Wilona baru saja keluar dari gerbang rumahnya sambil merapikan rambutnya yang lagi-lagi diurai begitu saja.Seorang pemuda memakai kemeja putih dengan lengan yang digulung sampai siku, dan celana hitam sedang menunggu gadis itu.
Tak menunggu lama, Wilona menyadari keberadaan pemuda itu yang kini tersenyum manis ke arahnya.
Dia melebarkan tangannya, bersiap menerima pelukan hangat dari gadis yang kini masih terkejut dengan mata berbinar.
Wilona berlari pelan dan memeluk Deril yang kini mendekapnya erat.
Pemuda itu menikmati aroma wangi yang khas dari Wilona, yang tidak pernah berubah.
"I miss you so bad," bisik Deril sambil mengelus rambut Wilona dengan lembut.
Sedangkan Wilona? Dia terlalu nyaman dipelukan Deril sampai menitihkan air mata.
Dia melepas pelukannya, menatap sahabatnya yang baru saja sampai dari bandara.
"Kenapa nggak ngabarin dulu?" Tanya Wilona dengan nada manja.
Deril tertawa gemas dan kembali menarik Wilona ke pelukannya.
"Terlalu pagi ya, kalo ngasih kejutan?"
"Do you think?" Kesal Wilona, tapi dia tidak bisa bohong, dia juga sangat senang.
Wilona kembali memisahkan diri dari pelukan pemuda itu.
"Sisca?"
Deril hanya tersenyum kecut. "Dia nggak mau pulang bareng. Maybe, soon."
"Padahal aku juga kangen banget sama dia."
Pemuda itu belum puas berpelukan dengan Wilona. Dia lagi-lagi menarik gadis itu ke dalam pelukannya.
Ada rasa yang tidak bisa digantikan siapapun di sana.
Rindu selama bertahun-tahun harus diobati sekarang.
Deril sangat rindu, mungkin mengalahkan rasa rindu Wilona padanya.
Sementara itu, seorang pemuda berdiri tak begitu jauh dari sana, menatap dengan tatapan kesal.
Jaglion berdecih sinis, kemudian memilih berangkat lebih dulu, meninggalkan Wilona yang sedang bermesraan di pagi hari dengan pemuda lain.
Benar-benar menyebalkan!
Kenapa dia harus melihat pemandangan menjijikan itu pagi-pagi? Mana dia belum sarapan lagi. Mual rasanya, mengingat wajah Wilona yang berseri-seri sambil tersenyum manis di hadapan pemuda lain.
Jaglion memukul stir mobilnya, teramat kesal.
"Awas aja lo," gumamnya.
🏮🏮🏮
Wildan mengerutkan kening saat tahu Wilona memakai seragam sekolah tapi masih di rumah. Dia melihat jam tangannya.
"Baru jam segini udah pulang?" Tanya Wildan setelah melihat jam yang masih menunjukkan pukul 9 pagi.
Wilona sedikit terkejut, sampai air yang sedang dia tuang agak meleber kemana-mana.
"Aku nggak jadi berangkat."
"Kenapa? Sakit?"
Belum juga Wilona menjawab pertanyaan kakaknya, Deril muncul dari belakang Wildan.
"Bang?" Sapanya sambil tersenyum ramah.
"Deril?" Kedua pemuda itu sama-sama tersenyum dan berpelukan sebentar.
"Kapan datang? Kenapa nggak ngabarin? Dari bandara sama siapa?" Tanya Wildan, kepo.
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITES
Teen Fiction(Tersedia Versi eBook) Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangannya saja. Jaglion, si cowok paling sadis 'katanya'. Bukan hanya wajahnya yang...