Gadis belia berumur 16 tahun itu hanya bisa memandangi kereta api yang lalu lalang melewati bawah jembatan tempat ia berdiri.Aira selalu memakai gaun di bawah lutut dan sepatu datar, seperti sepatu balet.
Rambutnya panjang terurai, bertebaran karena angin sore yang makin kencang.
Sesekali menghela napas yang terasa berat dan sesak. Hidupnya selalu sunyi tanpa suara. Suaranya tak bisa didengar siapapun. Padahal dia ingin sekali bernyanyi di atas panggung seperti seorang diva.
Dia sudah hidup di panti asuhan selama 7 tahun setelah kematian seluruh anggota keluarganya dalam sebuah kecelakaan.
Ayah, Ibu, Paman, Bibi, Tante, Om, Kakak dan Adik. Mereka pergi meninggalkan Aira sendirian di dunia yang kejam ini.
Air matanya terlanjur kering. Tak ada hal yang bisa membuatnya menangis sekarang. Semua kesedihan yang ia alami tak sebanding dengan kehilangan mereka.
Sesekali Aira bisa menangis kala mengingat kata-kata ibunya terakhir kali.
Aira sengaja didorong keluar oleh ibunya saat bus yang mereka tumpangi sudah terlanjur masuk ke jurang dan akan terbakar.
"Aira sayang. Anak baik. Malaikat kecil ibu. Dunia terlalu sunyi, ya? Maaf, sekarang juga akan sepi. Tapi kamu berhak hidup lebih lama dan lebih baik. Ibu janji, kamu akan baik-baik saja tanpa kami."
Aira memejamkan matanya. Kucuran darah di dahi ibunya membuat gadis itu mual dan takut. Darah itu mengalir seraya air mata ibunya.
"Ibu, Ayah, kami semua sayang Aira. Bertahan hidup dengan baik ya, cantik."
Gadis itu menghela napas berat. Beberapa detik setelah dia terguling jauh dari bus, kendaraan itu terbakar habis.
Semua orang masih berada di sana terkecuali Aira.
Tragedi itu membuatnya tak ingin mengenal kendaraan itu lagi. Ia takut darah. Traumanya terlalu dalam.
Jika saja saat itu dia tak didorong keluar, mungkin saja dia akan bahagia bersama mereka di surga.
Gadis itu melempar batu kerikil kecil ke rel kereta api. Dia melakukan hal itu setiap kali merasa sesak di dada.
Ah, Jaglion.
Kehadiran pemuda itu membuat Aira yang pendiam jadi lebih ceria.
Tapi ... dia tidak boleh jatuh cinta pada pemuda itu. Dia tidak ingin kehilangan seseorang yang dia sayangi lagi.
Ponselnya bergetar beberapa kali. Sebuah pesan masuk dari seseorang, membuat Aira harus beranjak dari sana.
Malam ini dia dan Jaglion juga harus bertemu. Hari ini ulang tahun pemuda itu yang ke 18 tahun.
🏮🏮🏮
7 Januari.
Tanggal dalam kalender itu ditandai dengan tinta merah. Seseorang akan bertambah tua di tanggal itu.
Raga dan Hery berangkat dari apartemen Jaglion menuju panti asuhan Mutiara, tempat mereka akan merayakan ulang tahun Jaglion dengan meledakan bom atom.
Karena kembang api sudah terlalu biasa, kan? 😅
Dua pemuda itu menjemput satu orang lagi sebelum mereka benar-benar melaju ke sana.
Hadiah spesial untuk Jaglion.
Di dekat danau buatan di halaman belakang gedung panti, sebuah dekorasi penuh lampu warna-warni terpasang rapi.
Aira sedang memasang beberapa balon berwarna navy, warna kesukaan Jaglion.
![](https://img.wattpad.com/cover/353914232-288-k686808.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITES
Genç Kurgu(Tersedia Versi eBook) Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangannya saja. Jaglion, si cowok paling sadis 'katanya'. Bukan hanya wajahnya yang...