Shalat Berjamaah

7.2K 441 8
                                    

"Afra?"
"Afra?"

Afra yang tengah tidur merasa terganggu saat mendengar panggilan Adam dari luar tendanya. Perlahan dia membuka matanya sebelum bergerak membuka pintu tendanya dengan gerakan lambat.

Seketika kantuknya hilang begitu saja mendapati aura crazy rich Adam sudah berganti menjadi aura santri. Pria itu memakai baju takwa biru gelap lengkap dengan peci hitam, sarung kotak-kotak biru gelap, dan tak lupa sendal jepit.

Afra sampai menganga beberapa saat mendapati pemandangan super mendamaikan matanya itu. Sungguh, dari dulu dia sangat suka pemandangan pria memakai sarung, apalagi saat akan shalat di masjid. Rasanya saat itu kegantengan para pria bertambah berkali-kali lipat.

Adam menatapnya dengan datar. "Cepat keluar! Di sini harus shalat."

"Shalat?" Afra heran. Pasalnya dua manusia itu sudah saling tahu bahwa mereka tak pernah shalat lima waktu. Adam mungkin hanya shalat jumat setiap hari jumat lantaran diajak supirnya atau dipaksa Bunga.

"Iya! Cepat ambil mukenamu!"

Afra menggigit bibir bawahnya sebelum menggeleng pelan. "Aku gak bawa mukena, Dam."

Adam sampai sulit berkata-kata untuk beberapa saat. "Astaga ... tas sebesar itu isinya apa saja? Masa gak bawa perlengkapan shalat?"

"Ya ... aku gak biasa shalat, Dam. Jadi aku gak terpikir sama sekali untuk bawa mukena."

"Sudah begini saja, kamu sekarang pergi wudhu. Aku ke pos untuk sewa mukena dan sajadah."

Afra malah cemberut. "Harus banget shalat ya?"

"Haruslah!" Adam bersikeras.

"Tapi itu kan jadwal kegiatan untuk siswa dari sekolahmu. Aku kan bukan siswa. Aku m.a.h.a.s.i.s.w.a."

"Kamu muslim bukan?"

Afra mendengkus sebal. Tak ada pilihan lain selain keluar dari tendanya dengan malas. Dia menuju tempat wudhu di dekat toilet sementara Adam membantu menyewa mukena dan sajadah untuknya.

Tak lama mereka kembali bertemu di bawah pohon besar yang berada di dekat toilet.

"Ini." Adam menyerahkan tas mukena berwarna hitam dan sajadah ke arah Afra.

"Kenapa warna hitam? Aku kan sukanya warna cokelat."

"Gak usah banyak mau! Pakai itu!"

"Tck!" Afra kesal dibuatnya walaupun tak ada pilihan selain mengekori Adam ke tempat lapang yang dijadikan tempat shalat untuk semua siswa yang beragama Islam.

Afra menggelar sajadah di barisan wanita sebelum memakai mukenanya. Begitu melirik ke samping, dia terkejut mendapati wajah yang tak asing.

"Diandra, kan?"

Gadis dengan mukena merah gelap itu melihat Afra dengan teliti sebelum mengangguk. Tiba-tiba dia mulai mengingat terakhir kali dia bertemu Afra dan sontak wajahnya memerah lantaran malu.

"Aku mewakili Adly minta maaf, ya untuk kejadian waktu itu. Aku minta maaaaaaf banget."

Diandra mengangguk pelan. "Kak Adly juga sudah minta maaf ke aku, Kak. Sudah aku maafkan. Aku di sini karena menjadi salah satu panitia."

"Oh ...." Afra hanya ber'oh' ria tapi dia cukup gagal fokus dengan kecantikan gadis berdarah Surabaya itu. "Kamu sangat cantik. Kayak gak membosankan sama sekali kalau dilihat terus. Sudah cantik, pintar, image gadis baik-baik. Hah ... beruntungnya jadi kamu." Afra tak mengerti kenapa Adam bisa menolak gadis secantik Diandra. Entah pria itu mencari yang secantik apa lagi? Pikirnya bertanya-tanya.

Gadis itu tersenyum. "Terima kasih, Kak. Kakak juga cantik, punya senyum yang sangat manis, dan mata Kakak juga selalu berbinar ketika berbicara dengan orang lain. Pantas Kak Adam selalu suka bersama dengan Kakak."

Afra panik sampai menggeleng cepat. "Jangan salah sangka, Diandra. Aku asistennya Adam. Jadi aku hampir selalu ikuti semua kegiatannya."

Diandra hanya mengangguk pelan. "Oh ... Kakak sangat beruntung bisa menjadi orang yang diizinkan Kak Adam untuk dekat dengan dia. Karena Kak Adam hampir gak suka ada yang dekat dengan dirinya."

Afra hanya sanggup tersenyum getir. Tak tahu harus membalas apa.

Tak lama mereka mulai melaksanakan shalat Ashar berjamaah.

Setelah shalat dan berdzikir, Fahrizal selaku perwakilan siswa yang mendapatkan tugas memberikan kultum langsung berdiri di depan.

Setelah mengucapkan kalimat pembuka, pria yang seangkatan dengan Adam itu mulai menyampaikan materinya.

"Peristiwa Isra Mikraj terjadi pada tahun 10 kenabian. Peristiwa tersebut adalah perjalanan pada malam hari yang dilakukan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa kemudian naik ke langit.

"Peristiwa itu adalah bentuk hiburan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam setelah melalui rentetan peristiwa yang disebut sebagai tahun kesedihan, yang mana beliau shallallahu 'alaihi wasallam ditinggal meninggal oleh Abu Thalib, paman beliau shallallahu 'alaihi wasallam yang selalu melindungi dan membela beliau shallallahu 'alaihi wasallam dari orang-orang kafir yang menentang beliau shallallahu 'alaihi wasallam dengan keras.

"Ditinggal meninggal oleh Khadijah radhiyallahu 'anha, istri tercinta yang merupakan sandaran hatinya beliau shallallahu 'alaihi wasallam dan sosok wanita yang selalu mendukung beliau shallallahu 'alaihi wasallam dalam semua keadaan.

"Tak lupa ketika peristiwa Thaif di mana penduduk Thaif yang diharapkannya dapat menerima ajarannya justru menentang dan melempari beliau shallallahu 'alaihi wasallam dengan batu.

"Saat itulah peristiwa Isra Mikraj adalah hiburan bagi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan saat itulah Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan sebuah perintah yang menjadi solusi dari segala kesedihan, kegalauan, keresahan, dan kegundahan. Apa perintah itu? Shalat. Perintah itu adalah shalat.

"Awalnya perintah shalat adalah lima puluh waktu sebelum dikurangi menjadi lima waktu, yang menandakan shalat adalah suatu ibadah yang Allah Subhanahu wa Ta'ala paling suka terhubung dengan seorang hamba melalui ibadah tersebut.

"Dan, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

"Wahai Bilal, istirahatkanlah kami dengan shalat." (HR. Ahmad no. 23088 dan Abu Dawud no. 4985. Dinilai sahih oleh Syekh Al-Albani dalam Shahih Al Jami' no. 7892)

"Beliau shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda,

"Dan dijadikan kesenangan hatiku terletak di dalam shalat." (HR. An-Nasai, no. 3939. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana disebut dalam Shahih Al-Jami, no. 3124)

"Istirahatnya kita adalah dengan shalat. Kesenangan hati terletak dalam shalat. Ketenangan, ketenteraman, pertolongan yang kita cari-cari ke mana-mana melalui segala upaya itu sebenarnya ada di dalam shalat."

Afra termenung mendengar kultum itu. Sudah dua kali dia mendengar nasehat tentang shalat, tapi belum juga ada kesadaran untuk rutin melaksanakan shalat.

"Hah ... sebenarnya apa yang gue cari di hidup ini?" batinnya.

Pengasuh Mr. A (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang