22. IGNITES >>She's My Girl!<<

29.5K 1.1K 32
                                    

Beberapa hari ini Jaglion benar-benar mendalami peran sebagai pacar. Kemana pun dia pergi, Wilona harus ikut. Bahkan untuk urusan yang sangat tidak penting pun Wilona harus ikut.

Seperti menghabiskan waktu di pinggir jendela apartemen misalnya?

Wilona sampai membanting buku yang sedang dia baca, saking stresnya melihat Jaglion yang hanya memejamkan mata di dekat jendela dengan tirai yang terbuka lebar.

Padahal tidak ada gunanya dia di sana, tapi Jaglion mengunci pintu apartemen agar Wilona tidak kabur.

"Gue punya acara sendiri bareng teman gue, kak," geram Wilona. Suaranya sengaja ditekan agar tak berteriak ke arah pacarnya itu.

Jaglion membuka matanya, lalu menoleh. Tatapan mereka jelas berbeda. Yang satu kesal yang satu masa bodo.

"Gue mau pulang ...," rengek Wilona pelan. Dia sudah cukup depresi dikurung di sana.

"Baru jam 11," kata Jaglion santai.

Wilona menghela napas. Dia sudah di sana sekitar jam 9. Biasanya dia memang betah menyendiri, tapi karena sekarang dia punya Celine dan yang lain, dia tidak bisa hanya duduk bersantai di rumah.

Gadis itu mendapat pesan dari 4 temannya lewat grup. Mereka sedang di Cafe tidak jauh dari gedung apartemen.

"Cari makan aja gimana?" Tawarnya agar bisa bertemu yang lain.

Belum sempat Jaglion menjawab tawaran gadis itu, dia mendapat telepon.

"I'm busy right now," kata pemuda itu setelah mengangkat telepon. "Just do it, don't need permission," lanjut Jaglion lagi.

Wilona mengerjapkan matanya. Mendengar Jaglion berbicara bahasa Inggris membuat dia sedikit terpesona.

"Okay, I'll coming," kata Jaglion, lalu menutup sambungan telepon.

Dia menoleh, mendapati Wilona sedang menatapnya dengan raut penasaran.

"Kenapa?" Tanya Jaglion, judes.

"Gue kira lo nggak bisa bahasa Inggris," ejek Wilona.

Pemuda itu tersenyum sinis. "Iya lah, si paling multilingual," Jaglion beranjak masuk ke kamarnya, mengambil jaket dan kunci mobil. "Ayo cari makan."

Wilona tersenyum senang. Dia memakai tas selempangnya dan membawa kembali 2 buku yang tadi sedang ia baca.

Tidak mudah membujuk pemuda keras kepala itu. Mungkin siang ini dia sedang beruntung.

Tapi senyum Wilona pudar saat tahu Jaglion tidak akan membawanya bertemu dengan teman-temannya.

"Gue bilang kan di Caffèta. Kenapa nggak berhenti?" Protes gadis itu.

Jaglion fokus pada jalanan. Dia tidak menghiraukan mood Wilona yang kembali buruk.

"Jangan biarin Wilona jauh dari lo."

Permintaan seseorang selalu terngiang di benak pemuda itu. Timbal balik dari dia menjaga Wilona cukup besar. Jika dia tidak menurutinya, maka seseorang yang berharga untuknya juga dalam bahaya.

Menjaga Wilona sama dengan menjaga orang itu.

"Gue punya permintaan yang mudah. Gue yakin lo bisa nurutin ini," Jaglion menghentikan mobilnya di parkiran sebuah Cafe yang cukup jauh dari apartemennya.

"Asal permintaan lo itu nggak aneh-aneh," Wilona membuka sabuk pengamannya, hendak turun lebih dulu.

Pemuda itu menahan tangan Wilona saat gadis itu akan membuka pintu, membuatnya sedikit bingung dengan tingkah laku Jaglion.

IGNITES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang