Guru bahasa Inggris sedang menjelaskan sejarah sebuah negara dengan sangat lancar di depan kelas.Guru cantik bernama Miss Titi itu lulusan di sebuah universitas ternama di Manchaster. Tidak heran bahasa Inggrisnya benar-benar membuat Wilona terpesona.
Dia ingin berbicara di depan banyak orang dengan percaya diri, seperti gurunya.
Andai saja dulu tidak pernah home schooling, mungkin saat ini Wilona sudah menjadi duta Bahasa di sekolahnya.
Apa gunanya bisa berbicara banyak bahasa kalau percaya diri saja tidak punya?
Tapi saat ini bukan pelajaran yang merajai pikiran Wilona, melainkan kejadian tadi malam.
Untuk pertama kalinya Jaglion hanya memanggil nama belakangnya, seperti orang-orang.
Dan itu jadi candu.
Gawat! Wilona sudah mulai diracuni oleh Dewa Amor.
"Wilona, are you okay?" Tanya Bu Titi, membuyarkan lamunan gadis itu.
"Oh? I'm fine, Miss."
"Then ... I'll give you guys a home work, an assignment about history. Try to summarize the history of a country."
"Okay, Miss," jawab beberapa murid dengan kompak. Yang tidak menjawab dengan lantang biasanya murid yang tidak suka dengan pekerjaan rumah.
Miss Titi membereskan buku yang akan dia bawa. "Next week, present the results of your assignment according to your absence," kata Miss Titi sebelum meninggalkan kelas.
Beberapa murid langsung mengeluh, karena rangkuman adalah hal yang menyebalkan.
Bahkan Wilona tidak memperhatikan pelajaran sejak jam pertama dimulai.
"Uhh..," Wilona mengelus perutnya pelan. Nyeri datang bulan belum juga reda dari semalam.
Gadis itu menghampiri meja Celine dengan lemas. "Gue ke uks. Nggak kuat," bisiknya.
Celine tampak khawatir, tapi dia mengangguk, membiarkan Wilona keluar dari kelas.
Dia tidak bisa memberitahu Jaglion soal kondisi Wilona karena ini adalah siklus bulanan yang tidak bisa diobati, kecuali sembuh sendiri.
Lagipun Wilona ingin sendirian dan tidak ada yang mengganggu tidurnya.
Beberapa anak PMR sedang berada di sana, menata obat-obatan dalam lemari. Mereka tersenyum, menyambut Wilona yang datang sendirian dengan wajah pucat.
"Apanya yang sakit, Kak?" Tanya adik kelas sambil mengambilkan air minum untuk Wilona.
"Nyeri PMS doang sih. Tapi kepala ikut pusing," jawab Wilona dan menerima air putih hangat dari adik kelas itu.
"Nggak ada alergi paracetamol, kan?" Adik kelas itu kini mencarikan obat pereda nyeri yang biasa dipakai.
"Sanmol aja kalo ada."
Wilona menerima satu tablet obat yang diberikan adik kelas bernama Farah itu.
"Istirahat dulu aja, Kak. Tapi kami tinggal nggak apa-apa, ya?"
Wilona mengangguk lemah sambil tersenyum. Dia menuju ranjang paling akhir dari arah pintu.
Selain jauh dari jendela, cahaya juga tidak begitu terang karena terhalang tirai dari ranjang lain.
Dalam ruang uks itu, terdapat 8 ranjang, yang masing-masing berada di sebelah kiri dan kanan berjejer 4 ranjang.
Beruntung hanya ada Wilona pagi itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITES
Teen Fiction(Tersedia Versi eBook) Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangannya saja. Jaglion, si cowok paling sadis 'katanya'. Bukan hanya wajahnya yang...