Kevin berjongkok, kemudian tersenyum dan membelai pipi Wilona dengan lembut. Dia hampir menangis melihat keadaan sahabatnya yang mengenaskan.Wajah pucat bercampur debu dan keringat. Lengannya terdapat banyak goresan Luka-luka kecil yang dia yakin rasanya sangat perih.
Belum lagi pakaian kotor dan sobek, membuat Kevin memejamkan mata tak tega.
"Gue baik-baik aja," lirih Wilona.
"Gue tau. Lo bahkan lebih kuat dan berani dibanding gue," Kevin memperlihatkan sepatu boot yang dia pakai. "Menurut lo gimana?" Tanyanya meminta pendapat.
Wilona terkekeh lemah. "Harusnya lo tambahin paku kecil-kecil dia bawahnya," gadis itu memperlihatkan lengan sebelah kanannya. "Liat? Bajingan itu bikin tangan gue kayak gini."
"Tenang aja. Dia bakal dapat balasan yang lebih menyakitkan dari ini," Kevin membelai rambut Wilona yang kusut.
"Dia juga sempat jambak rambut lo, kan? Gue bakal bikin dia botak dengan nyabutin rambutnya satu persatu. Kalo perlu alis dan bulu matanya juga."
Wilona kembali terkekeh. "Sampe yang dibawah juga?" Tanyanya bercanda.
Kevin berdecak. "Sempat-sempatnya lo becanda dalam kondisi kayak gini."
"Emang nggak boleh, ya?"
"Boleh kok," Kevin duduk bersila di hadapan sangkar itu.
"Lo nggak penasaran kenapa Aira dengan mudah kasih tau rencana Bara dan perusahaan di belakang dia?"
Gadis itu terbatuk sebentar, kemudian menggeleng lemah. "Gue juga bingung. Kenapa tiba-tiba dia bocorin rencana partnernya sendiri."
Pemuda itu membuka ponselnya, kemudian memperlihatkan sebuah foto yang membuat Wilona terkejut.
"Kami pacaran. Udah jalan 1 tahun lamanya. Bulan lalu hari jadi kami," ucap Kevin, membuat Wilona tambah tertegun.
Dia menatap mata pemuda itu. Kevin tidak bohong soal hubungannya.
"Alasan dulu gue marah dan benci sama Jaglion juga karena Aira. Gue tau semua kebusukan keluarga itu dari dia. Ditambah setelah gue tau dia maksa lo jadi pacarnya. Jadi gue nggak berusaha menghentikan Aira buat balas dendam."
"Tapi gue salah membiarkan dia jadi pion. Yang ada dia malah kesiksa sendiri."
"Saat dia ngasih tau kalo lo minta dia buat jauhin Jaglion, dia memang sempat marah. Tapi gue setuju dengan pemikiran lo. Dia kasih tau segalanya ke gue, Na."
Wilona membuang muka. Dia berdecih sinis. Jadi selama ini gadis yang didambakan Jaglion adalah pacar sahabatnya, begitu?
"Wah.... lucu banget dunia ini," gumam Wilona.
"Lo berhak marah sama gue karena gue nggak jujur ke lo," Kevin meraih tangan Wilona. "Tapi please, jangan benci Aira. Dia cuma gelap mata karena masa lalunya. Sekarang dia udah mulai berhenti dan menerima keadaan dengan lapang dada."
"Terus gue gimana, Vin? Selama ini gue tersiksa gara-gara dia. Jaglion selalu mihak dia dibanding gue."
Kevin menggeleng pelan. "Itu nggak akan terjadi lagi. Setelah ini lo harus pergi dari kehidupan Jaglion. Dia penuh bahaya, Na."
Pemuda itu mengeluarkan pistol dari sakunya. "Kita nggak punya banyak waktu. Jangan teriak," katanya, lalu menembakkan pistol itu ke belakang Wilona.
Barulah setelah itu Wilona bisa mendengar suara kakaknya yang mengancam Bara dengan tebakan yang menjebak.
"Kita tetap di sini sampe Bang Wildan nyuruh kita keluar."
"Terus mereka?" Tanya Wilona yang dimaksudkan dengan anggota Oscar.
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITES
Teen Fiction(Tersedia Versi eBook) Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangannya saja. Jaglion, si cowok paling sadis 'katanya'. Bukan hanya wajahnya yang...