Mobil pemuda itu berhenti di parkiran sebuah butik yang terlihat baru, namun ternyata sudah puluhan tahun.
Mungkin karena dicat dan ditata ulang?
Jaglion meremas stir mobilnya, lalu menarik napas dalam-dalam sebelum keluar dari mobil.
Pemuda itu melihat ke kaca spion dalam, merapikan rambutnya yang tidak berantakan, lalu menyakukan ponsel di celananya.
Dia meninggalkan jasnya di jok belakang dan melepas dasi, lalu membuangnya ke belakang juga.
Kebiasaan yang belum berubah dari dulu.
Jaglion keluar dari mobilnya dan berjalan dengan santai memasuki butik itu.
Dua pelayan menyambutnya dengan ramah. Jaglion tersenyum tipis dan menoleh kanan dan kiri.
"Selamat datang, ada yang bisa kami bantu?"
Jaglion berdehem pelan. "Wilonanya ada?"
Dua pelayan itu saling melirik.
"Bisa tolong panggilkan?" Kata Jaglion meminta tolong dengan sopan.
"Sebentar ya, Mas?" Ragu, satu pelayan masuk untuk memanggil Wilona, dan yang satunya mempersilahkan Jaglion untuk duduk.
Pemuda itu baru duduk beberapa detik, kemudian langsung berdiri begitu Wilona muncul.
"H-hai?" Sapa Wilona, sedikit gugup.
Jaglion tersenyum sopan, "Hai."
Wilona berdehem pelan, kemudian teringat kemeja milik Jaglion.
"Ikut gue, Kak. Tadi gue suruh staf nyari kemeja baru," ajak Wilona.
Jaglion mengekor kemana perginya Wilona.
Di dekat ruang ganti, Wilona menjejerkan 3 kemeja putih yang sekiranya bisa dipakai Jaglion.
"Nggak tau ini sesuai atau enggak, tapi kayaknya lebih baik coba dulu," kata gadis itu.
Jaglion memilih sambil memperhatikan lengan dan kerahnya.
Pemuda itu benar-benar terlihat cuek dan tidak ada basa-basi sama sekali.
Benar-benar seperti orang asing.
Wilona sedikit kecewa karena Jaglion tidak banyak bicara.
Gadis itu menyentuh lengan kemeja Jaglion yang terdapat noda begitu banyak.
"Boleh nunduk sedikit? Lo tambah tinggi aja," kata Wilona.
Jaglion mengerutkan kening. "Ada apa?" Tanyanya, tapi tetap menunduk sesuai permintaan Wilona.
Gadis itu mengecek kerah bagian belakang, tapi dia tidak menemukan apa yang dia cari.
"Kalo cari nama brand, itu nggak akan ada. Ini jahitan desainer pribadi," kata Jaglion, lalu kembali berdiri tegak.
"Biar gue coba dulu yang ini," katanya sambil tersenyum manis.
"Tunggu," Wilona menahan lengan pemuda itu. "Itu nggak akan cocok. Bahan dari kemeja ini belum ada di butik. Ini nggak sebanding sama kemeja biasa."
Jaglion tertawa pelan. "Gue coba dulu," katanya, lalu masuk ke ruang ganti.
Tak menunggu lama, Jaglion keluar dengan kemeja baru yang membuat lekuk tubuhnya terlihat ... seksi?????
Wilona langsung menggeleng dan mengerjapkan mata, berusaha menyadarkan diri untuk tidak menatap Jaglion seperti orang cabul.
"Not bad," kata Jaglion sambil menggulung lengan kemejanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITES
Teen Fiction(Tersedia Versi eBook) Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangannya saja. Jaglion, si cowok paling sadis 'katanya'. Bukan hanya wajahnya yang...