"Mereka membeli rumah seperti sedang membeli cilok." Ini pemikiran Afra ketika pertama kali menerima kunci rumah dari rumah yang menurut Darwis 'sangat sederhana' itu.
Ya, sangat sederhana dengan dua lantai dan terletak di kompleks elit yang bertetangga dengan para pejabat negara. Jenis tetangga yang membuat Afra merinding sendiri, karena insecure parah. Beruntung semua tetangganya adalah jenis tetangga yang sangat sibuk dengan dunia masing-masing, sehingga mereka bahkan tak pernah bertemu apalagi bersapa satu sama lain.
Harusnya Afra bahagia. Harusnya. Memiliki rumah mewah yang diberikan gratis lengkap dengan isinya, tak lupa kendaraan pula. Sekali lagi, gratis. Nyatanya, pikirannya malah kalut lantaran setiap hari masih memikirkan Adam.
"Andai Radit di sini ...." Dia sangat berharap pacarnya di dekatnya, karena cobaan LDR ini membuatnya beberapa kali tergoda. Meskipun yang paling membuatnya hampir khilaf adalah saat bertemu sosok pria dari keluarga Aryasatya itu. Adam.
"Apa di sana Radit juga tergoda sama cewek lain, ya?" batinnya bertanya-tanya sebelum menepuk pelan pipinya sendiri. "Berhenti Afra! Kamu yang hampir selingkuh, malah nuduh dia. Dia udah baik banget. Rasanya kurang bersyukur banget kalau gak setia."
"Aku udah mulai nabung uang buat pernikahan kita. Kalau kamu wisuda nanti, kayaknya tabungannya udah cukup sih buat kita nikah, Yang."
Afra hanya tersenyum palsu ketika Raditya menyampaikan hal itu beberapa kali saat panggilan video. Harusnya dia bahagia. Harusnya. Tapi entah kenapa dia semakin dilema. "Kayaknya aku mau kerja dulu deh Yang setelah lulus. Aku mau berkarier dulu. Gak mau cepat-cepat nikah."
Ekspresi Raditya berubah serius. "Nikah aja dulu, Yang. Aku kan udah kerja, bisa nafkahin kamu nantinya. Nanti pas udah nikah, kamu bisa sambil nyari kerja."
Entah kenapa Afra tidak bisa protes seperti sifat aslinya selama ini di depan Adam atau di depan teman-teman akrabnya. Raditya membuatnya berubah menjadi gadis kalem, penurut, anggun, dan irit bicara. Berbeda dengan sifat aslinya yang 'luar biasa' itu. Dia merasa seperti memiliki dua kepribadian.
"Kalau udah nikah, aku masih pengen sekolah lagi sih, Yang. Masih pengen S2 kayak senior-seniorku, walaupun S1 aja sekarang berat sih." Afra tertawa canggung. "Tapi itu impianku. Menurut kamu gimana?"
"Sayang? Kalau udah nikah, kamu fokus ngurusin rumah dan anak aja. Lagian kamu ngapain sekolah lagi? Aku bisa kerja buat nafkahin kamu. Kalau kamu mau kerja pun udah bisa dengan ijazah S1 aja, kan?"
"Iya sih ...." Afra sedikit berat hati. "Maksudku, aku mau berkarier dan berkeluarga dengan baik juga, tapi tetap lanjutin pendidikan. Karena menurutku, pendidikan itu gak hanya soal karier lho, Yang. Pendidikan itu--"
"Sayang, udahlah! Kamu gak usah ribetkan dirimu sendiri dengan sekolah-sekolah terus. Kuliah yang sekarang aja kamu banyak mengeluh, ngapain kuliah-kuliah terus? Ngabisin duit aja," potong Raditya membuat Afra terdiam.
Oke, mereka tidak sepaham soal itu, pikir Afra.
"Nanti setelah nikah, kamu ikut ke tempat tugasku. Temani aku di sini. Kamu pasti senang di sini."
Afra hanya mengangguk pelan.
"Yang?"
"Iya?"
"Kapan-kapan pas foto atau lagi video call, bukalah hijabnya. Kan sama pacar sendiri."
Afra sedikit tak nyaman dengan permintaan pacarnya itu. Mendadak perkataan Adam saat mereka akan berpisah, terngiang di benaknya. "Aku ... gak begitu tahu seperti apa rasanya pacaran, tapi Afra, kalau ada pria yang belum menikahimu tapi meminta sesuatu yang kamu gak yakin untuk memberikannya, maka jangan pernah berikan hal itu. Karena orang-orang bisa berubah. Meskipun kamu sangat mencintai seseorang, tetaplah berpikir logis untuk setiap konsekuensi dari setiap tindakanmu. Oke?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Pengasuh Mr. A (TAMAT)
Espiritual#Karya 16 📚 PART LENGKAP Pekerjaan : Pengasuh Benefit : 1. Gaji dua digit + tunjangan 2. Makanan terjamin 3. Tersedia tempat tinggal full fasilitas "Ini jagain cucunya presiden, ya?" tanya Afra. Pekerjaan pengasuh dengan gaji fantastis itu sangat...