Mendengarkan Perasaan

7.9K 461 11
                                    

"Wah, dia sangat hebat."
"Dia seperti pangeran. Wajahnya benar-benar sangat tampan."
"Andai dia pacarku."
"Tampan dan tidak kaku saat memasak. Benar-benar idaman."

Beberapa gadis dari kelas lain sampai melupakan kegiatan mereka lantaran sibuk memandangi Adam yang tengah memotong bahan masakan dengan gerakan cepat itu. Ya, hari pertama untuk makan malam memang jadwal kelas Adam untuk memasak makanan.

Jelas saja mereka kaget, karena Adam adalah putra tunggal dari konglomerat yang sehari-hari pastinya dilayani bukan melayani dirinya sendiri. Sehingga jika pria itu bisa memasak, bagi mereka itu sesuatu yang luar biasa. Berbeda dengan mereka yang bahkan nama alat untuk memasak pun tak tahu, apalagi membedakan bahan ataupun bumbu masakan. Gelap.

Adam yang hanya memakai kaos hitam lengkap dengan topi hitam sore itu memilih tak peduli pada sekitarnya, dan seperti biasa memasang wajah tanpa ekspresinya, walaupun dia adalah satu-satunya yang disorot oleh para gadis dalam kegiatan itu.

Davina yang berdiri di belakang Adam justru kesulitan bahkan beberapa kali berteriak histeris saat memegang peralatan masak. Alhasil Bella, gadis berkaca mata yang merupakan pacar Glenn yang berada di sampingnya itu yang ikut membantunya agar Davina tak berteriak sana-sini. 

Afra yang melihat pemandangan para gadis yang mengerumuni Adam itu hanya sanggup geleng-geleng. "Dia benar-benar selalu menarik perhatian," gumamnya.

Tak lama Afra berjalan mendekat dan berdiri di antara para gadis sebelum memandangi Adam yang tengah sibuk dengan kegiatannya itu. Tangan pria itu cukup lihai membuat Afra yang tadinya santai malah seperti mendapatkan kejutan.

"Kamu bisa masak?"

Adam sedikit terkejut mendengar suara Afra. Dia mendongkak dan mendapati Afra berdiri di garis pembatas tenda dapur yang langsung berhadapan dengannya. "Apa kamu sudah lebih baik?" Pria itu malah balik bertanya.

Afra mengangguk kaku lantaran masih mengingat kejadian satu jam yang lalu. "Hm. Aku gak apa-apa."

"Beristirahatlah. Kita bicara nanti."

Afra kembali mengangguk. "Oke."

Para gadis di sekitar mulai melirik Adam dan Afra secara bergantian.

"Saya dengar dia adalah asistennya Adam, tapi mereka terlihat dekat."
"Ya, tapi tidak mungkin Adam suka padanya. Dia mahasiswa."
"Tidak mungkin Adam suka padanya. Masih banyak yang lebih baik."

Afra hanya tersenyum kecut mendengar suara-suara berisik itu sebelum memilih pergi untuk berkeliling melihat pemandangan di sekitar bukit.

Setelah kegiatan memasak, Adam kembali mencari Afra tapi tak menemukan gadis itu di tendanya. Dia mencari ke sekeliling dan terkejut ketika mendongkak mendapati Afra tengah duduk di atas pohon sambil menikmati pemandangan sekitar ditemani sebungkus keripik kentang. Adam terbelalak sebelum mendekat ke arah pohon itu.

"Apa yang kamu lakukan?! Cepat turun!"

Afra meliriknya dengan malas. "Biasa saja! Aku sudah terbiasa naik pohon begini. Kamu saja yang gak pernah melihat perempuan naik pohon."

Adam menghela napas berat lantaran tak habis pikir. "Gak baik membahayakan dirimu sendiri! Kalau kamu jatuh, ini bisa panjang urusannya! Merepotkan saja! Turun!"

"Gak mau!" Afra mengisyaratkan dengan tangannya agar Adam pergi.

Bukannya pergi, Adam malah berusaha memanjat dengan susah payah. Pertama kali selama 17 tahun dia hidup, dia naik ke atas pohon. Alasannya karena satu perempuan menyebalkan seperti Afra.

Begitu sampai dan duduk di samping Afra, dia sampai tersenggal-senggal.

"Benar-benar perempuan aneh!" kata pria itu dengan ketus.

Pengasuh Mr. A (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang