Perjalanan Umroh

4.7K 270 10
                                    

Jakarta - Jeddah

Kali ini jemaah umroh yang di dalamnya ada Adam, Aziz, Diman, dan Fahrizal akan ikut dalam penerbangan malam. Setelah berkumpul sejak siang untuk mempersiapkan keberangkatan, mereka baru memasuki pesawat sekitar jam enam sore.

"Ini pertama kalinya aku naik pesawat, Dam," ucap Aziz ke arah Adam yang duduk di tengah itu. Dari sorot matanya, dia terlihat sangat bersemangat. "Terima kasih sudah mengajakku."

Adam tersenyum tipis. "Oh ya? Semoga kamu menikmati perjalananmu." Sejujurnya dia sedikit terharu, karena dia menganggap naik pesawat adalah hal biasa bahkan sangat biasa, karena tak jarang dia melakukan perjalanan ke beberapa wilayah. Tapi dia tak menyangka bahwa apa yang dia anggap biasa tersebut akan menjadi mewah bagi beberapa orang. "Ah, memang gak perlu meremehkan sesuatu yang membuat orang lain bahagia hanya karena bagi kita itu biasa, mengingat bisa jadi itu begitu sulit dijangkaunya selama ini. Pelajaran juga untuk lebih banyak membantu orang di sekitar agar merasakan kebaikan yang sama dengan kita." Dia ikut bahagia untuk Aziz.

"Kita akan melakukan perjalanan sekitar sepuluh jam, ya, Den?" tanya Diman yang juga duduk di sampingnya itu.

Adam mengangguk. "Ya, sekitar itu, Pak. Insyaallah sampai Jeddah mendekati jam dua belas malam waktu di sana. Ada perbedaan waktu Jakarta dan Jeddah." Dia menunjuk perbedaan waktu Jakarta dan Jeddah yang tertera di layar sentuh yang berada di depan kursi mereka.

Diman mengangguk paham. "Maklum Den, waktu saya nemenin Bapak pas ibadah haji itu sudah lama, Den. Jadi agak lupa." Dia terkekeh.

Tak lama mereka sudah dibagikan makanan pertama untuk makan malam, dan akan ada makanan kedua yang dibagikan dua jam sebelum pesawat mendarat. Setelahnya Adam tak tertarik menikmati hiburan di LCD TV layar sentuh yang berada di hadapannya, dia memilih membaca Al-Qur'an sebelum akhirnya tertidur lelap.

Pukul 23.45

Rombongan mereka tiba di Bandara Internasional King Abdulaziz, Jeddah. Diarahkan langsung menuju imigrasi terlebih dahulu.

Mereka baru selesai jam setengah satu malam. Pemandu mereka bernama Ustadz Yahya yang sudah menunggu mereka itu langsung mengarahkan ke bus yang disediakan. Ustadz Yahya sendiri adalah orang Indonesia yang tinggal di Arab Saudi dan biasanya memandu jemaah umroh maupun haji.

"Baik jemaah sekalian, Insyaallah kita akan bertolak ke Madinah yang memakan waktu sekitar enam jam perjalanan," jelas Ustadz Yahya begitu semua jemaah sudah berada di dalam bus.

"Ini kita beneran ke Madinah, Dam? Kotanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?" Aziz masih tak percaya, bahwa jaraknya dengan tempat hijrah dan tempat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabat dimakamkan kini hanya enam jam perjalanan darat.

Adam tersenyum tipis. "Iya, Ziz. Aku juga baru pertama ke sini. Sebelumnya belum pernah." Dia jadi sedikit tak sabar ingin sampai di tempat tujuan.

Sepanjang perjalanan, Adam yang duduk di dekat jendela itu tak bisa melihat banyak hal, karena sudah malam. Sesekali dia hanya bisa menjumpai beberapa bangunan-bangunan di pinggir jalan.

Memasuki waktu subuh, bus berhenti di salah satu masjid agar jemaah melaksanakan shalat subuh. Setelahnya mereka kembali ke bus. Adam, Aziz, dan Pak Diman kembali membaca Al-Qur'an. Adam tak banyak menyentuh ponselnya, lantaran dia bertekad ingin fokus beribadah selama di tanah suci.

"Masyaallah ...." Aziz tak dapat menahan kekagumannya pada pesona matahari terbit yang dilihatnya dari kaca jendela, membuat Adam yang sedari tadi fokus membaca itu pun mengikuti arah pandangnya. Seketika dia menghela napas lega sebelum tersenyum menatap pesona matahari terbit berwarna kuning keemasan itu. "Ini matahari terbit pertama kita di Arab Saudi, Dam. Indah banget."

Pengasuh Mr. A (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang