70. IGNITES >>Jalan Keluar<<

13.7K 848 93
                                        


Wilona baik-baik saja.

Satu hal yang membuat Jaglion mendapatkan senyumnya kembali.

Setidaknya rasa khawatir yang selama ini dia rasakan sedikit berkurang, meskipun belum bisa melepaskan rasa rindu yang teramat sangat.

Pemuda itu menghentikan mobilnya di depan sebuah bar setelah mendapat telepon dari salah satu anggota Cyber Space, bahwa Hery mabuk.

Tanpa dirinya dan Raga, Hery pasti akan membuat onar. Dia takut kejadian satu tahun lalu terulang kembali, di mana Hery mencekik orang saat mabuk hanya karena orang itu jelek menurut Hery.

Beruntung orang itu tidak mati dan Hery hanya mendapat 3 kali pukulan di wajahnya.

Saat memasuki Bar, Jaglion berdecak kesal dan mengorek telinganya dengan jarinya.

Dia benci suasana Bar. Itu mengapa dia selalu menolak ketika Hery mengajaknya ke tempat itu untuk sekedar menemani minum segelas jus jeruk.

Antara mereka bertiga, hanya Hery yang berani meminum alkohol. Jaglion dan Raga tidak menyukai bau, apalagi rasanya.

"Dia bawa mobil?" Tanya Jaglion setelah dihampiri anggota yang menjaga Hery.

"Bawa, Bang."

Jaglion menjitak kepala Hery, membuat pemuda itu meringis sambil mengelus kepalanya sendiri.

"Pulang," ajak Jaglion sambil menyeret Hery yang mabuk.

Dia merogoh saku Hery, kemudian memberikan kunci itu pada anggota Cyber Space tadi.

"Lo boleh pinjam mobil Hery ke mana pun lo mau. Asal besok kembaliin ke base," kata Jaglion membuat anggota itu senang bukan main.

Hery bergelendot manja di lengan Jaglion sambil menangis tak karuan.

Tangisan tanpa air mata yang membuat Jaglion menjitak Hery berkali-kali.

"Gue nggak mau pulang.....," rengek pemuda itu saat Jaglion memaksanya masuk mobil.

Jaglion menyalakan mesin setelah berhasil memasangkan sabuk pengaman untuk Hery yang tidak mau diam.

"Pilih mana, pulang sama gue atau Bang Ricky?" Tawar Jaglion.

Hery menggeleng-geleng tidak mau. "Gue nggak mau pulang....."

Jaglion menghela napas lelah dan menyetir dengan tenang. "Kalo gitu gue panggil Bang Ricky, biar lo disiram pake air baptis. Mau?"

Hery justru tertawa, membuat Jaglion muak. Kalau bukan sahabatnya, dia akan meninggalkan Hery di pinggir jalan.

Dia cocok jadi pengemis.

"Sesil......," teriak Hery histeris.

Jaglion berdecih sinis. Rupanya dia yang membuat Hery jadi gila seperti ini?

"Sesil mana, Yon......."

"Jangan nanya ke gue," Jaglion membunyikan klakson setelah sampai di depan pagar rumah keluarga Hery.

"Gue mau Sesil, bukan mau pulang...."

Setelah Satpam membukakan pintu, Jaglion tersenyum sopan dan meminta Pak Satpam menggendong Hery ke kamarnya. Dia tidak bisa melakukannya karena masalah pada tangan kiri.

"Untung di rumah nggak ada Den Iky," lirih Pak Satpam yang kesusahan menggendong Hery.

Jaglion terkekeh pelan sambil membuka pintu kamar Hery. "Lempar aja, Pak," katanya.

Hery merintih karena Pak Satpam benar-benar menaruhnya di kasur tanpa hati-hati.

"Saya turun duluan, Den," pamit Pak Satpam.

IGNITES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang