73. IGNITES >>Merayakan Perpisahan<<

9.3K 600 23
                                    


"Kasih alasan yang masuk akal, kenapa lo nggak mau nerima perasaan gue?"

Sesil membuang muka saat Hery bertanya berkali-kali dengan pertanyaan yang sama.

Gadis itu memang menyukai Hery. Dia juga cemburu karena Hery sempat dekat dengan Rani.

Tapi dia hanya sebatas menyukai saja, tanpa ingin menjalin hubungan lebih dari teman dengan pemuda itu.

"Lo nggak suka sisi liar gue, kan? Gue nggak pernah nunjukin sisi itu ke lo. Selama ada lo sisi itu nggak akan keluar."

"Lo juga nggak suka gue yang kasar dan suka berantem. Oke, gue juga nggak nunjukin itu selama sama lo."

"Terus apa lagi, Sil? Apa lagi yang kurang dari gue?"

Sesil menatap Hery yang tampak putus asa.

"Cuma satu yang kurang. Yaitu gue nggak ada perasaan lebih sama lo, Kak."

"Terus selama ini apa? Waktu yang kita habiskan bareng, dan segala macam suasana yang kita hadapi sama-sama, itu juga belum bisa menumbuhkan perasaan lo ke gue?"

"Lo sama aja ngegantungin gue, Sil."

Gadis itu kini menggigit bibir bawahnya. Dia merasa ragu dengan dirinya sendiri.

Dia benar-benar takut pada masa depan yang selalu terbayang saat bersama Hery.

Mungkin pemuda itu memang tidak bersikap kasar dan liar padanya.

Tapi dia punya ketakutan terhadap apa yang belum terjadi.

"Gue terlalu takut memulai hubungan sama lo."

"Sama gue doang? Sama yang lain enggak? Bedanya apa gue sama cowok lain?"

Sesil justru merasa sedang diintimidasi sekarang. Gadis itu malah tambah merasa tidak nyaman duduk berdua bersama Hery di halaman belakang sekolah.

Dia tahu Hery punya temperamen yang buruk.

"Kak, udah ya? Jangan bahas ini lagi. Gue beneran nggak mau ribut sama lo," mohon gadis itu.

Hery mendengus kesal. "Mau sampe kapan hubungan kita nggak ada kemajuan, Sil?"

"Oke, kasih gue waktu buat yakinin diri lagi. Malam pesta kelulusan nanti, gue bakal siap dengan jawaban yang pasti. Tapi lo nggak boleh berharap banyak. Gue takut ngecewain lo."

Hery tertawa sinis. "Takut ngecewain gue? Sekarang aja lo udah bikin gue kecewa sama jawaban lo."

Sesil berdecak pelan dan menggenggam jemarinya sendiri dengan erat.

Dia tidak tahu arah mana yang hatinya inginkan. Benar-benar belum siap untuk segala resiko.

Hery beranjak dari duduknya dengan wajah kecewa dan kesal. Dia memilih pergi meninggalkan Sesil yang kini hanya bisa menunduk dalam.

Dia tahu Sesil tidak nyaman sekarang. Yang hanya bisa ia lakukan adalah mengalah dulu.

Dia tidak bisa memaksakan perasaan seseorang meskipun dia ingin.

Dia cukup egois seperti sahabatnya, Jaglion. Tapi dia masih punya sisi positif lain, yaitu tidak suka memaksa.

Hidupnya saja sudah penuh keterpaksaan selama ini. Dia tidak mungkin membiarkan gadis yang dia sukai merasakan hal yang sama.

Karena dipaksa itu tidak nyaman.

🏮🏮🏮

Raga tersenyum begitu lembut saat Wilona menyambutnya dengan senyuman yang manis.

Gadis itu terlihat makin cantik dengan potongan rambut baru yang agak pendek.

Pertanda sudah move on???

IGNITES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang