Raga memberitahu Jaglion saat mendapat kabar bahwa status Wilona menjadi buronan.Awalnya dia ingin menghentikan teman-temannya untuk segera berhenti mengejar Wilona. Tapi saat dia tahu gadis itu sedang dikejar tak jauh dari gedung apartemennya membuat Jaglion tersenyum smrik.
Dia punya rencana yang lebih bagus. Rencana yang ia yakin 100% akan berhasil.
Jaglion berjalan santai memasuki sebuah gang sempit. Tak jauh setelah ia masuk ke sebuah belokan, ia melihat seseorang yang sedang duduk mengeratkan tali sepatunya.
Pemuda itu tersenyum lebar. Dia bersembunyi di salah satu belokan yang ia yakin gadis itu pasti akan berlari ke arahnya.
Dan benar saja. Tak selang beberapa lama, Jaglion menarik lengan Wilona, membuat gadis itu terkejut bukan main.
"Lo ngapain di sini?" Tanya Wilona masih dengan deru napas yang terengah-engah.
"Ngapain lagi? Nolongin lo, lah!" Jawab Jaglion santai.
Wilona mengintip dari balik tembok persembunyian mereka, berharap tidak ada yang mendekat.
Pemuda itu justru tersenyum senang dibuatnya.
"Nurut sama gue. Cuma itu solusinya biar kita bisa keluar dari sini dengan aman," kata Jaglion.
Gadis itu berdecih sinis. Mereka memang sama saja. Yang salah siapa yang jadi target siapa.
"Thanks. Gue nggak butuh bantuan lo, kak," kata Wilona dengan nada lembut yang dibuat-buat.
Terdengar langkah seseorang yang mendekat, membuat Jaglion reflek menarik pinggang Wilona ke pelukannya.
Jaglion dengan sengaja mendekatkan wajahnya, membuat jarak mereka tinggal beberapa senti saja.
Wilona dengan cepat menutup mulutnya, karena dia sedikit trauma dengan gerakan cepat Jaglion.
Pemuda itu mengerutkan dahi, bingung, lalu tertawa terbahak-bahak karena tahu apa yang Wilona pikirkan.
Dengan cepat, Wilona membungkam mulut Jaglion sambil memicingkan matanya.
"Kita bisa ketauan, kak!" Geram gadis itu.
Jaglion melepas bungkaman Wilona sambil terkekeh pelan. Rupanya Wilona benar-benar tak ingin dia melakukan hal itu lagi.
"Lo mau keluar dari sini, kan?" Tanya Jaglion.
"Nginep, kak. Gue udah bawa tenda," decih Wilona, membuat Jaglion kembali tertawa pelan.
"Gue bisa hentiin mereka kalo lo mau," lagi, Jaglion menawarkan dirinya.
Wilona menatap serius pemuda yang kini juga menatapnya. Tatapan dengan senyum songong yang hampir membuat Wilona ingin jadi pembunuh.
"Jadi pacar gue."
Gadis itu berdecak. Dia muak dengan ajakan itu. Jaglion benar-benar sangat luar biasa tidak tahu malu. Harus berapa kali dia menolak pemuda itu?
"Nggak mau!" Jawab Wilona mantap. Dia kembali mengawasi keadaan sekitar. Memastikan tidak ada yang mendekat.
Jaglion menghela napas pelan. "Mereka ada di setiap sudut."
Wilona menoleh, menatap penuh selidik. "Dari mana lo tau?"
"Udah gue cek sendiri," Jaglion lagi-lagi menghela napas. "Mereka terobsesi sama lo."
"Sama kayak lo," balas Wilona lagi.
"Right," ucap Jaglion sambil mengangguk setuju. "Lagian ya, daripada lo, mereka lebih paham tempat ini. Lo nggak bisa keluar dari sini dengan gampang."

KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITES
Подростковая литература(Tersedia Versi eBook) Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangannya saja. Jaglion, si cowok paling sadis 'katanya'. Bukan hanya wajahnya yang...