Jaglion duduk di angkringan dekat taman kota. Pemuda itu menikmati secangkir kopi susu dengan rokok yang sudah hampir habis setengah bungkus.Dia memandang jalanan yang masih ramai, padahal waktu menunjukkan pukul 11 malam.
Di seberang sana, tepatnya sebuah mini market, Jaglion seperti mengenal motor yang terparkir. Identik dengan ninja berwarna merah dan hitam.
Meski dia tahu banyak motor seperti itu, tapi motor Wildan bisa dengan cepat ia kenali.
Jaglion memakai tudung hoodynya sambil terus menatap ke arah sana. Mulutnya masih setia menghisap kumpulan nikotin itu dengan tenang.
Apa yang Wildan lakukan tanpa Gea? Hari ini bahkan dia membatalkan pertemuan anggota inti Cyber Space karena alasan yang tak jelas.
Wildan keluar dari mini market itu bersama seorang gadis berambut panjang dan lurus. Wajahnya tertutup masker dengan celana kargo dan kaos pendek berwarna putih.
Jelas itu bukan Gea, karena rambut sepupunya itu hanya sepunggung dan cenderung lebih feminim.
Jaglion dengan tatapan tajamnya terus saja memperhatikan mereka berdua. Gadis itu tampak berbicara pada Wildan, namun diacuhkan.
Sepertinya mereka sedang terlibat pertengkaran.
Jaglion yakin, gadis itu adalah Wilona. Selama sebulan ini dia terus memperhatikan gadis itu untuk memastikan kabar burung yang Raga katakan waktu itu.
Mereka benar-benar sedang beradu mulut. Gadis itu terlihat merajuk dan Wildan yang tampak sedikit kualahan meski wajahnya kesal parah.
Jaglion meremas rokoknya yang masih menyala. Melihat adegan Wildan memakaikan jaket Cyber Space pada gadis itu membuat dirinya merasa jengkel.
Wilona menolak jaket itu beberapa kali, hingga akhirnya dipaksa memakai jaket itu karena Wildan langsung memasangkan pada gadis itu.
Jaglion berdecih sinis. "Nggak boleh ada cewek yang pake jaket Cyber Space selain Gea dan Aira," geramnya.
Melihat Wilona yang menghentakkan kaki beberapa kali membuat Jaglion mendengus kasar. "Menjijikan. Sok manja."
Mereka berdua pergi dari sana pada akhirnya. Jaglion menahan emosinya setengah mati. Jika itu bukan Wildan, dia tidak akan ikut campur. Bagaimana perasaan Gea jika tahu Wildan bermain dengan perasaan di belakangnya?
Mengingat Bagaimana setahun lalu Gea hampir tidak makan selama seminggu, membuat Jaglion tambah kesal dengan keberadaan Wilona di sekitar Wildan.
Gea begitu mencintai Wildan. Dia tidak ingin melihat kakak sepupunya itu terluka hanya karena perasaannya.
Jaglion menerima telepon dari seseorang. Dia terlalu sibuk memperhatikan kedua orang tadi sampai lupa keberadaannya di situ untuk menghabisi anggota Oscar.
"Aman. Lo jagain Candra aja. Jangan biarin Hery masuk ke sana," katanya pada seseorang di balik telepon.
Jaglion menyugar rambutnya ke belakang. "Malam ini emosi gue lagi bagus buat bunuh orang," lanjutnya dengan nada menyeramkan.
🏮🏮🏮
Celine dan Sesil duduk di halaman sekolah yang memang disediakan tempat duduk untuk belajar mandiri. Mereka menunggu Wilona yang belum juga kembali dari perpustakaan.
Sesil sedikit gusar karena takut Wilona dicegat seseorang yang sedang dihindari.
"Kita nggak nyusul Wilona aja?" Tawar Sesil.
Celine menutup buku yang sedang ia baca. "Wilona bukan cewek lemah," jawabnya.
Tetap saja Sesil tidak tenang. Sudah lebih dari 5 menit Wilona belum kembali. Padahal jarak antara perpustakaan dan halaman depan cukup dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITES
Teen Fiction(Tersedia Versi eBook) Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangannya saja. Jaglion, si cowok paling sadis 'katanya'. Bukan hanya wajahnya yang...