Acara Perusahaan

10.7K 597 8
                                    

Arka jarang bertemu Adam, karena pergi bekerja saat Adam masih tidur dan pulang saat Adam sudah tidur lagi. Saat hari libur dan Adam di rumah, dia justru melakukan perjalanan bisnis yang membuatnya tak ada di sisi Adam setiap saat. Urusan-urusan yang berkaitan dengan Adam bisa dia delegasikan kepada asisten pribadinya.

Namun, tentu Arka tak pernah melewatkan untuk mengajak Adam ikut serta dalam acara perusahaan mengingat dia perlu mengenalkan putranya sekaligus penerusnya pada rekan-rekan bisnisnya.

Sayangnya karena jarang bertemu, mereka merasa tak perlu banyak bicara. Arka tak terlalu tahu apa kesukaan dan kebiasaan Adam, dan begitupun sebaliknya. Adam tak terlalu peduli padanya. Sifat keduanya yang sama-sama irit bicara pun membuat semakin sempurna keheningan di dalam mobil yang tengah membawa keduanya menuju ARS Group itu.

"Bagaimana sekolahmu akhir-akhir ini?" tanya Arka membuka perbincangan.

"Good," jawab Adam yang duduk di samping ayahnya dengan setelan jas silver dan rambut mengkilap yang di sisir menyamping tanpa menutupi dahi itu.

Arka angguk-angguk kepala dengan jawaban super singkat itu. "Apa keberadaan Afra cukup membantu?"

"Ya, dia gak terlalu buruk."

Pria paruh baya dengan setelan jas hitam itu kembali angguk-angguk kepala. Seperti formalitas belaka. "Bagus kalau kamu merasa Afra cukup membantu. Tadinya Ayah pikir, Ayah perlu mengganti Afra atau Afra mungkin akan meninggalkan pekerjaannya."

Sekilas Adam memijit dahinya. "Gak perlu diganti. Aku malas menyesuaikan diri lagi dengan orang baru."

"Oke."

"Well aku rasa Afra perlu diberikan fasilitas tambahan seperti kendaraan yang dia butuhkan untuk memudahkan dia melakukan tugasnya."

Arka menoleh. Tak percaya putranya punya sedikit kepedulian terhadap orang lain. "Menurutmu begitu?"

"Ya."

"Oke. Ayah akan beritahu Pak Darwis untuk mengurusnya." Arka mengambil ponsel di balik jasnya dan menghubungi asistennya. "Sudah diurus."

"Terima kasih, Yah."

Arka kembali melirik putranya dengan tatapan sedikit tak percaya. Aneh saja, karena bisa mendengar Adam mengatakan kalimat terima kasih. Sangat jarang, pikirnya.

"Sama-sama," jawab Arka sambil menahan senyumnya. "Nikmati masa-masa santaimu dengan baik, karena akan sangat jarang istirahat saat sudah waktunya kamu mengambil alih perusahaan. Pertama kali Ayah mengambil alih perusahaan dari kakekmu, Ayah bahkan sangat sulit tidur di malam hari. Kalau bisa tidur pun hanya beberapa jam, karena harus menemui banyak orang dalam sehari. Liburan atau main golf, itu gak sepenuhnya liburan dan main, tapi bagian dari menjalin kedekatan dengan relasi bisnis untuk mendatangkan keuntungan. Melakukan perjalanan bisnis dengan sangat sering. Jam kerja yang panjang karena harus memastikan semuanya baik-baik saja. Bahkan saat semuanya baik-baik saja pun harus tetap khawatir. Mengingat ada perusahaan yang terlena saat dia ada di atas zona baik-baik saja sampai gak tahu alasan saat dia tiba-tiba bangkrut."

Adam tetap memasang ekspresi datarnya. "Aku pikir uang bisa membuat Ayah lebih menikmati hidup Ayah dan membuat Ayah bisa melihat, bahwa hidup gak hanya tentang kerja."

Seketika Arka tertawa pelan, tapi Adam tetap memasang ekspresi dinginnya. "Hahahahahaha. Bagaimana kamu bisa tidur dan bersantai saat begitu banyak hal yang harus kamu pikirkan? Begitu banyak orang yang bekerja untuk perusahaanmu dan setiap keputusanmu sangat berpengaruh terhadap hidup mereka. Di sisi lain, gak banyak orang yang bisa kamu percaya. Terkadang saat mulai memberikan kepercayaan kepada orang yang dianggap tepat, dia bisa saja mengkhianati, menipu, dan merugikan.

Pengasuh Mr. A (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang