli jika polisi lalu lintas melihat mereka.
Jarak dari sekolah ke rumah sakit tempat Candra dirawat juga tak begitu jauh. Keduanya sampai dalam waktu 15 menit dengan melaju kencang.
Sedangkan Jaglion yang baru sampai setengah jalan juga tak menggubris pertanyaan Wilona. Pemuda itu tetap melajukan mobilnya secepat mungkin.
Mereka menuju rumah sakit sepagi itu hanya karena mendapat panggilan dari orang yang menjaga Candra.
Bahkan mereka belum tahu itu kabar baik atau sebaliknya.
"Telepon Raga, cepetan!" Perintah Jaglion.
Wilona langsung mengambil ponselnya dari dalam tas.
"Tanyain dia di mana sekarang," kata pemuda itu.
Gadis itu masih kebingungan, tapi tetap menuruti perintah Jaglion tanpa banyak tanya lagi. Wajah pemuda itu sedang sangat serius sekarang.
"Di mana, kak?" Tanya Wilona begitu panggilan tersambung. Tak lama, sambungan itu langsung terputus begitu saja.
"Di rumah sakit katanya. Udah di kamar Candra," Wilona mengerutkan keningnya. "Candra siapa?"
"Nanti juga lo tau," Jaglion memarkirkan mobilnya dengan cekatan. Pemuda itu benar-benar mendapat SIM dari keahliannya.
Wilona buru-buru turun mengikuti Jaglion yang setengah berlari. Intinya dia mengikuti kemana pemuda itu pergi. Dia bahkan tidak peduli meski memakai seragam sekolah dan berlarian di rumah sakit.
Di ruang naratama 3, Wilona berhenti berlari kecil saat melihat Hery yang tengah duduk di kursi tunggu ruangan itu.
Ada dua pemuda lainnya, tapi wajahnya asing bagi Wilona.
Dia berjalan pelan mendekati Hery yang terduduk lemas dan dirangkul dua orang itu.
Wilona melihat papan nama pasien yang tertera di samping pintu.
Candra Winata A.
"Kak?" Panggil Wilona pelan, membuat Hery menoleh dan tersenyum getir. "Sebenarnya ada apa?"
"Candra masih hidup," jawab Hery, membuat Wilona bingung.
"Hah? Gimana?"
"Candra, sahabat kami, dia masih hidup," jelas Hery, kali ini menatap kesal ke arah Wilona.
"Terus kenapa lo sedih?"
"Dia nggak mau ketemu gue," Hery tampak lesu lagi. Wilona sekarang mengerti mengapa Hery sedih meskipun sahabatnya masih hidup.
Tiba-tiba Jaglion membuka pintu dan memberi kode pada Wilona untuk masuk.
"Wah ... ada tamu spesial?" Ucap seorang yang Wilona yakin bernama Candra dengan suara lemahnya.
Berbagai alat menempel pada tubuh yang terlihat kurus itu. Senyum di bibir pucatnya menyambut kedatangan Wilona.
"Pacar lo, Ga?" Tanya Candra pada Raga yang sedang membenarkan selang urin.
Raga mengerjap, lalu menatap Wilona dan Jaglion secara bergantian.
"Gue cabut selang oksigen lo, mau?" Ancam Jaglion dengan suara ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITES
Teen Fiction(Tersedia Versi eBook) Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangannya saja. Jaglion, si cowok paling sadis 'katanya'. Bukan hanya wajahnya yang...