Setelah seluruh rangkaian acara selesai, Adam dan Afra diantar Diman ke kamar hotel yang telah disediakan untuk mereka.
Keduanya berwudhu dan pertama kalinya Adam mengimami Afra untuk shalat sunnah dua rakaat.
Setelahnya Adam memegang ubun-ubun Afra untuk berdoa. Setelah mengucapkan basmalah, pria itu membaca sebuah doa, "Allahumma Inni As-Aluka Min Khoirihaa Wa Khoiri Maa Jabaltahaa 'Alaih. Wa A'udzu Bika Min Syarrihaa Wa Syarri Maa Jabaltahaa 'Alaih. (Artinya: Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan kebaikan tabiatnya yang ia bawa. Dan aku berlindung dari kejelekannya dan kejelekan tabiat yang ia bawa)." (HR. Abu Daud, no. 2160; Ibnu Majah, no. 1918. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Saat hendak duduk bersama Afra di ranjang, ponsel Adam bergetar menandakan panggilan masuk. "Aku izin menerima panggilan sebentar, ya."
Afra mengangguk. "Oke."
Adam bersandar di dipannya dan terdengar berbincang hangat menggunakan Bahasa Inggris dengan seorang pria. Sementara Afra yang duduk bersandar di sebelahnya itu malah pucat. Antara kelelahan sekaligus gugup.
Deg
Deg
DegJantung Afra berdegup kencang sekali. Oke, dia dan Adam dulu sering ada di dalam kamar yang sama, tapi kali ini tujuannya bukan untuk mengerjakan tugas sekolah Adam. Terlebih mereka sudah delapan tahun berpisah. Dia merasa sangat canggung meskipun sejak tadi berusaha biasa saja.
"Apa cuma gue yang gugup, ya? Gue harus gimana nih? Mana gue masih merasa dia adalah bos di kantor gue lagi. Biasa aja, Afra. Coba biasa ajaaaaa." Tetap saja dia keringat dingin, padahal kamar hotel yang yang luas dengan berbagai hiasan khusus pengantin itu ber-AC.
Tak lama pria itu sudah mengakhiri panggilannya dan menoleh ke arahnya. "Maaf, ya, Afra. Ini teman kuliahku sewaktu di Amerika. Dia mengucapkan selamat untuk pernikahan kita. Dia minta maaf gak bisa hadir."
"Oh ... oke." Afra mengangguk kaku.
Tiba-tiba Adam menatapnya. "Kamu terlihat pucat, Afra. Apa kamu sakit?"
Afra menggeleng kaku. "Gak ... gak ...."
Adam bangkit dan mengambil minum di sampingnya. "Minum dulu." Dia menyodorkan gelas kaca berisi air putih itu. "Mau minum yang lain?"
Afra menggeleng lagi. "Gak. Ini aja."
Adam duduk tepat di sampingnya dan menatapnya yang sedang minum itu membuatnya salah tingkah. Alhasil dia hanya minum setengah gelas.
"Sudah?"
Afra mengangguk. "Sudah." Nadanya ciut. Masih gugup.
Adam mengambil gelas itu dan meminum sisa air di dalamnya tepat di bekas bibir istrinya sebelum menaruh gelas itu di atas nakas. Wajah Afra memanas karena melihat pemandangan itu.
Tak lama pria itu mengulurkan tangannya ke wajah Afra. Ibu jarinya membelai lembut pipi Afra. "Apa perlu aku panggilkan dokter, Afra?" Suaranya terdengar sangat lembut membuat Afra malah merinding dan bertambah gugup.
"Gak perlu ...."
Adam menatap Afra dalam-dalam membuat gadis itu merasakan sensasi kupu-kupu beterbangan di perutnya. "Dari tadi aku belum mendengar kamu memanggil namaku, Afra." Suaranya terdengar lebih lembut membuat Afra ingin sesak napas.
"Adam?"
Cup
Wajah Adam maju dan mencium lama pipi kanan Afra dengan bibirnya. Setelahnya dia kembali mencari-cari mata Afra agar tak melepaskan tatapan mereka sebelum berkata, "Aku suka kamu menyebut namaku."

KAMU SEDANG MEMBACA
Pengasuh Mr. A (TAMAT)
Spirituelles#Karya 16 📚 PART LENGKAP Pekerjaan : Pengasuh Benefit : 1. Gaji dua digit + tunjangan 2. Makanan terjamin 3. Tersedia tempat tinggal full fasilitas "Ini jagain cucunya presiden, ya?" tanya Afra. Pekerjaan pengasuh dengan gaji fantastis itu sangat...