Red Velvet Cake

7.3K 490 17
                                    

Afra bingung saat bus sudah sampai di tempat tujuan dan Adam masih sibuk tidur di pundaknya. Orang-orang mulai keluar satu per satu dan beberapa malah melirik mereka.

"Dam? Adam?" panggil Afra.

Tiba-tiba pria itu membuka matanya secara perlahan. Sontak Afra langsung berdiri dengan cepat agar menetralkan suasana.

"Oke kita sampai!" Dia berdiri dengan cepat tak peduli pada kepala Adam yang langsung tegak secara terpaksa.

"A ...." Adam meringis kesakitan memegang lehernya.

"Ayo semangat!"

Adam malah kesal. "Bisa gak kamu bilang dulu kalau mau berdiri?!"

"Jangan malas! Semua orang sudah keluar dari bus kecuali kita."

Setengah terpaksa Adam keluar dari bus diikuti oleh Afra di belakangnya. Mereka menuju bagasi mengambil tas punggung masing-masing. Saat memakai tasnya, Adam sampai menghela napas malas.

"Apa kamu mengisi batu karang di dalam tasku? Berat sekali!" Dia melirik Afra dengan wajah jengah.

Gadis itu malah tak peduli lantaran tengah melihat pemandangan di hadapan mereka dengan takjub. Pemandangan yang sangat hijau di bukit ditambah udara yang sangat sejuk dan bunyi gemercik aliran air sungai yang menenangkan. "Segarnyaaaaa ...." gumamnya.

Adam melihat kertas yang berisi susunan kegiatan yang akan dilakukannya selama tiga hari sebelum mengikuti arah pandang Afra. "Kamu gak perlu membantuku selama di sini kecuali pada kegiatan-kegiatan yang gak berkaitan dengan yang ditetapkan oleh pihak sekolah. Karena aku akan dinilai untuk aspek-aspek tertentu seperti kemandirian."

Afra mengerutkan dahi sebelum menoleh ke arahnya. "Terus kenapa aku ikut? Aish ... aku sampai izin kuliah gara-gara kegiatanmu ini tahu!"

Adam pun menoleh. "Kamu kan asistenku! Jelas saja kamu harus ikut ke manapun aku pergi!"

"Tapi kalau gak berguna di sini untuk apa aku harus ikut?!"

Adly sampai geleng-geleng melihat perdebatan dua manusia itu membuat dia mendekat dan merangkul keduanya. "Bisa gak kalian berhenti berdebat? Ayolah, kita lagi liburan."

Afra masih kesal dibuatnya. "Liburan untuk dia, Adly! Bukan untuk aku!"

Bukannya menanggapi Afra, Adam malah gagal fokus dengan satu tangan Adly yang berada di atas pundak Afra membuatnya memandang sepupunya itu dengan ekspresi tak suka. "Apa tanganmu bisa diturunkan dari bahu Afra?!"

Adly langsung sadar diri dengan menurunkan tangannya secepat kilat dari pundak asisten sepupunya itu sambil terkekeh pelan. "Maaf Adam. Maaf."

Adam malah menoleh ke arah Afra. "Dan kamu, berhentilah mau dirangkul oleh semua laki-laki!"

Afra memutar bola mata malas. "Aturanmu gak masuk akal!"

Tiba-tiba seorang pria muda berkulit sawo matang yang terlihat sangat macho mendekat ke arah mereka.

"Nona Afra?"

Afra menoleh dan seketika terpana pada pria tampan dengan kaos hijau itu. "Mas tahu nama saya?" Dia tak menyangka.

Adam dan Adly sampai menganga dengan sikap sok anggunnya itu.

"Ada yang bisa dibantu Mas?" tanya Afra dengan sangat ramah. Dia termasuk golongan beberapa gadis yang tak bisa menganggurkan pria tampan sebentar saja.

Adam sampai geleng-geleng dibuatnya. "Biasa saja!"

Afra menoleh ke arah Adam dengan ekspresi kesal. "Tck! Diam!" Dia kembali menoleh ke arah pria muda itu dengan memasang senyum sempurna.

Pengasuh Mr. A (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang