"Jangan lupa shalat, ya, Nak."
Pesan yang tak pernah henti-hentinya dikirim oleh ibunya setiap memasuki waktu subuh, dan selalu diabaikan oleh Afra lantaran memilih tidur.
Berhari-hari di ranjang membuat Afra jenuh. Tak banyak kegiatan yang bisa dilakukan selain menatap jendela yang menghadap ke arah balkon kamarnya atau memainkan ponselnya.
Beruntung ada Cici, pelayan di rumah Adam yang dikirim untuk membantu merawatnya. Jadi terkadang dia berbicara dengan Cici.
"Bagaimana kabar Radit sekarang, ya?" Pertanyaan itu muncul tiba-tiba saat dia tengah menggulir layar yang menampilkan media sosialnya. Sekadar menghabiskan waktu.
"Hanya sekali ini aja lihat akunnya." Setelah perang batin, dia berakhir mampir untuk stalking akun mantan pacarnya itu. Berharap pria itu setidaknya menyesal, tak bahagia, galau setelah mereka putus, dan lainnya.
Sayang sekali, foto terbaru yang ditemukan justru pria itu tengah berdiri sambil memeluk pinggang selingkuhannya. Wajah mereka terlihat bahagia. Ralat, sangat bahagia. Afra tak mau terlalu meneliti foto mereka, tapi dia fokus membaca keterangan di foto itu sebelum menemukan sebuah informasi.
"Oh ... mereka udah lamaran ternyata." Mendadak suasana hatinya berubah sangat buruk.
Oke, dia memang sudah berusaha baik-baik saja, tapi pastinya dia masih sedikit terluka. Tiga tahun kehilangan dirinya bukan waktu yang singkat. Setidaknya dia berharap dua orang itu tengah sengsara, nasibnya tidak baik-baik saja, dan penuh penyesalan serta tak bersatu sama sekali.
"Kenapa mereka gak diazab sekalian atau sejenisnya sih?" Dia masih tak terima.
Tiba-tiba Cici muncul di pintu sambil memegang nampan berukuran kecil. Wanita muda itu berjalan menuju ke arahnya dengan senyuman. "Kamu sudah bangun Afra?"
"Oh ... iya." Afra mengangguk dalam posisi bersandar di dipannya.
"Kamu sudah lebih baik sekarang, jadi cobalah ini." Cici menaruh piring kecil berisi sepotong red velvet cake kesukaan Adam itu di pangkuannya membuatnya bingung.
"Ini ... bukannya kesukaan Adam, ya, Mbak?"
"Saya yang sering membersihkan kamar Adam setelah kamu pergi. Dia pernah meminta kepada saya untuk membuatkan red velvet cake dan diantarkan untuk kamu, karena katanya dia merasa bersalah pernah gak mau berbagi sama kamu waktu kalian mengikuti kelas tambahannya."
"Aish ...." Sejenak Afra menutup matanya rapat-rapat sebelum kembali membukanya. "Itu sudah lama sekali, Mbak. Aneh kalau dia masih mengingatnya."
Cici tersenyum. "Sayangnya waktu itu saya lupa. Sekarang karena saya merawat kamu, sekalian saja saya buatkan."
Afra tersenyum singkat sebelum mencoba kue itu. "Mm ... ini enak. Terima kasih, Mbak."
"Sama-sama." Cici tersenyum. "Saya penasaran, apa kamu dan Adam sedekat itu?"
Afra mengerutkan dahinya. "Ada apa Mbak?"
Cici tampak mengingat sesuatu. "Adam banyak murung saat kamu berhenti bekerja. Murung sekali. Baru beberapa waktu belakangan ini dia mulai aktif bergaul. Sebelum itu, dia terlihat sedih. Apa ada sesuatu yang terjadi antara kamu dan dia sampai kamu harus berhenti bekerja? Saya sudah lama bekerja untuk keluarganya Adam, tapi baru kali ini saya tahu dia bisa sangat peduli pada kehadiran seseorang selain mendiang Bu Sari tentunya."
Mendadak Afra terdiam sejenak. Suasana hatinya jadi ikut berubah sedih sekaligus menyesal. Dia berhenti bekerja untuk Adam hanya untuk mempertahankan pacarnya yang tukang selingkuh. Mengingat itu semua membuatnya terkadang merasa kesal, tapi sungguh dia tak menyangka Adam akan sangat sedih karena keputusannya itu. "Aku gak tahu kalau dia akan sesedih itu, karena terakhir kali saat aku pamit, dia terlihat sangat baik-baik saja, Mbak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengasuh Mr. A (TAMAT)
Spiritual#Karya 16 📚 PART LENGKAP Pekerjaan : Pengasuh Benefit : 1. Gaji dua digit + tunjangan 2. Makanan terjamin 3. Tersedia tempat tinggal full fasilitas "Ini jagain cucunya presiden, ya?" tanya Afra. Pekerjaan pengasuh dengan gaji fantastis itu sangat...