Raga memandangi potret dirinya yang sedang merangkul Candra dan Jaglion, lalu terdapat Hery yang tiba-tiba muncul di bawah mereka bertiga.Foto itu diambil beberapa tahun lalu, sebelum hari sial Candra datang.
Dia menoleh ke arah Jaglion yang belum juga selesai dengan amarahnya. Sepulang sekolah pemuda itu benar-benar fokus menghancurkan samsak tinju di ruang latihan Cyber Space.
Sudah ada satu yang hancur lebur. Isinya berantakan keluar ke mana-mana.
Tapi pemuda itu masih terus saja memukul samsak yang masih tergantung di tempatnya.
Dia tahu penyebab emosi Jaglion yang meledak itu.
Tentu saja Wilona.
Gadis itu menantang Jaglion dengan penuh percaya diri.
Hery memeluk lengan Raga, membuat pemuda itu berdesis jijik.
"Lepas," bisik Raga.
"Kita keluar aja, yuk? Gue takut kita jadi sasaran Jaglion," lirih Hery, ketakutan.
Raga mengerenyitkan dahi saat sebuah telepon masuk ke ponsel Hery.
"Sejak kapan lo berhubungan baik sama Rani?"
Hery buru-buru menolak panggilan itu dan menyembunyikan ponselnya.
"Kayaknya sejak dia nyelakain Wilona waktu itu? Dia yang tobat tiba-tiba minta nomor gue."
"Terus lo kasih tanpa nanya buat apa?"
Hery memutar bola matanya. "Yaelah, Ga. Kami cuma ngobrolin hal-hal yang nggak penting."
Raga menggeleng pelan. "Enggak, bukan itu yang jadi masalah."
"Apaan emang?"
"Sesil? Gimana sama Sesil?"
Sebelum Hery menjawab pertanyaan Raga, Jaglion lebih dulu menarik perhatian mereka karena berteriak cukup keras.
Wajah pemuda itu merah padam bukan hanya karena sedang berolahraga dan berkeringat, tapi juga karena marah.
Dia menoleh ke arah Raga yang kini menatapnya penuh tanya.
"Cari pasangan sana! Nggak usah ribetin hubungan orang lain," ketus Jaglion.
Raga mengerutkan kening dan berdiri dari duduknya. Dia berkacak pinggang sambil tersenyum sinis.
"Wilona ngomong apa sampe lo semarah ini?"
"Bukan urusan lo!" Ketus Jaglion lagi. Dia menatap kesal samsak tinju yang kini rusak karena ulahnya.
Raga tertawa pelan, membuat Jaglion meliriknya dengan tajam.
"Lo nggak mau tau, apa yang terjadi sama gue dan Wilona waktu di danau?"
Hery berdehem pelan, kemudian perlahan mundur teratur. Dia siap kabur kapan saja jika terjadi adu jotos diantara dua sahabatnya itu.
Dia tidak mau wajah tampannya kena tinjuan juga.
"Tekad dia udah bulat buat lepas dari lo semenjak di danau bareng gue. Lo tau apa penyebabnya?" Raga bertanya, memancing.
"Penyebabnya adalah foto lo dan Aira yang lagi ciuman hari itu juga."
Kini Hery bukan lagi ingin kabur, tapi ingin tenggelam saja di danau. Suasananya memanas, ditambah Jaglion yang kini melepas sarung tinjunya dengan kasar.
"Tadinya dia mau mempertahankan hubungan kalian. Tapi ternyata runtuh seketika karena ulah lo sendiri. Dia marah, Lion. Marah banget, sampe nggak mau tau lagi soal perasaan yang pernah tumbuh itu."

KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITES
Genç Kurgu(Tersedia Versi eBook) Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangannya saja. Jaglion, si cowok paling sadis 'katanya'. Bukan hanya wajahnya yang...