Afra membuka matanya dan mendapati Adam tengah berdiri di samping ranjangnya sambil menatapnya dengan datar. "Apa kamu sudah lebih baik?"
"Adam?"
Afra mengerjapkan matanya. Entah dia hanya mimpi atau halusinasi, yang jelas saat dia membuka matanya, dia tak menemukan Adam di samping ranjangnya. Dia justru menemukan seorang wanita berambut sepundak dengan stetoskop yang dikalungkan di lehernya.
"Hai Afra. Saya dokter Citra. Senang melihat kamu sudah bangun. Kamu pasti memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Adam saat bekerja untuknya. Kamu menyebut namanya beberapa kali saat tidur." Citra tersenyum ramah. "Jangan lupa obatnya diminum, ya. Lekas pulih, Afra."
Citra berjalan menuju pintu keluar menemui Bunga yang sejak tadi berdiri di sana memunculkan tanda tanya besar di benak Afra.
"Kenapa ...." Jujur dia bingung kenapa Bunga ada di rumahnya.
Tiba-tiba dia teringat sesuatu. Secepat kilat dia meraih ponselnya dan mengecek riwayat panggilan terakhir. Seketika matanya melotot sebelum menarik selimut menutupi wajahnya. Jelas saja, tertera nama Adam di sana, bukan nama Dhea.
Rasanya dia ingin mencakar tembok, memeluk pohon sampai mengacak-acak rambutnya sendiri. Dia benar-benar sangat malu.
"Aish ... AFRAAAAAA di mana harga diri lo?!" Dia tak habis pikir, dia justru menghubugi Adam. Pikirannya seperti memiliki pengaturan tersendiri, kalau sedang kesulitan, hubungi Adam.
"Adam sedang umroh."
Afra terkejut ketika Bunga mendekat ke arahnya.
"Sebelumnya dia yang menyuruh saya ke sini. Akan ada orang yang merawat kamu selama sakit. Tidak perlu khawatir."
Sejenak Afra termenung. "Dia masih peduli sama gue? Tapi kenapa? Bukannya dia gak mau PDKT sama gue?"
"Terima kasih, Bu. Maaf merepotkan."
"Tidak apa-apa, Afra. Semoga cepat sembuh, ya." Bunga berlalu begitu saja.
***
Setelah sampai di hotel, Adam, Aziz, dan Diman mendapatkan kamar yang sama, sedangkan Fahrizal menempati kamar yang berbeda dengan mereka.
Setelah beristirahat sejenak di kamar, semua jemaah kembali berkumpul untuk pengarahan singkat sekaligus mendengarkan kultum dari Ustadz Ahmad selaku pembimbing umroh kali ini.
"Jemaah sekalian, kita sudah melakukan perjalanan yang cukup panjang dari Jeddah menuju Madinah. Kalau kita perhatikan sepanjang perjalanan kita sebelumnya, itu terlihat gurun pasir yang tandus, gunung batu, panas, dan tidak bisa kita bayangkan kalau kita harus melalui medan seperti itu.
"Tapi berabad-abad yang lalu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabat radhiyallahu 'anhum melalui medan-medan seperti itu untuk berhijrah, meninggalkan tanah kelahirannya, kampung halamannya, orang-orang yang mereka cintai, harta yang mereka kumpulkan, dan lainnya demi mempertahankan keimanan mereka. Bahkan nyawa pun siap mereka korbankan untuk Islam.
"Ada sahabat yang ketika di Makkah dia memiliki harta, ketika dia harus berhijrah, dia harus memilih antara meninggalkan hartanya atau mempertahankan keimanannya. Dan, sahabat itu memilih meninggalkan hartanya demi berhijrah di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Memilih jalan yang tidak mudah demi mempertahankan keimanannya. Salah satu sahabat yang demikian adalah Shuhaib radhiyallahu 'anhu.
"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ketika melihat Shuhaib radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Wahai Abu Yahya, keuntungan perniagaan." kemudian beliau shallallahu 'alaihi wasallam membaca ayat ini :
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengasuh Mr. A (TAMAT)
Spiritual#Karya 16 📚 PART LENGKAP Pekerjaan : Pengasuh Benefit : 1. Gaji dua digit + tunjangan 2. Makanan terjamin 3. Tersedia tempat tinggal full fasilitas "Ini jagain cucunya presiden, ya?" tanya Afra. Pekerjaan pengasuh dengan gaji fantastis itu sangat...