Rapat OSIS selesai lebih cepat dari biasanya. Seluruh anggota keluar dari ruang rapat secara bertahap.Tinggal Gani yang masih duduk di kursinya sambil mengecek beberapa jadwal event yang akan mereka ikuti.
Setelah dirasa cukup sepi, Gani menutup pintu dan menguncinya dari dalam. Pemuda itu membuka ponselnya dan mengklik aplikasi yang biasa digunakan untuk menyadap ponsel orang lain.
Pemuda itu sibuk mengotak-atik aplikasi itu, namun tak kunjung membuahkan hasil.
Sepertinya dia butuh ahli agar rencananya berhasil.
Gani lalu membuka galeri pribadinya. Di sana banyak sekali foto Celine yang dia ambil secara diam-diam.
Bahkan beberapa foto Celine yang baru keluar dari kamar mandi dan hanya menggunakan handuk pun dia punya.
Pemuda itu tersenyum lebar. Dia benar-benar jatuh cinta dengan sosok Celine.
"Nggak boleh ada orang yang bikin lo jatuh cinta selain gue, Cel," gumam pemuda itu. Dia menggulir aplikasi lain, dimana Sakhi mengunggah fotonya dan Celine hanya berdua di sebuah Cafe yang biasa Celine datangi bersama Wilona dan yang lain.
"Enaknya diapain, ya?" Gani memikirkan sesuatu yang jahat saat melihat Sakhi yang begitu bangga mendapatkan gadisnya.
"Padahal target gue Wilona. Ternyata ada yang lebih empuk," gumam Gani lagi.
Pemuda itu membuka website dan mengecek sesuatu di sana.
"Kita liat punya senjata apa aja mereka," pemuda itu mengirimkan surel ke salah satu website perdagangan senjata tajam ilegal.
Dia perlu semua itu untuk mengancam Celine agar tak pergi darinya.
Selama ini Gani hidup sendirian. Dia seperti dibuang oleh keluarganya sendiri hanya karena dia sangat terobsesi pada hal-hal yang dia suka.
Dari kecil dia sudah dianggap seperti bukan manusia. Gani sangat benci dipandang seperti monster. Dia tidak pernah berbuat kriminal apapun.
Kehadiran Celine membuat jiwa yang lain bangkit dalam diri Gani.
Gadis itu dulu benar-benar menyukainya. Dia mengikuti kemanapun Gani pergi. Bahkan sampai rela menyesuaikan diri agar menjadi tipe yang Gani suka.
Pengorbanan Celine membuat Gani jatuh cinta. Tapi demi status sosialnya yang sudah ia bangun dengan citra baik, dia harus pura-pura menolak kehadiran Celine.
Lagipun, selama ini dia tetap berusaha dekat dengan gadis itu. Meskipun sikap Celine kepadanya berubah 180 derajat.
Celine kini menganggapnya monster, seperti yang keluarganya lakukan padanya.
Padahal Gani bukan monster seperti yang Celine pikirkan. Dia hanya menginginkan Celine bagaimana pun caranya.
Dering ponsel membuat fokus Gani teralihkan. Nama Wilona tertera di sana.
"Kenapa, Na?"
"Perasaan rapat udah selesai. Kenapa lo belum balik ke kelas? Kita ada pengumuman penting dari wali kelas."
"Ah, masih ada beberapa yang harus diberesin. Kayaknya gue bakal telat masuk kelas."
Sesuatu terlintas dipikirannya. Bagaimana kalau dia meminta Wilona membantunya agar Celine jauh-jauh dari pemuda lain? Dia sangat tidak suka melihat gadisnya bersama orang lain.
"Gue boleh minta tolong nggak?" Tanya Gani.
"Apa? Asal nggak susah."
"Kita bicarain nanti aja. Gue masih sibuk. Sore ini ada waktu, kan?" Gani tersenyum senang setelah berhasil membeli senjata ilegal itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITES
Novela Juvenil(Tersedia Versi eBook) Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangannya saja. Jaglion, si cowok paling sadis 'katanya'. Bukan hanya wajahnya yang...