Adam memang meminta agar keadaan seperti biasa saja, meskipun dia sudah mengungkapkan perasaannya. Tapi nyatanya, semua tidak bisa menjadi seperti biasa lagi setelah malam itu.
Seperti saat Afra membersihkan kamar Adam, dan pemilik kamar tengah duduk di sofa. Larut dalam kegiatan membacanya, tapi sesekali mencuri-curi pandang ke arah Afra. Afra pun meliriknya. Keduanya saling lirik dengan canggung sebelum membuang muka.
"Ekhem ...." Adam yang berdeham untuk mencairkan suasana super canggung di kamarnya itu.
Tak ada lagi keluhan khas Afra yang diakhiri dengan kalimat, "Dasar merepotkan!"
Tak ada lagi tanggapan Adam yang akan menginterupsi, "Apa gajimu kurang? Dasar manusia suka menuntut hak, tapi lupa kewajiban."
Semuanya menjadi ... sangat dingin.
Keduanya pun kehilangan obrolan ringan yang spontan. Semua kosakata mendadak hilang di benak mereka. Berakhir saling diam dalam keheningan.
Diam-diam Afra menantikan Adam menghubunginya untuk meminta dirinya menjemputnya di sekolah, tapi pria itu memilih pulang sekolah sendiri.
Salah paham pun tak luput dari mereka lantaran jarang komunikasi. Seperti kebiasaan Afra menanyakan tugas pada Adam.
"Apa kamu ada tugas yang harus aku kerjakan?"
"Aku sudah mengerjakannya sendiri," jawab Adam dengan cuek yang membuat Afra berpikir, Adam menghindarinya, padahal Adam sengaja mengerjakannya sendiri lantaran tak ingin membebani Afra dan tentu saja itu tugasnya bukan tugas Afra, sehingga mengerjakan tugas sekolahnya sendiri adalah tanda kejujuran, pikirnya.
Saat pertandingan basket pun demikian. Afra mendadak cemburu pada perempuan-perempuan yang meminta foto bersama Adam setelah sesi pertandingan selesai. Dia yang malah menjadi tukang foto. Meskipun Adam berusaha tak menyentuh para perempuan tersebut, tapi tak jarang para perempuan itu yang sengaja mendekatkan tubuhnya kepada Adam saat tengah berfoto.
"Aku cemburu? Kenapa aku harus cemburu? Aku bukan siapa-siapanya Adam, kan?" Afra selalu melamun lantaran hal tersebut. Terutama saat membandingkan dirinya dengan banyak perempuan cantik dan kaya di sekitar Adam. Merasa diri tak pantas. "Ingat Afraaaaa, kamu gak suka dengan Adam, kan? Dia cuma anak remaja, anak SMA, bocah manja dari keluarga kaya," batin Afra berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
"Apa dia gak nyaman lagi bekerja di sini? Dia pasti sulit memikirkan hal ini, karena dia gak tertarik dengan aku sementara dia harus tetap bekerja di sini. Aku sudah melakukan kesalahan besar karena mengungkapkan perasaanku. Hah ... harusnya aku gak terbawa perasaan malam itu," batin Adam.
Berhari-hari Afra sulit tidur dan tak tahu saja bahwa Adam pun begitu. Keduanya tenggelam dalam keadaan yang tak menentu. Adam yang pada dasarnya telah irit bicara malah semakin sulit menanggapi sikap dingin Afra yang menurutnya karena gadis itu tak nyaman lagi di sisinya.
Alhasil keduanya bangun terlambat di suatu pagi.
Adam bangun dan melirik jam dindingnya dengan mata mengantuk. Sontak dia sedikit melotot dan buru-buru menuju toilet untuk mempersiapkan diri ke sekolah.
"AAAAAA ...." Afra sampai berteriak heboh dan lupa mandi saat mengetahui dia bangun terlambat.
Secepat kilat dia menembus pintu kamar Adam dan melihat pria itu pun terburu-buru memakai blazer sekolahnya dan keduanya berlari menuruni tangga.
"Sarapan dulu," ujar Bunga.
"Aku sarapan di sekolah." Adam pergi begitu saja membuat Bunga geleng-geleng kepala.
"Cepat!" Afra menyerahkan helm dan Adam memakainya sebelum naik ke motor.
Sontak Afra membawa motor dengan kecepatan tak terduga membuat Adam ingin jantungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengasuh Mr. A (TAMAT)
Духовные#Karya 16 📚 PART LENGKAP Pekerjaan : Pengasuh Benefit : 1. Gaji dua digit + tunjangan 2. Makanan terjamin 3. Tersedia tempat tinggal full fasilitas "Ini jagain cucunya presiden, ya?" tanya Afra. Pekerjaan pengasuh dengan gaji fantastis itu sangat...