Mati Lampu

8.5K 456 13
                                    

"AISH ...." Rasanya amarah Afra berada di ubun-ubun saat Adam memutus panggilan sepihak. Gadis itu menatap ponselnya dengan kesal dan memilih tak peduli. "Jangan ikuti semua kemauanya, Afra! Jangan!" Dia kembali melanjutkan kegiatannya mengerjakan tugas Adam, tapi baru beberapa menit, dia merasa pikirannya kacau. "AAAAAA ...."

Alhasil dia meminjam motor satpam untuk pergi ke ARS Group walaupun tak tahan untuk mengomel sendiri sepanjang perjalanan.

Dia berhenti di depan pagar besar perusahaan megah itu. Belum menelepon Adam, pria itu sudah keluar lebih dulu menghampirinya masih dengan setelan jas rapi membuat Afra terdiam sebentar. Terpesona. Takjub. Aura Adam seperti bukan anak SMA.

"Gila! Ganteng banget jodoh orang!" batinnya.

Afra tersadar saat Adam sudah berada di sampingnya. Pria itu melonggarkan dasinya sebelum membuka jasnya. Menyisakan kemeja hitam yang dilapisi rompi jas berwarna silver itu.

Tiba-tiba dia melempar jasnya ke arah Afra yang membuat Afra kembali kesal lantaran menutupi wajahnya.

"Pakai itu!" titahnya.

"Tck! Dasar manusia gak tahu sopan santun!"

Adam tak peduli dan memilih sibuk membuka kancing kemeja bagian pergelangan tangan dan menarik lengan kemeja hitamnya ke arah siku. "Helm!"

Afra memakai jas Adam yang terlihat besar di tubuhnya itu untuk menghalau dingin sebelum memberikan sebuah helm hitam ke arah pria itu dengan wajah khawatir. "Apa gak apa-apa kamu tinggalin acara kayak gini?"

"Aku sudah izin ke ayah."

"Kamu bilang apa?"

"Aku bilang kalau Afra menyuruhku pulang, karena ada tugas sekolah yang harus dikerjakan."

Sontak wajah Afra memerah menahan amarah luar biasa. Matanya menatap Adam dengan melotot membuat Adam menaikkan satu alis dengan heran.

"What?" Wajah pria itu tak ada rasa bersalah sama sekali.

"Kenapa bawa-bawa aku?!" tanya Afra dengan suara ketus.

"Jadi aku harus menyebut siapa? Bu Bunga?"

Rasanya Afra ingin menghajar pria itu dengan helm yang ada di genggamannya jika tak mengingatkan dirinya, bahwa itu bisa menjadi tindakan kriminal.

"Tck! Nih!" Dia menyodorkan helm dengan kesal.

Adam menerima dan memakainya dengan baik sebelum naik ke motor. Duduk tepat di belakang Afra.

"Sudah?"

"Sudah."

Mereka langsung pergi meninggalkan tempat itu.

"Akhirnya ...." Adam menghela napas lega.

"Apanya?"

"Aku bisa pergi lebih awal."

"Bukannya acara begitu penting buat kamu, ya?"

"Ya."

"Terus kenapa kamu pergi?"

"Aku selalu hadir dan hampir selalu bertemu orang-orang yang sama. Meskipun gak akrab, kami harus selalu ramah dan berbincang. Sejujurnya aku gak begitu mengenal mereka. Jadi senang saja saat bisa pergi."

"Manusia itu makhluk sosial tahu. Suatu saat kamu mungkin butuh bantuan mereka. Jadi bergaul sedikit gak masalah. Lagian waspasa itu perlu, tapi gak semua orang itu palsu. Kamu saja yang bermasalah dalam menilai."

Kali ini Adam menghela napas jengah. "Berhenti berbicara hal yang gak ingin aku dengar, Afra. Kita mau ke mana?"

"Aku mau makan di tempat langgananku, tapi aku antar kamu pulang lebih dulu."

Pengasuh Mr. A (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang