Raga dan Hery sedikit terkejut saat Jaglion mengatakan bahwa dia kembali dekat dengan Wilona.Yang membuat keduanya lebih terkejut adalah Wildan sendiri yang menyuruh Jaglion kembali mendekati adiknya itu.
"Jangan sampe masa lalu terulang lagi, Yon," peringat Raga.
Jaglion yang sedari tadi tiduran di sofa, kini terduduk dan menatap Raga dengan kesal.
"Gue bukan Jaglion yang dulu lagi, nyet."
"Tetap aja, lo masih berengsek," balas Raga.
Hery menghentikan permainan PS-nya, lalu bergabung dengan dua sahabatnya itu.
"Kali ini gue yakin Jaglion nggak akan ngecewain banyak orang," katanya, memuji.
Raga menutup laptopnya, kemudian menghela napas panjang.
"Pada akhirnya dia tetap jadi milik lo."
"Karena emang dari awal dia milik gue," sinis Jaglion. Dia kembali merebahkan diri dan menatap langit-langit kamar Raga yang berwarna abu-abu.
Mereka bertiga kembali sibuk dengan pikiran masing-masing.
Jika Raga sibuk memikirkan pernikahannya yang sebentar lagi, Hery justru sebaliknya.
Hubungannya dengan sang tunangan kandas di tengah jalan.
Lalu ada manusia yang satu itu sedang jatuh cinta.
"Gue mau bawa Ziya ke Malaysia setelah nikah nanti," ucap Raga, memecah keheningan.
"Honeymoon doang, kan?" Tanya Hery memastikan.
"Enggak," Raga ikut merebahkan diri di atas karpet lantai kamarnya. "Gue sama dia mau hidup di sana. Toh, keluarga gue di sana semua."
"Bukannya lo bilang sendiri kalo nggak mau balik ke sana?" Hery terdengar kesal. Dia tidak ikhlas jika sahabatnya itu pindah ke luar negeri.
"Her, Raga udah punya hidupnya sendiri. Kita juga sama," Jaglion menoleh pada Hery. "Harusnya lo dukung keputusan baik itu."
"Baik dari Hongkong!" Hery kesal sekarang. "Lo mau pergi setelah dapat apa yang lo mau? Gue sama Lion gimana, Ga?"
"Kalo lo mau ikut gue ya ayok," ajak Raga. Dia tidak sedang becanda.
"Terus Sesil?"
Jaglion dan Raga sama-sama menghela napas lelah.
"Sesil udah ada yang punya, Her. Mau gimana pun lo ngejar dia, kalo dia nggak mau sama lo ya nggak bakal dapat," Raga cukup lelah dengan nasihat itu-itu saja yang keluar dari mulutnya.
"Gini gini," Hery menatap kedua sahabatnya bergantian. "Lo nikah sama Ziya, terus kabur ke Malay. Jaglion nikah sama Wilona, bisa jadi tu dua makhluk kabur juga ke Kanada. Terus gue? Gue sama siapa di sini?"
"Siapa yang bilang gue mau ke Kanada?" Jaglion menggeleng pelan. "Rumah gue di Jakarta. Wilona juga nggak akan pergi ke mana-mana lagi selain ke rumah gue."
"Ah.... kalian nggak asik! Nggak setia kawan! Harusnya kalo gue putus, kalian putus juga dong!"
Jaglion dan Raga kompak melototi Hery yang kini menyengir kuda.
"Apa kabar pas gue jomblo lo malah lagi bucin-bucinnya sama Hana?" Sinis Jaglion.
Ponsel ketiganya berdering dengan kompak.
Dering kode merah dari Cyber Space.
"Ck!" Raga berdecak kesal. "Anggota yang baru nggak bisa handle, ya?" Kesalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITES
Fiksi Remaja(Tersedia Versi eBook) Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangannya saja. Jaglion, si cowok paling sadis 'katanya'. Bukan hanya wajahnya yang...