"Tumben kamu gak bersama Kak Afra." Adly aneh saat satu lift dengan sepupunya pagi itu.
Adam terdiam sejenak sebelum menoleh ke arah Adly dengan ekspresi datar. "Afra mundur dari pekerjaannya."
Adly terkejut sampai menatap Adam dengan ekspresi tak percaya. "Serius? Kenapa?"
Adam hanya sanggup menghela napas berat. "Dia bilang ingin fokus dengan kuliahnya. Aku harus menghargai itu, kan."
"Tapi kamu gak apa-apa, kan?" Adly yang khawatir.
"Aku gak butuh asisten lagi untuk sekarang. Aku sudah jauh lebih baik."
Adly menggeleng cepat. "Bukan itu maksudku. Kamu kan suka dalam artian lebih kepada Kak Afra. Kenapa kamu malah membiarkan dia pergi?"
Sontak Adam menoleh lagi dengan tatapan dingin. "Siapa yang bilang padamu aku suka pada Afra?"
Adly terkejut. Kali ini dia sedikit panik sebelum menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal sambil tersenyum canggung. "Ah, itu ... red velvet cake."
Adam tampak berpikir barulah dia paham maksud sepupunya adalah momen saat di perkemahan. "Oh ...."
"Aku pikir Davina juga tahu."
Adam menaikkan satu alis. "Apa kamu memberitahu dia?"
Adly menggeleng sebelum mengambil ponselnya dan menunjukkan kepada Adam foto saat di bus yang pernah dikirim oleh Davina kepadanya. "Melihatmu bersikap seperti ini saja semua orang juga sudah bisa menebak siapa orang yang kamu suka. Beruntung hanya Davina yang melihatnya dan dikirim kepadaku. Coba kalau dikirim kepada orang lain, kasihan Kak Afra menjadi bulan-bulanan para perempuan."
Adam menghela napas lagi. "Intinya dia menolakku."
Kali ini Adly sampai melotot. "Sungguh? Wah, tipe idamannya pasti sangat luar biasa. Kamu si pangeran sekolah saja kalah." Dia geleng-geleng kepala.
Lift terbuka dan Adam memilih keluar lebih dulu setelah mengatakan, "Dia dan pacarnya sudah berpacaran sejak SMA."
Secepat kilat Adly buru-buru menyusul sebelum menahan Adam. "Apa pacarnya lebih keren daripada kamu?" Adly memijit dahi lantaran tak habis pikir. "Oh astaga, Kak Afra sangat manis. Manis sekali. Kalau dia bukan asistenmu saja, sudah aku pacari dari dulu. Apa kamu sudah melihat pria seperti apa yang dia pacari?"
Suasana hati Adam bertambah buruk mengingat foto pria itu. "Intinya dia adalah tipenya Afra."
"Tapi kamu sangat tampan, Adam. Aku yakin kamu lebih tampan dari pacarnya."
"Tampan saja gak cukup. Afra punya kriteria yang jelasnya aku gak masuk di dalamnya."
Adly geleng-geleng kepala sambil menaruh tangan di atas pundak sepupunya. "Berita yang sangat buruk. Apa yang bisa aku lakukan untuk membuatmu lebih baik? Ini sangat rumit. Kamu baru saja menyukai seseorang dan ditolak begitu saja? Mengerikan sekali. Cepat katakan, apa yang bisa aku lakukan?"
"Gak ada." Adam memilih pergi begitu saja membuat Adly malah khawatir.
***
Adam memang mengatakan dia baik-baik saja, tapi Bunga tahu bahwa pria itu masih tak mau jujur dengan perasaannya. Buktinya sejak Afra pergi, berhari-hari Adam malas makan.
Adam juga terkadang lupa. Kadang dia ingin meminta tolong kepada Afra dengan mengetik pesan yang sudah siap dikirim, tapi tiba-tiba teringat, Afra sudah tidak bekerja untuknya lagi. Alhasil dia terjebak dalam kegiatan melamun.
Beruntung Adly selalu main ke rumahnya dan mengajak semua anggota tim basket mereka untuk berkumpul di rumah Adam. Terkadang mereka bermain basket bersama, berenang, mengerjakan tugas sekolah, dan lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengasuh Mr. A (TAMAT)
Espiritual#Karya 16 📚 PART LENGKAP Pekerjaan : Pengasuh Benefit : 1. Gaji dua digit + tunjangan 2. Makanan terjamin 3. Tersedia tempat tinggal full fasilitas "Ini jagain cucunya presiden, ya?" tanya Afra. Pekerjaan pengasuh dengan gaji fantastis itu sangat...