Percuma saja Wilona mengirim pesan yang sama sebanyak 100 kali, kalau lawannya adalah Jaglion.Pemuda itu benar-benar seenaknya sendiri.
Semalam Wilona melarang Jaglion untuk datang, tapi pemuda itu tetap datang. Dan yang membuat Wilona kesal, Jaglion hanya duduk dan menghabiskan waktunya dengan bermain game.
Benar-benar tidak tahu diri!
Dia mengganggu waktu tidur Wilona hanya ingin ditemani main game online???
Dan sekarang pagi ini. Gadis itu sudah mengatakannya beberapa kali lewat pesan dan telepon untuk tidak menjemputnya.
Yang terjadi sekarang Wilona sedang duduk di kursi penumpang, di samping pemuda yang kini fokus menyetir.
Kenapa wajah itu tidak menunjukkan rasa bersalah sama sekali, ya? Rasanya ingin Wilona sayat-sayat wajah tampan itu.
"Lo sarapan apa? Nyeremin banget muka lo pagi ini," sindir Jaglion yang tak menoleh sama sekali.
"Nggak makan apa-apa," Wilona mengeluarkan baju dari dalam tasnya. "Gue bawa baju ganti. Mau bolos bareng nggak?" Tawarnya.
Jaglion mengerutkan kening, heran dengan kelakuan absurd gadis di sebelahnya.
"Kita sarapan dulu biar otak lo lurus lagi."
Itu bukan jawaban yang Wilona inginkan. Dari semalam gadis itu benar-benar tidak ingin melakukan apapun, imbas dari kemarahan kakaknya yang tanpa sebab.
"Gue cuma pengin bolos," lagi, kata Wilona dengan suara lirih.
Jaglion merasa ada yang tidak beres dengan pacarnya. Dia justru takut tiba-tiba Wilona menikamnya menggunakan pisau dapur.
"Sumpah, lo nyeremin banget kalo nggak ngomel," Jaglion memarkirkan mobilnya di depan mini market yang buka 24 jam.
Pemuda itu turun dan masuk ke toko itu. Wilona menebak Jaglion pasti membeli sesuatu untuk ia makan.
Satu hal yang diinginkan Wilona pagi ini; kembali tidur, melupakan ingatan buruk yang terjadi selama hidupnya yang salah ini.
"Mau bolos ke mana?" Tanya Jaglion yang tiba-tiba sudah masuk lagi ke dalam mobil.
Wilona menerima kresek yang dibawa Jaglion, berisi roti, air mineral, beberapa camilan dan coklat batang.
Gadis itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Kak, gue nggak sedang PMS," protes Wilona setelah menyadari ada roti khusus juga di dalam kresek.
Pemuda itu berdehem pelan, kemudian menjalankan mobilnya tanpa menjawab perkataan Wilona barusan.
"Biasanya cewek kalo masang muka harimau betina pasti lagi begitu, kan?"
"Kata siapa?"
"Bella," Jaglion mengambil satu air mineral dari dalam kresek. "Bella sering kerasukan kalo lagi PMS. Kayak lo."
"Kok gue?" Wilona mulai memakan rotinya. "Mana ada gue ngamuk?"
"Seenggaknya muka lo memperlihatkan sisi psikopat cewek kalo lagi datang bulan."
Gadis itu berdecih pelan. Dia baru tahu Jaglion juga bisa teliti seperti itu.
"Kenapa tiba-tiba ngajak bolos?" Tanya Jaglion setelah lampu merah menyala. Dia juga mengambil roti yang tersisa.
"Lagi pengin aja. Ke tempat yang adem. Kayaknya seru kalo out door," Wilona mengingat sesuatu yang dikatakan Celine minggu lalu. "Ah! Flying fox! Gue mau nyoba naik itu," katanya penuh semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITES
Teen Fiction(Tersedia Versi eBook) Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangannya saja. Jaglion, si cowok paling sadis 'katanya'. Bukan hanya wajahnya yang...