Ban Bocor

5.2K 333 14
                                    

"Kenapa kamu gak pernah pacaran?" tanya Adam.

Adly yang tengah fokus memakan makan malamnya itu mendongkak menatap sepupunya yang berada di hadapannya itu. Ya, mereka tengah makan di restoran milik keluarga Fahrizal. "Hah?"

"Kenapa kamu gak pernah pacaran?"

Adly mengerutkan dahi seolah-olah berpikir keras. "Kenapa ya? Gak tahu deh. Gak minat aja."

"Kamu homo?" tebak Adam santai.

Sontak Adly hampir tersedak makanannya sendiri. Dia langsung menatap Adam dengan tatapan paling datar yang dimilikinya. "Adam? Berhenti dengan tebakan gak pantasmu itu, ya!" Matanya melotot ke arah pria berkaos hitam itu.

Adam malah mengangkat bahu dengan cuek. "Aku cuma heran, karena kamu gak pernah pacaran atau menceritakan tentang siapa yang kamu sukai."

Adly kembali santai sambil berpikir sejenak. "Mm ... mungkin itu karena aku punya tujuan."

"Maksudnya?"

"Iya. Aku pria normal yang tentu saja menyukai perempuan, dan bukan berarti aku gak pernah ingin untuk pacaran. Tapi, aku punya tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang ingin aku capai dalam pendidikan, karier, dan lainnya. Jadi aku merasa percintaan bukan prioritasku saat ini."

"Benarkah?" Adam heran lantaran di tengah gempuran anggapan bahwa jomlo itu memalukan dan tidak laku, Adly justru tak peduli sama sekali, padahal dia salah satu pria yang paling ingin dipacari oleh para siswi.

"Ya. Kita harus punya tujuan dan target dalam hal pendidikan, karier, dan hal-hal lain yang ingin kita capai dalam hidup kita. Sehingga pikiran dan fokus kita arahnya untuk mencapai hal-hal tersebut. Karena kalau gak ada tujuan dan target, nanti ujungnya larinya ke lawan jenis. Merasa percintaan adalah pusat dari kehidupan, padahal masih banyak hal yang harus dilakukan selain itu.

"Bukan berarti gak boleh jatuh cinta. Boleh saja, tapi ketika sudah waktunya untuk itu. Kalau belum siap membangun hubungan yang serius, diri sendiri belum siap, untuk apa pusing memikirkan persoalan pasangan hidup? Semacam gak ada hal lain yang menjadi prioritas saja," lanjutnya membuat Adam terdiam sejenak. Dia baru tahu Adly memiliki pemikiran yang 'agak lain'. Perkataan Adly juga menyadarkannya bahwa selama ini dia mungkin cenderung tidak terlalu memiliki tujuan dan target tertentu dalam hidupnya. Mengalir begitu saja.

"Jadi kita harus punya tujuan dan target dalam hidup agar larinya gak hanya ke lawan jenis dan cinta-cintaan?"

Adly mengangguk mantap. "Yap."

"Jadi begitu ...." batin Adam.

Alhasil dia termenung sepanjang perjalanan pulang lantaran memikirkan perkataan Adly. Sampai di rumah pun, dia masih termenung di meja belajarnya dengan ekspresi datarnya.

"Aku mau hidup seperti apa ya? Target seperti apa yang sebaiknya aku prioritaskan untuk saat ini?"

Dia tak dapat berbohong bahwa pikirannya masih sibuk tertuju pada Afra. Hanya Afra seorang. Meskipun dia sudah menghapus kontak Afra agar tak lagi sibuk memantau tentang keseharian gadis itu, tapi dia juga merasa harus berhenti menyia-nyiakan hidupnya dengan sibuk memikirkannya.

Tak lama tangannya terulur mengambil sebuah kertas putih di laci mejanya sebelum menulis sesuatu di kertas itu.

"Target Jangka Pendek"

1. Bisa rutin shalat lima waktu
2. Belajar untuk perbaiki bacaan Al-Qur'an sampai bagus sesuai kaidah tajwid
3. Rutin ikut kajian Islam di masjid
4. Jadi lulusan terbaik
5. Belajar untuk persiapan masuk universitas dan diterima di universitas impian
6. ....

Pengasuh Mr. A (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang