Wilona tampak gugup saat mobil Jaglion sudah memasuki parkiran di seberang sekolah. Parkiran itu memang dikhususkan untuk pengguna roda empat. Sedangkan parkiran motor ada di dalam sekolah.Dia meremas pelan sabuk pengaman saat Jaglion sedang memarkirkan mobilnya. Bukan karena takut pemuda itu menabrak sesuatu. Dia mencengkeram erat sabuk pengaman karena degupan jantungnya kini berpacu lebih cepat dari biasanya.
Rambut yang terurai lurus tanpa aksesoris. Make up tipis dengan bibir yang memakai liptint berwarna Pink menambah kesan girly.
Jaglion menyeringai saat melihat ekspresi wajah pacar barunya yang terlihat tegang.
"Chill dulu nggak sih," sindir Jaglion sambil membuka sabuk pengamannya.
Pemuda itu biasanya membawa motor, tapi karena sekarang akan selalu berangkat dengan pacarnya, dia membawa mobil yang biasa dipakai Raga.
"Lo turun duluan deh, kak," kata Wilona yang masih memegang erat sabuk pengaman.
Jaglion menatapnya heran. "Mau gue bukain sabuknya?" Tawar pemuda itu.
Wilona dengan cepat membukanya dan keluar dari mobil. Hal itu membuat Jaglion tertawa pelan.
Ternyata melihat tingkah laku Wilona dari sisi yang lain lucu juga menurut pemuda itu.
Gadis itu menarik napas dalam sebelum menjauh dari mobil Jaglion. Belum juga sempat menenangkan diri, tiba-tiba Jaglion menyambar tangan Wilona dan menariknya pelan.
Beberapa orang yang ada di parkiran itu melihat mereka dengan ekspresi kaget.
"Wait wait wait," Wilona melepaskan tangan Jaglion. "Kita jalan sendiri-sendiri aja, ya?"
Dahi Jaglion berkerut. "Bukannya salah satu tujuan hubungan kita itu biar orang-orang pada tau?"
"Iya sih ...," mereka masih berdiri di seberang gerbang sekolah. "Tapi nanti gue kasih tau temen yang lain, bakal nyebar sendiri kok."
"Bukannya lebih bagus mereka liat secara langsung?"
"Iya sih ...," Wilona terlihat ragu. "Gue cuma ..."
Belum selesai gadis itu berbicara, Jaglion menggenggam tangan Wilona dan berjalan dengan percaya diri.
Wilona terus menunduk sepanjang perjalanan masuk ke dalam sekolah. Ia sengaja menutupi wajahnya dengan rambut yang terurai.
Seperti dugaannya, orang-orang melihat ke arah mereka dengan berbagai ekspresi. Tidak seperti Wilona yang berusaha menghindari tatapan mereka, Jaglion justru berjalan seperti biasanya.
Angkuh dan dingin. Bedanya kini dia menggandeng seseorang yang berstatus pacarnya.
"Eh, sumpah?!"
"Mereka pacaran?"
"Munafik bener nggak mau sama Jaglion. Nyatanya sekarang gandengan."
Suara-suara cemoohan, kesan terkejut dan menyindir menghiasi langkah Jaglion dan Wilona yang baru saja melewati koridor utama.
Cemoohan yang lebih banyak. Tentu saja bukan Jaglion yang mereka cemooh, melainkan Wilona yang sepertinya sudah terbiasa dengan hal itu.
"Kak," panggil Wilona pelan. Jaglion masih dengan santainya berjalan tanpa merasa risih.
"Kak Lion...," panggil Wilona sekali lagi.
Mereka berhenti di tangga naik ke lantai 2. Pemuda itu melepaskan tangan Wilona dan menatap gadis itu tanpa ekspresi.
"Gue duluan," kata pemuda itu, meninggalkan Wilona yang berdiri mematung.
Belum begitu jauh Jaglion menaiki tangga, Wilona tersadar. Kalau dia berjalan sendirian sampai kelas, sepertinya itu bukan ide yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITES
Teen Fiction(Tersedia Versi eBook) Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangannya saja. Jaglion, si cowok paling sadis 'katanya'. Bukan hanya wajahnya yang...