Prolog

30.2K 989 5
                                    

Afra PoV

"AAAAAAAAAAA ...."

Kalian tahu sifat super setan? Aku gak tahu kalian tahu atau gak, tapi aku sangat bahkan sangat mengetahuinya semenjak hari pertama aku bekerja di rumah super mewah ini.

"AAAAAAAAAAA ...."

Si manusia calon penghuni neraka itu memilih mengabaikan teriakan frustasiku dengan tetap santai berbaring di ranjang besarnya sambil memakai headphone abu-abunya.

Dengan segala kesabaran yang masih terpatri di jiwa dan ragaku, aku mendekat dan langsung mencabut barang menyebalkan itu dari telinganya dan membantingnya ke lantai tanpa permisi.

Prak

Pria menyebalkan dengan rambut cokelat gelap itu bangkit dengan wajah kesal. "Why?!" Dia melihatku seakan-akan dia adalah korban. Dasar manipulatif!

Aku menatapnya dengan tajam dan gemuruh amarah yang sudah tak dapat dibendung lagi. "Kamu tahu, gak ada pelayan yang ditugaskan untuk bersihin kamar kamu yang super besar ini selain aku! Why?! KARENA KAMU GAK MAU SATU PUN PELAYAN MASUK RUANGAN PRIVASIMU SELAIN SATU-SATUNYA ASISTEN YANG DITUGASKAN KHUSUS UNTUK MELAYANI KAMU!" ucapku berusaha membuat telinganya yang selama ini hanya menjadi pelengkap di kepalanya itu benar-benar berfungsi.

"KAMU TAHU BETAPA CAPEKNYA AKU BERSIHIN RUANGAN KAMU DAN KAMU MASUK DENGAN SEPATU BERLUMPUR YANG ENTAH KAMU INJAK DARI MANA TAPI AKU PIKIR ITU SENGAJA UNTUK MENGOTORI RUANGAN INI ...." Aku berhenti sebentar untuk menarik napas.

Dia malah menatapku dengan datar seolah-olah dia manusia suci. "Apa orang miskin sepertimu memang suka berbicara dengan suara keras?" tanyanya dengan tenang.

"WHAT?! YA, KARENA ORANG KAYA SEPERTIMU KEBANYAKAN TULI DAN BUTA SECARA MAKNA!" Aku melotot.

Oke, aku tidak tahan lagi. Dia benar-benar menguji kesabaranku. Dia benar-benar tokoh super antagonis dalam jalan hidupku. Dia menyambut hari pertama aku bekerja sebagai pengasuhnya dengan membuat kamarnya yang sangat besar ini seperti gudang yang harus aku bersihkan selama tiga jam lamanya, menendang nampan berisi makanan dan minuman yang aku bawa untuk makanan siangnya sampai mengenai seluruh wajahku, mendorong aku ke kolam sedangkan aku tak tahu berenang sampai aku hampir tenggelam jika tak ditolong oleh Bu Bunga selaku kepala pelayan, dan sekarang hari ketiga aku memutuskan untuk berhenti. Aku sudah tidak tahan dengan wajah menyebalkan dan sok sucinya itu.

"Orang miskin sepertimu memang digaji untuk itu, kan? Kenapa minta dihargai sementara ayahku membayarmu? Pekerjaanmu adalah mengasuh dan melayaniku. Kenapa kamu mendadak ingin aku bersikap sangat sopan kepadamu?"

"Heh, Iblis?! Harusnya kamu malu dengan dirimu sendiri, Iblis! Mungkin hanya kamu anak SMA di planet ini yang butuh pengasuh seakan-akan kamu adalah bayi yang gak bisa mengurus dirinya sendiri! Memalukan!"

"Ap--"

"Jangan balas lagi perkataanku, karena aku sepenuhnya mengundurkan diri! KAMU BERHASIL MENJALANKAN MISIMU UNTUK MEMBUAT 35 PENGASUH TERMASUK AKU BERHENTI BEKERJA SECARA SUKARELA!"

Prak

Aku membanting pintu kamarnya dengan keras sebelum sukses meninggalkan kamar memuakkan itu.

Tiga hari di sini sudah membuat jiwa dan ragaku meronta-ronta ingin membunuhnya daripada mengasuhnya.

***

"Maaf. Saya mau mundur, Pak. Saya tidak bisa menjadi pengasuh dari putra, Bapak."

Tuan Arka menghela napas. Seperti sudah memprediksi bahwa hal ini akan terjadi. "Tapi saat sesi wawancara, Bu Bunga bilang, bahwa kamu siap menghadapi semua tantangan."

Ya, tapi anak Bapak lebih seperti musibah daripada tantangan. Ingin sekali aku menjawab begitu.

Kalau bukan karena hutang pinjol kamp**t itu dengan penagihnya yang selalu menghubungiku dengan pesan-pesan 'mesranya' melebihi seorang kekasih, aku gak akan sudi berakhir di tempat neraka bersama penghuni tercelanya itu.

"Maaf, Pak. Tapi putra Bapak tidak bisa menghargai orang lain. Saya kesulitan menjalankan tugas saya."

Daripada aku membunuhnya, mending aku mengalah dari pekerjaan yang membuat kaya dengan cepat ini.

"Kamu tahu, Afra, kamu beruntung karena bertahan sampai tiga hari. Kebanyakan pengasuh sebelumnya hanya bertahan satu hari. Saya melihat tingkat ketahananmu yang jauh lebih kuat daripada normalnya pengasuh lainnya. Jadi tolong jangan mengundurkan diri."

Aku sampai menganga beberapa detik sebelum menyadarkan diri.

"Kamu satu-satunya yang berani melawan dia. Selama ini pengasuh sebelumnya takut dengan dia. Saya melihat potensi dalam diri kamu."

"Potensi apa, Pak?"

"Potensi untuk bisa merubah putra saya ke jalan yang lebih baik."

"Ya, dia sangat tersesat, Pak."

"Maksudnya?"

"Oh ... maksud saya, ya ... dia harus dirubah. Tapi bukan oleh saya. Sebaiknya oleh orang lain, Pak."

Pak Arka tetap menggeleng. "Afra ... tolong. Kamu saja. Saya akan tambahkan gaji kamu tiga kali lipat dengan tugas tambahan merubah putra saya."

APAAAAAA?

"Baik, Pak. Saya siap."

Kenapa ini?

Kenapa mulut dan hatiku bisa tidak sinkron begini?

Kenapa duit selalu membuat semua hal bisa dipertimbangkan?

Pak Arka memang tahu kelemahanku.

"Syukurlah, Afra. Jadi kamu kembali bekerja, ya."

Aku merasa hidupku akan sangat 'berwarna' mulai detik ini.

Pengasuh Mr. A (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang