53. IGNITES >>Death Game 2<<

15.3K 1K 179
                                    


Wildan duduk dengan tatapan kosongnya, sedangkan Jaglion kini tergeletak di atas lantai sambil memegangi perutnya yang teramat sangat sakit.

Sebelumnya, Wildan sudah memberi peringatan pada Jaglion untuk menahan napas di area perut.

Namun tendangan Wildan adalah tendangan paling menyakitkan yang pernah Jaglion rasakan.

Saat malam tadi Aksan dan Ziya pulang tanpa Wilona, mata Wildan memerah dan tanpa ampun memukul Aksan sampai 3 kali pukulan, membuat Aksan pingsan di hadapan adiknya.

Setelah itu dia mendatangi Jaglion dan menghajarnya juga.

"Bang, ada pesan dari Kevin," kata Raga, lalu melirik ke arah Jaglion yang kini terduduk dan meringis.

Wildan menghela napas pelan, kemudian membaca pesan dari Kevin yang dikirimkan kepada Raga.

"Gue perlu menghajar Kevin juga," Wildan mengepalkan tangannya. "Berani-beraninya membiarkan Wilona masuk ke sana."

"Bukan tanpa alasan," balas Jaglion. Dia masih terduduk, tapi kini berani menatap Wildan. "Gue sama Kevin udah punya banyak bukti tentang kejahatan Bara."

"Lo diam-diam lakuin ini tanpa komando dari gue?" Wildan tersenyum sinis. "Udah bisa menghandle semuanya sendiri?"

"Lo juga nggak bilang kalo lo di sini buat menghancurkan Om Eric," Jaglion mencoba berdiri meskipun perutnya sangat terasa nyeri.

"Bukan cuma keluarga lo yang dalam bahaya, Bang. Gue dan Raga juga sama."

Raga membuang muka. Padahal perusahaan orang tuanya tak seberpengaruh perusahaan keluarga Bahar maupun Galaxi Corp.

"Gue punya satu permintaan," Jaglion mengusap sudut bibirnya yang berdarah akibat pukulan Wildan tadi. "Meskipun lo menghancurkan Om Eric, tolong jangan hancurin Gea. Bawa dia pergi sama lo. Dia nggak butuh apa-apa kecuali lo."

Wildan berdiri dari duduknya. Dia menatap Jaglion dengan serius.

"Ayo, kita punya banyak kerjaan. Permainan ini harus selesai sebelum matahari terbit," Wildan menatap beberapa anggota Cyber Space yang ada di sana.

"Death Game, ya? Dia mau salah satu dari kita mati? Oke, kita kasih dia pelajaran berharga, bahwa nyawa 1 anggota Cyber Space nggak sebanding dengan nyawa seluruh anggota Oscar."

Pemuda itu menatap Jaglion yang kini tersenyum tipis.

"Posisi lo harus tetap di samping gue," kemudian dia menoleh pada Raga.

"Raga. Tugas lo adalah Wilona."

Jaglion berdecak pelan, kemudian bertemu tatap dengan Raga yang terlihat bangga.

"Jangan senang dulu. Itu bukan restu," decih Jaglion.

Raga mendekat, memeluk sahabatnya dengan sayang dan berbisik.

"Tolong ucapkan selamat ke gue, karna punya kesempatan buat ngerebut dia dari lo."

Jaglion berdecih lagi. "Selamat."

🏮🏮🏮

Matanya berkunang-kunang. Betisnya terasa perih dan beberapa lengannya tersayat oleh tambang.

Wilona menelan salivanya karena tenggorokannya sangat kering. Luka-luka di kulitnya diakibatkan oleh tambang yang sempat digunakan untuk mengikatnya.

Jika kemarin dia masih bisa minum air dan buang air kecil di toilet berkat Kevin yang diam-diam membantunya, tapi hari ini benar-benar tidak bisa.

Tanpa sepengetahuan Kevin, gadis itu diseret masuk ke sebuah jeruji besi berukuran sedang.

Bahkan Wilona tidak bisa berbaring karena kondisi jeruji yang sempit.

IGNITES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang