Waktu berlalu. Adam dan Afra tak pernah bertemu lagi dan tak pernah saling menghubungi kembali. Mereka benar-benar pergi dengan jalannya masing-masing, memilih jalur yang mereka inginkan.
Adam fokus dengan sekolahnya, meningkatkan prestasi, belajar untuk universitas impiannya, rajin ibadah, kajian, dan ikut dalam kegiatan sosial bersama Remaja Masjid.
Afra fokus dengan kuliahnya, belajar lebih rajin, tak terlalu banyak mengeluh saat mengerjakan tugas, dan sudah beberapa kali gonta-ganti pacar. Paling lama dia hanya pacaran selama satu bulan, kemudian putus dan cari lagi yang baru.
Setiap kali memikirkan bahwa pria-pria tersebut tak seperti Adam, dia galau. Dia sedih. Dia kacau. Dia susah move on. Tapi dia tetap saja pacaran. Berputar pada siklus yang sama.
"Apa di masa depan gue bakalan berjodoh sama orang yang sejenis Adam, ya, Dhea? Gue ngerasa, gak ada cowok yang kayak dia." Afra memilih curhat sore itu setelah perkuliahan mereka selesai.
Dhea yang duduk di hadapannya itu menghela napas. "Afra? Jodoh itu gak mesti sesuai seperti yang lo bayangkan, tapi pasti adalah orang yang tepat dan terbaik menurut Allah Subhanahu wa Ta'ala buat lo. Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala tuh paling tahu yang paling layak buat lo. Gak mesti harus yang kayak Adam juga."
Ekspresi Afra masih tampak sedih dan lesu. "Gue bingung Dhea, gue selalu ingin pacaran, tapi sejujurnya gue gak benar-benar menemukan orang yang pas. Jadi kayak gitu-gitu aja. Pas gue kencan sama cowok tertentu, eh gue justru banding-bandingin dia sama Adam. Galau lagi gue."
"Afra? Maaf, ya. Ini gue terbuka aja nih sebagai temen lo. Gue masih banyak kekurangan, dan belum tentu gue lebih baik dari lo. Tapi ini bentuk saling menasehati sebagai sesama muslim, ya.
"Gue pikir lo tuh sebenarnya gak perlu banget sama kegiatan pacaran. Maksud gue, wajar tertarik sama lawan jenis, tapi ketika lo memandang dunia ini menyakitkan, lo gak puas dengan hidup lo, hidup dan diri lo lagi berantakan, dan lainnya, lo pikir jawaban satu-satunya dan obat dari segala 'kekacauan' itu adalah cinta. Karena menurut lo, cinta itu indah dan bisa menyembuhkan lo. Akhirnya apa-apa lo larikan ke pacaran. Galau gak ada pacar, padahal lo gak mengatasi masalah sebenarnya.
"Gue pikir hidup lo tuh lagi berantakan, Afra. Jawabannya adalah perbaiki diri lo, bukan pacaran dan cowok yang lo butuhin saat ini." Dhea tegas kali ini untuk membuka pikiran Afra, walaupun Afra hanya sekadar sedikit sadar. Belum memikirkan nasehat Dhea lebih jauh. Buktinya dia masih pacaran.
Namun, tiba-tiba dia harus mengalami kekerasan dari pacarnya yang merupakan kakak tingkat mereka. Dan, harus berjam-jam di kantor polisi untuk penyelesaian masalah itu.
Setelahnya mereka putus, tapi Afra tak kunjung berubah. Dia mulai mencari pria baru dan dekat dengan seorang pria yang tak sengaja bertemu dengannya di kantin kampus. Mereka dekat dan jadian.
Si pria mengajak Afra untuk jalan dan di tengah jalan beralasan, "Aku lupa bawa hp. Gak apa-apa kita ke kos aku dulu?"
"Gak apa-apa." Afra menurut saja.
Saat sampai di kos pria itu, dia menunggu di luar pintu tapi diajak masuk ke dalam dengan alasan pria itu masih ingin ke toilet. Afra menurut lagi dan pintu ditutup oleh pria itu.
Tiba-tiba pria itu mulai menyentuhnya dan memaksanya untuk berhubungan badan. Dia berteriak sekencang-kencangnya pun percuma, karena suasana kos sedang sepi.
Tubuhnya pun seperti membeku begitu saja saat hendak diperkosa pria itu. Tenaganya dikalahkan oleh tenaga pria yang jauh lebih kuat. Dia menangis dan memohon-mohon pun tak dipedulikan oleh pria yang tengah terbutakan oleh hawa nafsunya itu. Alhasil dia pasrah dan hanya bisa menangis.
Beruntung dua orang teman pria itu datang sebelum pria itu melakukan aksinya 'lebih jauh'. Tiba-tiba dua orang itu membuka pintu dengan santai. Pemandangan di hadapan mereka membuat mereka terkejut dan terpaku di tempat.
"Tolong ...." ucap Afra setengah berbisik dengan air mata putus asa.
Sontak dua pria itu masuk dan langsung menghajar teman mereka sendiri.
"GILA YA LO!"
"LO GAK MIKIR IBU ATAU SAUDARA PEREMPUAN LO SAMPAI GINIIN ANAK PEREMPUAN ORANG LAIN!"Berakhir dua orang teman pria itu mengantar Afra pulang dengan penampilan yang sangat berantakan. Pakaian yang sudah sedikit robek di beberapa bagian, hijab yang sudah hampir terlepas, dan bekas air mata di pipi.
Dia tak sempat melaporkan kejadian pelecehan itu kepada pihak berwajib, karena sangat ketakutan dan trauma serta malu. Satu pekan dia tak masuk kuliah lantaran masih sangat trauma dan sering menangis. Itulah awal dari dirinya yang tak ingin pacaran lagi dan takut dekat dengan pria manapun.
Setelah sebulan dia mulai merenungi semuanya. Dia shalat dan berdoa agar lebih tenang, tapi tak berani curhat pada siapa pun lantaran malu. Hanya berdoa dan menceritakan semuanya dalam doa sambil menangis yang bisa dilakukannya.
"Mungkin ini teguran buat gue, karena udah sering diingetin tapi gue masih membangkang terus."
Pada akhirnya dia memilih berubah. Tak ingin pacaran lagi. Dia datang kepada Dhea dan Wati untuk berkata, "Gue mau hijrah kayak lo berdua. Gue mau tobat. Gue mau jadi orang yang lebih baik. Gue mau memperbaiki diri gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengasuh Mr. A (TAMAT)
Spiritual#Karya 16 📚 PART LENGKAP Pekerjaan : Pengasuh Benefit : 1. Gaji dua digit + tunjangan 2. Makanan terjamin 3. Tersedia tempat tinggal full fasilitas "Ini jagain cucunya presiden, ya?" tanya Afra. Pekerjaan pengasuh dengan gaji fantastis itu sangat...