Jalan

10.9K 558 16
                                    

"Aku ingin sendiri. Jangan ganggu aku dan jangan ke kamarku!"

Afra sampai melihat telepon dengan mulut menganga sebelum mendekatkan benda itu kembali ke telinganya. "Ini beneran? Ah, jangan-jangan nanti kamu berubah pikiran."

"Kamu ke kamarku saat mengantar makanan saja, tapi jangan ajak aku bicara. Kamu boleh libur hari ini. Paham?!"

"APAAAA?!" Afra terbelalak.

Adam ingin sendiri?

Oke, ini sangat aneh bagi Afra. Harusnya dia bersyukur bisa libur. Harusnya. Tapi dia malah heran, karena makhluk merepotkan seperti Adam tak ingin dibantu apa pun kali ini kecuali mengantarkan makanan.

Sontak jiwa penasaran Afra meronta-ronta. "Kamu baik-baik saja, kan?"

"Hm. Jangan telepon lagi!"

Sambungan telepon terputus membuat Afra terkejut.

Secepat kilat dia keluar dari kamarnya sambil mondar-mandir tak jelas di depan kamar Adam. Mencari jawaban paling pasti yang mendasari Adam tiba-tiba ingin sendiri.

Alhasil saat pria itu membuka pintu, dia berhenti. Mereka saling pandang. Adam dengan wajah datarnya dan Afra dengan ekspresi penuh selidiknya.

"Adam? Aku tanya sekali lagi, kamu baik-baik saja, kan?"

Tak menjawab, Adam memilih pergi ke lantai bawah untuk bermain basket. Ya, di dalam rumahnya memang terdapat ruang olahraga lengkap dengan semua fasilitasnya yang membuatnya tak kesulitan sedikit pun.

Afra yang malah terjebak dengan rasa penasaran sampai mengekori Adam dari tadi dengan pertanyaan yang sama.

"Adam? Kamu baik-baik saja, kan?"

Merasa jengah, Adam hanya mengatakan, "Aku ingin sendiri. Tolong beri aku ruang untuk itu! Harusnya kamu bahagia bisa bersantai seperti impianmu."

Afra menutup mulut lantaran terharu. "Kamu ternyata perhatian padaku."

Adam ingin mati saja mendengarnya. "Berhenti dengan tafsiran aneh itu! Berhenti juga mengikutiku!"

Pada akhirnya Afra memilih ke ruang tamu. Berusaha mencari jawaban pada Bunga yang tentu lebih mengenal Adam, tapi dia malah mendapati Adly yang tengah duduk di ruang tamu dengan tampilan santainya.

"Kak Afra?" sapa Adly dengan senyum lebarnya yang sanggup membuat Afra hampir tergelincir di lantai saking terpesonanya pada kilauan senyuman Adly.

"Kamu sudah lama di sini? Kenapa gak memanggilku?"

"Aku takut ganggu, Kak Afra. Lagian aku belum lama. Aku cuma mengantarkan kue dari Bunda untuk Adam. Ada juga kue dariku untuk Kak Afra."

"Serius? Kamu baik sekali. Terima kasih."

"Sama-sama, Kak. Adamnya ada?"

Afra menghela napas. "Dia aneh. Katanya gak mau diganggu hari ini. Dia menghindar. Aku kan jadi khawatir."

"Dia memang terkadang butuh sendiri, Kak. Setidaknya sekali dalam sepekan untuk mengisi tenaganya setelah beraktifitas di tempat yang terdapat banyak orang. Dia butuh itu untuk tetap berpikir jernih, karena tenaganya habis saat ada di tempat ramai dan berinteraksi dengan orang lain. Itu yang perlu Kak Afra pahami."

Sejenak Afra terdiam dengan ekspresi tak terbaca.

"Ajak bicara saja saat dia inginkan, Kak. Beri dia waktu sendiri. Nanti kalau dia sudah lebih baik, dia pasti akan bicara lagi dengan Kak Afra."

Entah kenapa Afra terus memikirkan Adam yang membuatnya berinisiatif menemui pria itu di kamarnya saat siang hari.

"Aku lagi libur. Mau keluar dan keliling-keliling pakai motornya Pak Pras. Kamu mau ikut?"

Pengasuh Mr. A (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang