Untung saja kelas Raga dan Jaglion terpisah. Jadi saat pemuda itu keluar untuk sekedar mencari angin, Jaglion tidak mengetahuinya.Dia duduk bersama Wilona di kursi perpustakaan yang cukup jauh dari pintu masuk.
Mereka sengaja memilih tempat yang jarang diduduki orang karena terlalu pojok dan lembab.
Sekarang Wilona mengerti, mengapa Raga ingin memisahkan Jaglion dengan Aira.
Gadis tuna rungu itu ternyata hanya umpan agar Jaglion masuk ke jebakan.
Dan yang membuat Wilona lebih terkejut lagi, Aira mau melakukan apa yang orang itu perintahkan hanya karena tidak ingin kehilangan sahamnya di sebuah perusahaan yang cukup besar.
Ya, Aira sama saja dengan komplotan mereka.
Gadis semuda itu sudah melakukan hal licik hanya karena berapa persen saham yang diberikan orang jahat itu?
"Yang Aira lakuin bukan cuma tarik-ulur doang. Dia lagi memastikan apa Jaglion benar-benar masuk perangkapnya atau bisa lolos kapan aja," Raga membuka halaman demi halaman buku yang sedang ia baca, tapi obrolannya tetap dijalur yang sama.
Sedangkan Wilona? Dia bahkan tidak bisa mengungkapkan rasa kecewa dan kagetnya.
"Kalo sampe tahun ini Aira nerima perasaan Jaglion, bisa jadi tu cowok mau aja kasih segalanya buat Aira," Raga menatap Wilona dengan serius. "Dia bukan cewek polos seperti yang Jaglion kira."
"Nggak gampang meyakinkan manusia batu satu itu, Kak," Wilona menutup kamus bahasa Korea yang sedang ia pelajari. "Lo sendiri bahkan nggak bisa bikin Kak Lion lepas dari dia, kan? Apalagi gue?"
"Lo bisa. Tentu aja lo doang yang bisa," Raga tersenyum kecut. "Kayaknya dia udah suka beneran sama lo."
"Salah," Wilona menggeleng pelan. "Dia cuma manfaatin gue kayaknya. Gue yakin. Tapi gue nggak tau alasannya."
Raga terdiam sejenak. Dia juga tidak paham tentang motif Jaglion yang terobsesi dengan Wilona.
Sepertinya Jaglion punya rahasianya sendiri.
"Perusahaan tempat Aira diberi saham, itu salah satu saingan bisnis keluarga Bahar. Mereka udah mengincar Jaglion dari lama, karena tau dia pewaris sah satu-satunya selain Om Fedric."
"Selama ini Jaglion aman karena banyak yang lindungin dia. Tapi kali ini serangan mereka berbeda. Mereka pake boneka lain buat mancing Jaglion."
Wilona mencermati setiap perkataan Raga dengan teliti. Inti yang bisa dia ambil adalah Jaglion dalam bahaya jika Aira berhasil mengusai pemuda itu.
Cara Aira mengusai dengan pura-pura membutuhkan Jaglion untuk berada di sisinya, tapi juga pura-pura tidak mau menerima pemuda itu karena merasa tidak sempurna.
Wilona mendengus pelan. "Licik banget ternyata. Dia bahkan lebih muda dari gue."
"Orang, berapapun umurnya, kalo udah distir dengan baik ya tetap hebat dalam perannya," Raga menutup bukunya, lalu menatap Wilona dengan serius.
"Jangan sampe kita salah langkah. Lo cukup bikin Jaglion dan Aira pisah, sedangkan gue urusin yang diatasnya."
Gadis itu tersenyum kecut. Dia tidak yakin bisa membuat Jaglion dan Aira terpisah.
Tunggu dulu.
Apa alasan Jaglion begitu mendambakan Aira? Pemuda itu sepertinya benar-benar merasa Aira adalah hidupnya, bukan?
Sama saja Jaglion menyerahkan hidupnya pada gadis tuna rungu yang licik itu. Apa bedanya dengan bunuh diri???
"Kak, kenapa Aira sama Kak Lion bisa sedekat sekarang?" Tanya Wilona penasaran. Dia perlu informasi tentang awal mula keduanya dekat, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITES
Teen Fiction(Tersedia Versi eBook) Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangannya saja. Jaglion, si cowok paling sadis 'katanya'. Bukan hanya wajahnya yang...