Prit
"Sekali lagi!"
Davina menghela napas jengah saat kembali diinterupsi lantaran gagal lagi memasukkan bola ke dalam ring basket.
Entah sudah berapa kali, yang jelas dia paling malas dengan pelajaran bernama olahraga terkhusus permainan basket. Sangat tidak disukainya.
Prak
Bola basket kembali menghantam backboard dan tetap tak masuk ke dalam ring yang membuat Pak Ditya mendekat ke arahnya. "Ayo Davina, sekali lagi! Kamu pasti bisa. Terapkan penjelasan dan contoh yang sudah saya berikan sebelumnya."
Beberapa siswi yang sekelas dengannya mulai menatapnya dengan sinis.
"Sepertinya di film kamu bisa melakukannya. Apa itu juga harus memakai pemeran pengganti?" Anggita salah satu teman sekelasnya mulai mengejek membuat Davina kesal.
"Oh ... shut up!" bentak Davina dengan ketus.
Tepat sekali Adam dan timnya pun sedang berlatih di lapangan basket yang berada tepat di sebelah lapangan mereka, karena tim basket sekolah itu harus mempersiapkan diri untuk pertandingan.
"Ya, silahkan istirahat sejenak." Pelatih mempersilakan.
Adam dan teman-temannya menuju pinggir lapangan untuk beristirahat sejenak sambil mendengarkan pengarahan lanjutan dari pelatih mereka.
Tiba-tiba Pak Ditya mendekat ke arah pelatih basket dan membicarakan sesuatu.
"Adam? Kamu tolong ikut Pak Ditya sebentar."
"Baik, Pak." Adam yang mengenakan seragam basketnya itu mengekori guru olahraganya dengan sigap.
Mereka berhenti di hadapan teman-teman sekelasnya yang tengah berlatih basket itu.
"Saya bawakan langsung salah satu pemain basket sekolah kita. Silahkan Davina dan kalian semua perhatikan cara Adam memasukkan bola ke dalam ring dan setelah dia memasukkan bolanya, dia akan menjelaskan kepada kalian. Davina? Berikan bolanya ke Adam."
Davina mendekat dengan ekspresi congkak dan memberikan bola di tangannya. Adam memantulkan bola beberapa kali ke lantai lapangan dengan satu tangan sebelum melempar dengan santai ke arah ring. Bolanya masuk. Davina memutar bola mata malas melihat pemandangan itu. Tak suka Adam lebih baik dari dirinya. Berbeda dengan para gadis-gadis yang mulai berbisik riuh.
"Kerennya ...."
"Dia memang tampan dan berbakat."
"Apa dia ingin menjadi pemain basket profesional di masa depan?"Davina menyilangkan tangan di dada dengan perasaan jengkel. "Biasa saja! Dia bersama bola menyebalkan itu setiap hari. Wajar dia dengan mudah melakukannya."
Adam malas menanggapi, tapi Vivian yang angkat bicara sebagai salah satu pengagum seorang Adam. "Wajar hidupmu tidak maju, karena kamu tidak mau mengapresiasi, termotivasi atau bahkan belajar dari kelebihan orang lain lantaran menganggap dirimu sebagai ahli atau mungkin hanya tahu memupuk iri setinggi langit di hatimu. Menyedihkan sekali Nona si paling klarifikasi setelah selesai membuat kontroversi di media."
Ekspresi Davina semakin sinis menatap gadis berambut sepundak itu. "Oh ya? Senang mendengar saranmu, Vivian. Dan, saya juga punya saran untukmu agar banyak berdoa setiap hari mengingat ayahmu sedang dalam masa pemeriksaan KPK."
Prak
Vivian mendekat dan langsung mendorong bahu Davina membuat keduanya berakhir saling menjambak rambut di lapangan.
"Berhenti!" Pak Ditya pun sambil kesulitan memisahkan kedua siswi itu bahkan dibantu para siswa laki-laki. Adam hanya sanggup menatap pemandangan itu dengan datar. Dia bingung harus berkomentar apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengasuh Mr. A (TAMAT)
Spiritüel#Karya 16 📚 PART LENGKAP Pekerjaan : Pengasuh Benefit : 1. Gaji dua digit + tunjangan 2. Makanan terjamin 3. Tersedia tempat tinggal full fasilitas "Ini jagain cucunya presiden, ya?" tanya Afra. Pekerjaan pengasuh dengan gaji fantastis itu sangat...