Adam VS Davina

10.1K 489 6
                                    

"DAVINAAAAA?!"
"BAGAIMANA TANGGAPAN KAMU TERHADAP NETIZEN YANG MEMBOIKOT PRODUK DARI PERUSAHAAN AYAHMU?"
"KENAPA KAMU BISA-BISANYA MEMBELA ISRAEL?!"

Teriakan sejumlah wartawan sudah mengihasi pagi Davina. Gadis berambut sepundak yang diikat ekor kuda itu keluar secepat kilat dari mobilnya sambil sedikit menutup wajah dengan telapak tangannya agar tak dipotret kamera wartawan yang tertahan di luar pagar.

Beruntung sekolah elitnya memiliki peraturan ketat yang tak mengizinkan wartawan masuk ke dalam lingkungan sekolah. Jadi dia cukup aman dari kejaran media untuk beberapa kasus yang dilakukannya di luar, termasuk mengenai sikapnya baru-baru ini di media sosial yang disinyalir mendukung zionis Israel.

Tak sadar langkah cepatnya justru tak terkendali dan menabrak Adly yang berada di depan lift membuat pria yang sedang berdiri itu terkejut.

"Apa yang salah dengan kamu?" tanya Adly dengan santai.

Meskipun pria itu malas berinteraksi dengan Davina mengingat riwayat sikap permusuhan Davina pada sepupunya, tapi terkadang dia tak ada pilihan.

Davina mendongkak dengan wajah kesal. "Apa kamu juga mau mengambil tugas wartawan untuk mengejar berita pagi buta?!"

Adly mengangguk pelan seolah memahami sesuatu. "Oh ... saya paham sekarang. Wartawan yang banyak di pagar itu karena ulahmu, kan? Memang kamu sangat merepotkan."

Davina semakin kesal. "Tck. Ini bukan salah saya! Ini salah masyarakat yang tidak ada kerjaan selain mengomentari pilihan hidup orang lain!"

Adly menaikkan satu alis. "Oh ya? Saya sangat tidak peduli dengan kamu dan segala tentang duniamu. Serius. Saya juga seingat saya tidak pernah menonton berita gosip selebriti seumur hidup saya, karena beberapa dari kalian adalah sekelompok orang-orang merepotkan, yang sudah tahu disorot, tapi masih melakukan tindakan yang membawa dampak negatif bagi masyarakat. Giliran dikejar wartawan, kalian merasa menjadi pihak paling terzalimi."

"Ini jelas bukan salah saya! Bagaimana kamu bisa sedangkal itu dalam menilai orang lain?! Kami juga butuh privasi yang jauh dari pemberitaan media, kami hanya manusia biasa yang butuh mengekspresikan diri kami tanpa selalu dihujat begitu banyak orang! Apa kamu pikir kami ingin dikejar-kejar kamera wartawan yang haus berita setiap harinya? Apa kami harus selalu sesuai dengan kemauan masyarakat?! Apa kami tidak bisa menentukan langkah kami sendiri?!"

Keduanya berhenti berdebat saat melihat Adam mendekat dan seperti biasa, pria itu tak ada sapaan ramah sedikit pun. Melirik mereka pun sangat malas. Seperti tak menganggap keberadaan mereka.

Kehadiran kerumunan wartawan di depan sekolah yang mengejar Davina atas sikap Davina di media sosial itu sedikit menarik perhatian, alhasil muncul pertanyaan pada pelajaran Pak Seno.

"Pak? Bagaimana tanggapan kita terhadap kasus yang sedang hangat diperbincangkan terkait konflik antara Israel dan Palestina?" tanya Dewi.

Pak Seno sedikit terkejut meskipun berusaha bersikap tenang. "Sikap sekolah kita adalah tidak ikut campur dan bersikap netral."

"Mohon maaf, Pak, tapi bagaimana dengan sikap negara dan pemerintah kita yang mendukung kemerdekaan Palestina?" tanya Kayra.

"Sekolah kita tarafnya internasional. Bukan hanya nasional. Mencetak lulusannya untuk berpikir dan bergaul dengan masyarakat internasional, bukan hanya di satu negara saja. Jadi saya memandang, kalian harus bisa menghindari konflik-konflik yang tidak diperlukan."

Adam yang duduk paling belakang itu tampak tak puas dengan jawaban Pak Seno. "Kenapa kita harus selalu netral? Tidak semua konflik harus dihindari dengan tidak melakukan pernyataan sikap yang tegas. Lagipula masyarakat internasional mendukung kemerdekaan Palestina. Mereka tidak bodoh. Hanya segelintir orang yang tetap mendukung Israel dengan segala kekejamannya. Terlepas dari apa pun kepentingan di baliknya."

Pengasuh Mr. A (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang